Episode 04

Mencari informasi tentang seseorang bukanlah hal yang sulit bagi seorang Rino. Terbukti sekarang ia sudah mendapatkan semua info tentang wanita yang di cari oleh Marvel.

"Bagaimana ? Apa kau sudah mendapatkan semua info yang saya inginkan ?" Tanya Marvel saat Rino mendatangi kantornya.

"Tentu saja, itu hal yang kecil bagiku" jawab Rino dengan nada sombongnya.

"Ciihhhh" Marvel berdecih namun tak bisa di pungkiri kalau dirinya mengagumi cara kerja Rino. "Lalu mana info yang aku inginkan ?"

"Mau aku bacakan apa kau baca sendiri"

"Bacakan saja !! Aku lagi pusing sekarang"

Rino terkekeh, lantas mulai membacakan seluruh informasi yang ia dapatkan.

"Nama lengkapnya Laura Valencia berprofesi sebagai seorang dokter ahli beda. Ibunya sudah lama meninggal lalu Ayahnya menikah lagi dengan seorang janda beranak satu"

"Bacakan yang penting saja Rino ! Tidak usah sampai ke nenek moyang nya segala"

Rino menarik napas panjang kemudian kembali membacakan semuanya.

"Dia wanita yang cantik dan mandiri, tidak suka berpoya-poya.. Penderitaan yang ia alami saat ini karena sering di siksa oleh ibu tiri dan saudara tirinya"

Marvel mendengarkan dengan seksama walau menurutnya tak ada yang menarik sama sekali. Namun karena wanita itu yang akan menjadi istrinya kelak membuat Marvel harus mendengarkan apa saja yang Tama katakan.

"Jadi dia bukan pelacur seperti dugaan mu kan ?" Tanya Marvel cukup serius.

"Bukan dia cocok mendampingimu sampai tua"

"Haiiissst.. Menjijikan"

Rino tertawa dengan lebar saat mendengar ucapan Marvel, ia menggelengkan kepalanya karena heran kenapa Marvel begitu membenci kata menikah. Padahal dirinya saja yang juga seorang Casanova tetap menginginkan menikah dan menjalin rumah tangga.

"Apa lagi yang kau butuhkan ?"

"Hubungi dia, dan suruh dia datang ke restoran malam ini jam 07"

"Siap, itu masalah gampang"

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Sementara itu di rumah sakit, Laura sedang membaca data pasien yang akan ia operasi sore ini. Harinya cukup sibuk namun tak membuat Laura mengeluh, ia tetap semangat menjalani profesinya sebagai seorang dokter.

"Dok, ada telepon untuk anda" ucap Suster Ara.

Laura menegakkan kepalanya lalu menatap kearah Suster Ara. "Dari siapa ?"

"Katanya putra dari tuan Regan Louis"

"Baiklah" Laura mengangkat gagang telepon di sampingnya, lalu menempelkan benda itu ke daun telinganya.

"Hallo" sapa Laura dengan suara lembut.

"Ada yang bisa saya....." Kalimat Laura menggantung di udara saat seseorang di seberang sana langsung memotong ucapannya.

"Temui aku di restoran X nanti malam jam 07, ingat jangan sampai telat"

Setelah itu panggilan langsung terputus secara sepihak, membuat Laura kebingungan siapa laki-laki yang barusan menghubunginya.

Tak cukup lama Lauara meletakkan gagang telepon, ponsel mewahnya berbunyi, tertera nama sang Ayah disana membuat Laura langsung menggeser menu hijau yang ada di layar ponselnya.

"Iya Ayah" ucap Laura.

"Pulang sekarang, Ayah mau bicara penting denganmu"

"Tidak bisa Ayah sebentar lagi aku ada operasi lagi, aku akan pulang jam 04 sore"

"Baiklah Ayah tunggu di rumah"

"Iya Yah"

Seperti biasa Arhan langsung memutuskan sambungan secara sepihak, Laura bertanya-tanya ada hal penting apa yang ingin di katakan sang Ayah padanya.

Tak ingin berlarut dengan berbagai pikiran Laura kembali melanjutkan pekerjaannya, ia membereskan data-data pasien karena sudah waktunya operasi terakhir yang harus ia lakukan.

Sebelum pergi keruang operasi tak lupa Laura berdoa pada yang maha kuasa, supaya operasi yang akan ia jalani berjalan lancar. Karena ada keluarga yang menunggu kabar baik dari pasien.

Laura memasuki ruang operasi, memakai pakaian serba hijau yang sudah di sediakan dan juga steril tentunya. Tak lupa masker kesehatan yang ia pakai untuk menutupi hidung dan mulutnya.

45 menit waktu Laura untuk menyelesaikan operasi ini, setelah selesai ia segera keluar dari ruang operasi dan mengatakan pada keluarga pasien kalau semuanya berjalan lancar dan pasien baik-baik saja.

"Terima kasih dok atas kerja kerasnya, semoga dokter selalu di beri kesehatan dan kebahagiaan" seorang wanita paruh baya menepuk pundak Laura dengan lembut, doanya begitu tulus untuk wanita cantik yang bergelar sebagai dokter itu.

"Sama-sama ibu, ini memang sudah menjadi tugas saya sebagai dokter" balas Laura

Setelah itu Laura berpamitan karena dirinya harus segera pulang. Jam di tangannya sudah menunjukan pukul 04 sore apalagi nanti malam ia harus menemui seseorang yang belum ia kenal.

Sebelum pergi Laura mengambil barang-barang pentingnya di ruangan, barulah ia berjalan ke luar rumah sakit dan menuju mobilnya.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Setiba di rumah, Laura langsung menuju ruangan sang Ayah dimana sering diadakan pertemuan.

Seperti biasa sebelum masuk Laura mengetok pintu terlebih dahulu, setelah ada perinta dari dalam ia segera membuka pintu secara perlahan..

"Ada apa Yah ?" Tanya Laura

"Duduk !" Perintah Arhan dengan tegas.

Laura menurut ia duduk tepat dihadapan sang Ayah, karena memang di ruangan itu hanya ada dirinya dan sang Ayah saja.

"Ayah mau membahas masalah warisan ibumu, sebentar lagi kamu akan segera menikah dengan anak orang kaya jadi saham yang punya ibumu kau berikah saja pada Ayah"

Laura langsung menganga, Ayahnya begitu gila tentang harta, lagian ia belum memutuskan akan menikah dengan pria yang belum ia kenal itu. Tapi kenapa Arhan sudah memutuskan hal itu.

"Terserah ayah saja" jawab Laura pasrah, karena percuma berdebat, Ayahnya akan tetap meminta warisan peninggalan sang ibu.

"Dan satu lagi tolong kau transfer uang kerekening Lala"

"Yah, kemaren aku baru saja mentransfer uang kerekening kakak, kenapa sekarang minta lagi"

"Jangan membantah Laura, ingat kau bisa jadi seorang dokter karena uang Ayah"

Selalu itu yang Arhan katakan, membuat perasaan Laura begitu sakit. Ia mengeluarkan ponselnya lalu mengetik angka yang harus ia kirimkan kerekening Lala.

"Kalau begini terus bagaimana bisa aku menabung" batin Laura lirih.

"Bagaimana sudah kan ?" Tanya Arhan tanpa memperdulikan kalau putrinya itu akan terluka.

Laura mengangguk dengan gerakan pelan.

"Ya sudah sana keluar, cuman itu yang Ayah ingin katakan"

Laura tak menjawab ia langsung berdiri dari duduknya kemudian melangkah pergi. Ia mengusap pipinya yang basah karena air mata.

Ia yang anak kandung harus merasakan semua ini, sementara Lala yang notabenya adalah anak tiri begitu di manja oleh Arhan.

Laura memasuki kamarnya, tangisnya langsung pecah disana, semenjak ada Lala banyak hal yang harus membuat Laura mengala, salah satunya meninggalkan kamar yang menjadi haknya lalu pindah kekakar tamu. Namun Laura tak membantah ia selalu menurut apapun yang di perintahkan oleh Arhan.

"Ibu...." Gumamnya dengan suara serak.

"Kenapa begini hidup yang harus Laura jalani bu, Laura merasa sudah tak ada siapa-siapa lagi, Ayah lebih sayang sama anak tirinya di banding Laura"

Dadanya terasa sesak, air matanya menetes semakin deras, entah kapan ada kebahagiaan yang akan menghampirinya.

Terpopuler

Comments

susi 2020

susi 2020

😘😘😘

2023-09-03

0

susi 2020

susi 2020

🙄🙄

2023-09-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!