Episode 19

Dengan langkah yang tegap Marvel memasuki perusahaan Ayah mertuanya itu. Beberapa karyawan bertanya-tanya untuk apa putra dari tuan Regan Louis mengunjungi perusahaan Arhan.

Bisikan demi bisikan terdengar jelas di telinga Marvel, namun laki-laki itu bersikap masa bodoh mendengar semua itu. Setiba di depan ruangan Arhan yang di beri tahu oleh sang sekretaris, Marvel langsung membuka pintu ruangan itu tanpa mengetok dahulu.

"Hei bisakah ka----" ucapan Arhan menggantung di udara saat melihat Marvel sudah berdiri di hadapannya. Sontak saja membuat Arhan terkejut melihat kedatangan Marvel.

"Mantu, kenapa datang kesini tidak memberi tahu saya terlebih dahulu" ucap Arhan.

Marvel memiringkan sudut bibirnya, lalu menarik kusri didepan meja kerja Arhan kemudian mendudukan diri disana. Matanya meneliti setiap interior ruangan itu yang menurutnya biasa-biasa saja.

"Ada yang mau saya bicarakan pada anda, dan ini sangat penting" jawab Marvek

"Apa itu mantu ?" Dengan perasaan takut Arhan kembali bertanya.

"Silahkan duduk dulu ! Saya tidak suka bicara jika anda masih berdiri seperti ini"

Arhan langsung menurut, ia duduk di kursi kebesarannya.

"Tadi pagi kau menghubungi Laura kan ?" Tanya Marvel seraya menatap laki-laki paruh baya itu dengan tajam.

Arhan menjawab dengan anggukan, perasaan nya semakin tidak enak.

"Dan kau menyuruhnya mengirimi anak tirimu uang.?" Marvel kembali mengajukan pertanyaan.

Dan lagi-lagi juga Arhan menjawab dengan anggukan, tapi kali ini jawaban Arhan membuat Marvel berdecak kesal.

"Kau ini Ayahnya siapa sih ? Kenapa kau mementingkan urusan anak tirimu dari pada anak kandungmu sendiri"

"Maksud mantu apa.?"

"Anda bodoh apa bagaimana ? Kalau memang anda pintar anda tidak mungkin melakukan semua itu kepada anak kandungmu sendiri". Ucap Marvel "Laura itu darah dagingmu dia yang akan merawatmu sampai tua, semnetara anak tirimu itu dia hanya menginginkan hartamu saja"

"Tidak mungkin mantu, Lala itu sangat menyanyangi saya dan dia menganggap saya ayah kandungnya bukan sebagai ayah tiri"

"Dan kau bangga dengan hal itu ?"

"Tentu saja, karena aku berhasil membuat dia nyaman walau kami tak sedara"

Marvel menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Arhan. Rasanya ia ingin sekali menguliti laki-laki itu hidup-hidup.

"Mulai sekarang jangan pernah lagi menghubungi Laura kalau anda hanya menginginkan uangnya" pinta Marvel dengan tegas.

"Tapi Laura anak saya mantu, bagaimana bisa anda melarang saya menghubungi dia"

"Itu anda tau kalau Laura anak anda, terus kenapa anda memperlakukannya dengan buruk ?"

"Saya tidak pernah melakukan hal buruk padanya" bantah Arhan.

"Omong kosong, kau pikir dengan cara kau menyuruhnya mentransfer uang ke rekening anak tirimu adalah hal yang wajar hah ?" Bentak Marvel kemudian.

"Tentu saja mantu, Laura bisa jadi seorang dokter karena uangku"

"Berapa biaya yang kau habiskan saat Laura kuliah ?"

"Lebih dari 500 juta"

Mendengar hal itu Marvel langsung mengeluarkan sebuah cek, lalu menuliskan uang sejumlah 1 miliar. Ia menyerahkan cek itu kepada Arhan.

"Ambil ini, dan jangan pernah minta apapun pada Laura lagi. Biarkan dia hidup tenang".

Melihat nominal uang yang sangat banyak mata Arhan langsung memerah. Ia  dengan semangat mengambil cek itu dan menyimpan nya dengan rapih di laci kerjanya.

"Baik mantu, aku tidak akan menghubungi Laura lagi" jawab Arhan dengan semangat.

"Dasar tua bangka mata duitan" batin Marvel semakin kesal dengan sikap Arhan.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Sementara itu Laura baru saja tiba di rumah sakit , langkahnya begitu pelan dan terasa tak ada tenaga sama sekali.

"Pagi Sus" sapa Laura pada suster Ara yang sedang merapihkan meja kerjanya.

Suster Ara menoleh, ia cukup terkejut melihat wajah pucat Laura "dokter kenapa ? Sakit ?" Tanya suster Ara.

"Tidak sus, saya baik-baik saja"

"Tapi wajah dokter pucat sekali, kalau seandainya sakit jangan di tahan dok"

"Iya sus,jangan panik ya !! Aku baik-baik saja kok"

Tentu saja suster Ara tak percaya, karena baru kali ini ia melihat wajah Laura begitu pucat, pasti dokter cantik itu sedang tak baik-baik saja.

"Apa jadwal saya hari ini sus ?" Tanya Laura, suaranya begitu lemah dan pelan.

"Pagi ini memeriksa pasien dok, terus siangnya ada operasi"

"Ya sudah yuk periksa pasien !"

Suster Ara mengangguk, ia sebenarnya ingin menyuruh Laura istirahat saja, tapi pasti Laura tidak mau, Suster Ara hapal betul kalau Laura begitu semangat.

Keduanya keluar dari ruangan dan menuju ruangan pasien. Disaat itu Arya lewat, laki-laki itu cukup terkejut saat melihat wajah pucat Laura.

"Kamu sakit Ra ?" Tanya Arya, raut wajahnya terlihat sangat khawatir.

"Tidak pak, saya baik-baik saja" jawab Laura padahal kepalanya sakit dan rasanya tidak karuan.

"Yakin ? Wajah kamu pucat sekali Ra. Kalau memang sakit istirahat dulu nanti di gantikan sama dokter yang lain"

"Insya Allah saya baik-baik saja dok" Laura masih membantah dengan keras kalau dirinya baik-baik saja. "Ya sudah kami permisi ya pak"

Laura langsung meninggalkan Arya, namun belum terlalu jauh tiba-tiba pandangan mata Laura mendadak hitam, semuanya gelap hingga tak berapa lama Laura jatuh pingsan beruntung Arya langsung berlari dan menangkap tubuh Laura.

"Udah dari tadi pak saya memaksa dokter Laura istirahat tapi dia nya gak mau" jelas Suster Ara.

"Jangan banyak bicara dulu sus, mending siapkan perawatan sekarang" pinta Arya.

"Baik Pak"

Kini Laura sudah berada di ruang IGD, seorang dokter sudah meneriksa keadaannya. Sementara Arya menunggu kabar ia begitu cemas melihat Laura pingsan seperti ini.

"Laura kenapa ya kok sampai pingsan begitu" gumam Arya.

Tidak berapa lama dokter yang memeriksa Laura keluar, dengan sigap Arya mendekat untuk menanyakan keadaan Laura.

"Bagaimana ?"

"Tekanan darahnya begitu rendah, dokter Laura terlalu kelelahan, sebaiknya untuk sementara dokter Laura istirahat dulu sampai cukup membaik"

"Baiklah, apa dia sudah sadar ?"

"Sudah pak, silahkan kalau mau melihat"

Mendengar hal itu Arya langsung masuk keruangan IGD disana ada suster Ara yang menemani Laura mengobrol.

"Laura, kamu baik-baik saja kan ?" Tanya Arya.

"Saya baik-baik saja pak"

"Sementara kamu di rawat dulu ya, katanya tekanan darah kamu renda. Saya akan menyiapkan ruangan untukmu"

"Tidak perlu pak, jika memang bapak mengizinkan saya mau pulang saja. Saya mau istirahat di rumah"

"Tapi Ra..."

"Saya bisa pak merawat diri saya, kan saya ini dokter"

Karena Laura terus memaksa akhirnya Arya mengizinkan Laura pulang, bahkan Arya memberikan libur selama seminggu. Awalnya Laura menolak ia pikir itu terlalu lama cukup sehari waktunya istirahat, tapi Arya tetap memaksa.

Dan sekarang Laura sudah berada di rumah Marvel dengan di antar oleh Suster Ara. Ia sudah beristirahat didalam kamar.

\=\=\=\=\=\=\=

Sore harinya Marvel pulang dari kantor, ia menatap mobil Laura yang sudah terparkir di garasi.

Marvel memasuki rumah, ia melihat bibi Yun sedang meletakkan sayur sop kedalam mangkok.

"Baru pulang Tuan ?" Tanya bibi Yun basa-basi.

"Hemmmm"

"Saya mau mengantar ini kekamar non Laura dulu ya Tuan"

"Memangnya dia kenapa sampai makanan harus di antar segala ?"

"Non Laura sakit tuan, tadi dia di antar sama suster rumah sakit pulang. Harusnya non Laura di rawat di rumah sakit tapi Non Laura menolak"

Marvel langsung terkejut mendengar kalau Laura sakit, tapi ia bersikap biasa saja. "Ya sudah sana antar, bilang cepat sembuh karena saya tidak suka ada yang sakit di rumah ini" ucap Marvel.

"Baik tuan"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!