Sejak pertunangannya yang gagal itu, Bara kini semakin dekat dengan Alicia. Alicia sendiri kini sering menerima permintaan Bara untuk makan siang bersama. Seperti sekarang ini, mereka sedang makan siang juga. Tapi makan siang kali ini permintaan Alicia, dia makan di warung makan tenda.
Awalnya Bara menolak, tapi dia pun setuju karena Alicia tidak mau makan di restoran. Jadi dia yang mengalah makan di pinggir jalan warung tenda.
"Nona Alicia." kata Bara.
"Pak Bara, jangan panggil nona lagi. Panggil nama saja." kata Alicia.
"Emm, nama saja?"
"Ya."
"Baiklah, Alicia. Aku senang bisa makan siang denganmu lagi." kata Bara sekarang bicara lebih akrab dengan Alicia.
"Ya, aku juga pak Bara." kata Alicia.
"Dan kamu jangan lagi panggil aku pak, Alicia. Aku masih muda dan belum punya anak." kata Bara.
"Hahah! Aku seperti seorang anak kalau begitu." kata Alicia tertawa renyah.
"Aku tidak menganggapmu anak, lagi pula aku tidak pernah mengadopsimu." kata Bara lagi.
"Ya, kalau mau mengadopsiku harus menyediakan makanan dan jajan yang banyak." ucap Alicia dengan candaannya.
"Hahah! Aku sanggup melakukannya. Apa pun akan aku berikan." kata Bara.
"Tapi sayangnya aku tidak mau di adopsi juga." ucap Alicia.
Mereka mengobrol dengan santai dan akrab, hingga waktu makan siang pun selesai. Kini mereka pun berpisah, Bara senang bisa makan siang lagi dengan Alicia.
Bara masuk ke dalam mobilnya, dia menunggu mobil Alicia pergi. Dia menatap kepergian gadis agen cinta itu, dia tersenyum senang.
"Alicia, kenapa aku sangat senang bisa bersamamu." gumam Bara.
Mobilnya melaju meninggalkan warung pinggir jalan. Memang enak makan di warung pinggir jalan, bisa duduk berdekatan dengan Alicia. Begitu pikir Bara.
_
Hari demi hari keakraban Alicia dan Bara terjalin. Mereka bahkan sering menelepon satu sama lain sewaktu di jam istirahat atau malam hari. Alicia sendiri tidak mengerti kenapa bisa akrab dengan Bara.
"Kenapa aku jadi akrab dengan laki-laki yang baru putus pertunangan dengan pacarnya. Aku bahkan seperti orang yang mencari peluang mendekatinya." ucap Alicia sambil melamun.
"Alicia!"
"Eh?"
"Kamu melamun? Sejak tadi aku panggil kamu, ngga nyahut-nyahut sih." kata Nindy.
"Iya nih, aku lagi bingung sendiri." jawab Alicia.
"Kenapa? Ngga biasanya kamu melamun dalam kerja, biasanya fokus dan selalu memikirkan bagaimana menyelesaikan kasusmu itu." kata Nindy heran.
"Aku bingung aja, apakah benar ya aku dekat dengan mantan klienku?" tanya Alicia.
"Kenapa tidak? Boleh aja, kan sudah bukan lagi dalam mengerjakan kasusnya kan?"
"Iya sih, tapi dia sendiri yang ingin dekat sama aku. Dia itu sudah mau tunangan, karena dia tahu pacarnya selingkuh bahkan parah ya. Jadi dia putuskan gara-gara bukti yang aku kirim ke dia. Tapi dia justru malah dekan dengan aku, dan aku ..." ucap Alicia terpotong.
"Kamu mau meladeni dia?" tanya Nindy.
"Ya, bahkan dia sering telepon aku malam hari." kata Alicia.
"Waah, berarti dia suka sama kamu." kata Nindy.
"Masa sih?"
"Iya. Siapa mantan klienmu itu?" tanya Nindy penasaran siapa mantan klien Alicia.
"Pak Bara."
"Apa?!"
"Jangan berteriak. Aku tidak budek tahu." ucap Alicia kesal.
"Ya tapi, apa benar pak Bara?" tanya Nindy tidak percaya.
"Iya. Dan aku bahkan mau aja jika di ajak dia makan siang bareng, dia menelepon malam-malam atau chat ke aku. Aku ladeni dia, kenapa ya aku begitu?" tanya Alicia bingung sendiri.
"Ck ck ck, kamu senang dengan perhatian dari pak Bara itu?"
"Aku ... Belum tahu, tapi aku selalu mau aja dia ajak makan siang." kata Alicia.
"Waah, kamu sedang jatuh cinta sama dia. Tapi kamu tidak menyadarinya, dan pak Bara juga sepertinya menyukaimu." kata Nindy lagi.
"Masa?"
"Iya. Coba kamu renungkan, ketika kamu di telepon sama pak Bara. Dan di ajak makan siang bareng sama dia, bagaimana perasaanmu. Dan aku rasa, pak Bara itu suka sama kamu deh." kata Nindy.
"Apa boleh menyukai mantan klien sendiri? Aku takut apa yang aku lakukan ini salah." kata Alicia.
"Cinta datang pada siapa saja Alicia. Mungkin jodohmu itu pak Bara, coba kamu pikirkan dengan hatimu itu. Kurasa sah-sah saja menyukai mantan kliennya sendiri." kata Nindy lagi.
Alicia diam, dia memikirkan apa yang di katakan Nindy itu memang ada benarnya. Jika memang dia sendiri suka dengan mantan kliennya, memang kenapa?
"Dan aku pikir, kamu suka dengan pak Bara." kata Nindy dengan tersenyum simpul.
"Eh, iyakah?"
"Hahah! Alicia, Alicia. Sudahlah, jika kamu suka tidak masalah. Tapi kamu harus bisa menjaga dirimu dari keluarganya tentang status pekerjaanmu. Karena kan bisa saja ada salah satu yang tidak tahu dan merasa hati-hati atau tidak suka dengan pekerjaanmu." kata Nindy.
"Maksudnya apa?" tanya Alicia bingung.
"Maksudnya, cukup nanti pacarmu saja yang tahu tentang pekerjaanmu. Karena tidak semua suka dengan pekerjaan kita." kata Nindy lagi.
"Ya, baiklah. Kurasa jika memang aku berpacaran dengan seseorang, dia harus siap di selidiki olehku." kata Alicia.
"Ya, dan pak Bara itu tahu kamu dan pekerjaanmu. Mungkin dia juga harus berhati-hati dan pikir panjang untuk berselingkuh darimu. Karena kamu punya kemampuan di luar orang lain yang berkaitan dengan pekerjaanmu itu." kata Nindy lagi.
Alicia manggut-manggut, dia membenarkan ucapan Nindy. Kemudian dia tersenyum, dan kini beralih pada pembicaraan lainnya tentang pekerjaan. Keduanya memang sedang santai, tidak banyak aduan dari klien untuk segera menyelidiki. Jadi menikmati hari santai di kantor.
Tak lama, ponselnya Alicia berbunyi, dia melihat nama Bara di layar ponsel itu. Nindy menaikkan alisnya, memberi syarat bertanya siapa yang menelepon Alicia.
"Pak Bara." ucap Alicia, Nindy tersenyum dan mengacungkan jempolnya.
"Halo?"
"Halo Alicia, pulang dari kantor boleh aku jemput?" tanya Bara di seberang sana.
Alicia diam, dia menatap Nindy yang masih ada di depan meja kerjanya.
"Emm, bisa pak. Apa ada yang penting?" tanya Alicia ragu.
"Ya, aku ingin bertanya sesuatu." kata Bara.
"Boleh, tapi aku bawa mobil sendiri." kata Alicia.
"Biar mobil kamu aku yang bawa." kata Nindy menyerobot ucapan Bara lebih dulu.
"Oh, ada temanmu di sana?" tanya Bara.
"Iya, teman kerja beda jurusan." jawab Alicia.
"Maksudnya apa?"
"Tidak penting kok, sama-sama agen juga sih."
"Hemm, jadi bisa kan aku jemput?"
"Ya, nanti mobilku temanku yang bawa pulang." kata Alicia.
"Oke baiklah, aku akan jemput kamu jam enam sore." kata Bara lagi.
"Baiklah, aku tunggu."
"Aku tutup teleponnya."
"Oke."
Klik!
Alicia menatap ponselnya, tersenyum tipis. Entah apa yang dia rasakan setelah Bara menelepon akan menjemputnya pulang dari kantor. Nindy bersedekap, menatap Alicia. Dia tahu pada akhirnya juga Alicia akan jatuh cinta pada kliennya sendiri.
"Kejarlah kebahagiaanmu, Alicia." ucap Nindy.
"Kebahagiaan?"
"Ya, kurasa kebahagiaanmu ada pada pak Bara." ucap Nindy.
Alicia diam, entahlah. Dia merasa nyaman saja jika bertemu dengan Bara, tapi dia merasa bersalah dengan Jessi. Jika tahu tentang awal mula mereka bertemu dan kelanjutannya bagaimana, tentu Jessi akan marah padanya. Tapi kembali lagi, bukankah Bara juga butuh kebahagiaan?
Apakah memang dia kebahagiaan laki-laki itu?
_
_
*********************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
erma irsyad
iy nihh alicia mikirnya mcm2 aja,anggp aj klian ketemu ketika Bara udh putus dr jessy,anggp aj kmu obat patah hati nya Bara gitu🤭😁
2023-03-04
1
ahyuun.e
kan jessy pasti ngiranya klian deket stelah mereka nggak jdi tunangan, krn yg jessy tau kan si bara cintamati ke dia mau tunangan ama dia, mna dia berpikiran kmna" ngira klian kenal sblum mereka tunangan wkwksk
2023-03-04
0
ahyuun.e
lah yah yg penting yg tau pkeejaan mu cuma bra aja, gak bkal jessy marah ke kmu
2023-03-04
0