Bab 8. Hari Yang Panjang.

Pagi ini tampak begitu cerah, Lana yang telah siap-siap berangkat menjemput Dinda. Sebelum melangkah keluar, Lana berpamitan kepada bunda kemudian berjalan keluar rumah menuju sepeda motornya. Lana mengendarai sepeda motornya menuju ke rumah Dinda. 

Tin....tin.... bunyi bel sepeda motorku.

Tak lama Dinda keluar dengan tas kecil di punggungnya. Tidak banyak basa-basi Lana dan Dinda bergegas berangkat menuju rumah Lia sebagai titik kumpul pertemuan. Ternyata Lana dan Dinda di dahului oleh Apoy yang telah tiba terlebih dahulu untuk menjemput Lia.

" maaf kelamaan bang " ucap Lana.

" gua juga baru sampe kok na haha " jawab Apoy.

Lana hanya sekedar basa-basi, Lana mengerti jika Lana dan Dinda datang terlambat Apoy bisa lebih lama ngobrol santai di rumah Lia. Setelah semua mengumpul tak berlama-lama mereka langsung berangkat menuju rumah Bara. Di sana mereka akan bertemu dengan Nusa yang akan menunggu mereka. Setibanya mereka di rumah Bara, bergegas mereka langsung melanjutkan perjalanan menuju desa di dekat kaki gunung. Kali ini mereka mengendarai mobil milik Nusa untuk tiba di tempat tujuan. Cukup lama perjalanan kali, jalanan yang ramai seketika menjadi sepi. Hanya penduduk lokal yang sedang membawa beberapa hasil kebunnya untuk di jual ke kota. Setelah perjalanan yang cukup panjang akhirnya mereka tiba di sebuah rumah milik Pak Sukirman yang menjadi ketua pengurus desa. Nusa telah mengetahui rumah Pak Sukirman terlebih dahulu, sebab saat Nusa dan kawannya akan melaksanakan KKN di desa ini Nusa meminta ijin terlebih dahulu kepada Pak Sukirman.

" Assalamualaikum " ucap Nusa.

Beberapa kali Nusa mengucap salam. Tak lama terdengar jawaban dari dalam rumah. Seorang pria tidak terlalu tua keluar dari dalam rumah.

" Eh nak Nusa, ayo masuk dulu?" ucap pak Sukirman.

Mereka di persilahkan masuk dan duduk di ruang tamu. Tanpa banyak basa-basi mereka langsung menjelaskan maksud kedatangan mereka kesini.

Menurut pendapat pribadi dari Pak Sukirman, beliau menyetujui pendapat tersebut akan tetapi keputusan ini tidak boleh di putuskan secara sepihak. Pak Sukirman harus mengobrol terlebih dahulu dengan warga desa dan pengurus desa lainnya. Lana, Nusa, Apoy, Dinda dan Lia tidak keberatan untuk bersabar menunggu kabar. Setelahnya mereka berpamitan kepada Pak Sukirman.

Lana teringat dengan keinginan Dinda dan Lia untuk melihat air terjun yang Lana ceritakan. Akhirnya Lana mengajak Nusa dan Apoy untuk mampir ke air terjun dan juga silaturahmi dengan bapak paruh baya pemilik rumah bambu. Setibanya mereka di sana, terlihat dari kaca mobil bapak paruh baya tersebut sedang duduk di teras rumahnya sembari membakar tembakau.

" Assalamualaikum " ucap Nusa.

" Waalaikumsalam " jawab bapak paruh baya tersebut.

Mereka mengobrol sejenak, tidak lupa Lana, Nusa dan Apoy untuk mencoba rasa tembakau dari bapak tersebut. Setelahnya mereka melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki menuju air terjun. mereka terus berjalan, hingga mereka tiba di tempat tujuan. Lana melihat pandangan mata Dinda yang tidak berkedip ketika keindahan biasan air terjun yang menimbulkan pelangi. Tidak lupa mereka mengabadikan momen itu dalam bentuk foto. Kemudian mereka duduk di sebuah batu besar. Bergegas Apoy membongkar isi daypack yang ia bawa. Apoy Mengeluarkan kompor kecil, gas, nesting, bubuk kopi dan beberapa mie instan. Cukup lengkap keperluan yang di bawa Apoy untuk menikmati keindahan air terjun dari bawah. Begitu juga dengan Lana dan Nusa yang tak ingin kalah dari Apoy, Lana dan Nusa membuat joran sederhana untuk memancing ikan di sekitar air terjun. Saat membuat joran Lana sempat bercerita kepada Nusa tentang lomba menulis artikel yang akan di adakan sebulan lagi .Setelah perbincangan singkat itu dan dua buah joran telah siap di gunakan, Lana duduk menyendiri di pinggir aliran air sungai sembari menunggu sambaran dari ikan. Begitu juga dengan Nusa tetapi tidak dengan Lia, Dinda dan Apoy yang sedang membuat mie instan di atas batu. Tiba-tiba Dinda menghampiri Lana dari arah belakang. 

" Kamu mau mancing ? " ucap Lana menawarkan.

Dinda hanya menganggukkan kepala dengan senyum di wajahnya. Seketika Lana memberikan joran miliknya kepada Dinda.

" Dinda tarik..." ucap Lana.

Bergegas Lana menarik joran dan seekor ikan berukuran sedang telah mereka dapatkan. Lana dan Dinda berjalan menuju Apoy dan Lia yang sedang memasak mie instan. Ternyata Lana dan Dinda di dahului oleh Nusa yang mendapatkan dua ikan berukuran sedang.

" lama amat na, cuma dapat seekor lagi hahah" ucap Nusa meledek.

" Dinda rame terus bang, ikannya jadi kabur hahaha" jawab Lana menunjuk Dinda.

" ihh nuduh, dinda diem kok " ucap Dinda sembari menyikut pinggang Lana.

Bergegas Lana, Dinda dan Nusa membakar ikan hasil tangkapannya.

" Bang kayanya Bang Apoy suka Lia tuh " bisik Lana pada Bang Nusa.

" Iya na, gua juga udah tau makanya tadi gua suruh si Apoy jemput Lia hahah " jawab Nusa.

" Hayo bisik-bisik apa, kok Dinda gak di ajak ?" ucap Dinda.

" Tuh si Apoy sama Lia keliatan deket banget di atas batu" ucap Lana.

Kali ini Lana, Dinda dan Nusa tertawa bersama-sama, menghibahkan Apoy dan Lia yang terlihat begitu dekat. Tak terasa ikan yang mereka bakar telah matang. Akhirnya mereka naik di batu besar dan bergabung dengan Apoy dan Lia yang telah menyiapkan kopi dan mie instan.

Mereka pun menyatap ikan bakar hasil tangkapan. Setelahnya mereka bercanda hingga lupa waktu.Tidak terasa hari mulai sore, bergegas mereka berjalan pulang, tidak lupa mereka juga membawa sampah bekas mie instan dan kopi. Setibanya mereka di rumah bambu, mereka langsung berpamitan kepada bapak paruh baya tersebut untuk pulang ke kota.

Di perjalanan Lana melihat Dinda dan Lia yang tertidur di dalam mobil. Raut wajah mereka menandakan jika hari ini adalah hari yang melelahkan sekaligus menyenangkan. Setiba mereka di Rumah Bara, kemudian Lana membangunkan Dinda dan Lia untuk mengajak nya pulang ke rumah masing-masing. Lana dan Dinda langsung berpamitan pulang kepada Nusa karna hari yang telah malam. 

Lana melihat dari kaca spionnya wajah Dinda yang lelah. 

" Kamu senang hari ini? " ucap Lana.

Dinda hanya menganggukan kepalanya yang menyandar di pundak Lana sembari memeluk tubuh Lana dengan erat. Akhirnya Lana dan Dinda tiba di depan gerbang rumah Dinda.

" Makasih na, hati-hati di jalan " Ucap Dinda.

Lana menganggukan kepala sembari tersenyum kemudian Lana memacu sepeda motornya menjauh dari tempat Dinda berdiri menuju rumahnya. Setiba di rumah, Lana menanggalkan jaketnya di belakang pintu kamarnya. Lana merebahkan badannya di atas ranjang yang hangat.

" gua harap mimpi gua, Bara dan kita semua terwujud. " bisik batin Lana sembari memejamkan mata.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!