Episode 08

Malam harinya, tepat jam 07 malam. Regan, Eliza dan juga Marvel sedang dalam perjalanan menuju rumah Laura. Tak ada pilihan lain untuk Marvel ia hanya bisa menurut apa yang di inginkan kedua orang tuanya.

Setiba di rumah Laura mereka semua di sambut oleh kedua orang tua Laura.

"Selamat malam tuan Regan" ucap Arhan dengan sopan.

"Jangan terlalu formal Arhan !! Kita kan sebentar lagi akan menjadi besan" balas Regan seraya menepuk bahu Arhan.

"Baik tuan"

Sementara Eliza dan juga Lily hanya tersenyum setelah berpelukan tanda pertemuan.

"Apa ini Marvel yang akan di menikah dengan Laura ?" Tanya Lily, matanya menatap kearah Marvel dengan sekesama.

"Iya jeng, ini putra kami yang akan menikahi Laura" balas Eliza.

Sedikit tak terima bagi Lily saat melihat ketampanan Marvel. Ia berharap Marvel menikahi Lala bukan Laura. Namun apa boleh buat kalau Regan justru menginginkan Laura yang menjadi menantunya.

"Ayo masuk" kemudian Arhan membawa tamunya masuk kedalam.

Mereka berkumpul di ruang tamu.

"Bu, tolong panggil Laura" pinta Arhan kepada sang istri.

Lily mengangguk, ia berdiri dan berjalan menuju kamar Laura. Sejujurnya ia tidak suka bersikap baik kepada anak tirinya itu namun karena disana ada Regan sekeluarga mau tak mau Lily harus memperlakukan Laura dengan baik.

Tok-tok-tok.

Sebelum masuk kedalam kamar, tak lupa Lily mengetok pintu dahulu.

"Laura, ayo keluar !! Tamunya udah datang" ucap Lily dari luar kamar.

Tak berapa lama Laura keluar, ia sudah berpakaian rapih sesuai yang kedua orang tuanya inginkan. Penampilannya saat ini begitu cantik membuat Lily saja pangling.

"Ayo turun ! Gak enak kalau mereka menunggu lama"

"Iya bu"

Satu persatu anak tangga mereka turuni, perasaan Laura begitu tak karuan, masih bimbang antara menerima semua ini atau menolak.

Mendengar langkah kaki mendekat Marvel mengangkat kepalanya, ia terperangah saat melihat penampilan Laura saat itu. Tak dapat Marvel pungkiri kalau Laura terlihat sangat cantik dengan pakaian seperti itu.

"Haiiisss... Pikiran macam apa ini" batin Marvel kesal.

Sementara Eliza langsung berdiri dan menyambut kedatangan Laura, wajahnya begitu bahagia karena sebentar lagi akan memiliki menantu yang sangat cantik.

"Kamu cantik sekali nak" puji Eliza.

"Terima kasih tante"

"Yuk duduk !" Eliza membimbing Laura untuk duduk di sofa yang berhadapan dengan Marvel.

Namun Laura tak berani menatap kearah Marvel, ia terus menunduk karena Marvel selalu memberikan tatapan tajam kearahnya.

"Maksud kedatangan kami kesini karena ingin melamar putri anda untuk putra kami Marvel" Regan memulai pembicaraan.

"Terima kasih atas niat baiknya tuan Regan, suatu kehormatan besar bagi kami karena anda mau menjadikan anak saya sebagai menantu. Dan tentu saja lamaran nya saya terima" balas Arhan langsung tanpa bertanya dulu pada Laura.

Laura menatap kearah sang Ayah. Harusnya Arhan bertanya dulu bagaimana jawabannya. Jika Arhan langsung memutuskan semuanya terus apa gunanya ia hadir malam ini, toh semuanya akan sama saja ada atau tidak ada dirinya.

"Jadi kapan baiknya pernikahan mereka di laksanakan" kali ini Arhan yang bertanya dengan sangat antusias.

"Lebih cepat lebih baik" balas Regan kemudian.

"Bagaimana kalau minggu depan"

"What" pekik Marvel dan Laura secara bersamaan, membuat semua orang menoleh dan menatap kearah keduanya.

"Jangan minggu depan Pa, itu terlalu cepat" sahut Marvel

"Iya Ayah, beri kami waktu untuk saling mengenal dulu" Laura pun ikut menimpali.

"Kalian bisa saling mengenal setelah menikah, kata orang-orang pacaran setelah menikah itu sangatlah indah" jelas Eliza

"Betul kata mama kamu Vel, pokoknya pernikahan kalian akan di langsungkan minggu depan"

Marvel menarik napas panjang, ia tahu betul jika semua itu sudah keputusan sang Papa maka tidak bisa di ganggu gugat, yang dapat ia lakukan hanyalah pasra dan menerima pernikahan yang tidak ia inginkan ini.

"Jadi deal ya, kalau pernikahan mereka minggu depan" kata Arhan dengan berbinar.

"Iya" jawab Regan dan Eliza serempak

Laura menundukan kepalanya, ia ingat dengan ucapan Marvel kalau akan membuat hidupnya seperti di neraka jika menikah dengannya.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Saat semua orang sedang makan bersama, beda dengan Marvel dan Laura yang memilih duduk di teras depan rumah. Bukan keinginan Laura memang karena semua ini keinginan Marvel.

"Senangkan Lo" ucap Marvel dengan nada sengit.

"Maksudnya ?" Tanya Luara tak mengerti.

"Jangan sok polos deh, gue tau Lo nerima pernikahan ini karena menginginkan uang kedua orang tuaku kan"

Laurw tak menjawab, baginya percuma menjelaskan. Marvel akan selalu menganggap dirinya menginginkan harta laki-laki itu, padahak dirinya juga tidak mau terjebak di dalam pernikahan ini.

Bahkan menikah saja belum kepikiran di diri Laura, ia masih ingin mengejar karirnya supaya bisa terbebas dari Ayahnya.

"Kalau Lo diam berarti apa yang gue pikirin benar" ucap Marvel lagi, matanya menunjukan sorot kebencian pada Laura.

"Terserah kamu mau menganggap nya apa, yang jelas aku tak seperti itu"

"Ciih. Mana ada maling mau ngaku" balas Marvel "lo mau nikah sama gue karena ingin menyelamatkan perusahaan ayah lo kan ? Apa bedanya dengan kamu menjual diri kalau gitu"

Ucapan Marvel seolah semuanya benar, ia menikah dengan Marvel karena ingin menyelamatkan perusahaan sang Ayah. Wajar saja jika laki-laki itu menganggapnya menjual diri.

"Ingat ucapan gue waktu itu, kalau gue akan membuat hidup lo seperti di neraka" Marvel kembali berbicara dengan nada penuh kebencian.

"Dan satu lagi, jangan pernah ikut campur dengan urusanku, pekerjaan ku dan hobby ku"

"Iya, walau kita sudah menikah aku tidak akan ikut campur tentang kehidupanmu, kita jalani saja semuanya seperti biasa dan menganggap kalau pernikahan ini tidak pernah terjadi"

"Bagus" Laura berdiri dari duduknya, lalu berjalan menuju mobil yang terparkir tidak terlalu jauh.

Setelah kepergian Marvel, air mata Laura yang sedari tadi ia tahan tumpah langsung. Dadanya terasa sesak karena perjalanan hidupnya yang sungguh melelahkan.

Entah akan seperti apa kehidupan nya nanti, akan lebih baik atau bahkan lebih buruk dari sebelumnya. Yang Laura harapkan semoga yang maha kuasa selalu melindungi dirinya.

"Lo Marvel mana nak ?" Tanya Eliza membuat Laura kaget.

"Udah nunggu di mobil tante"

"Astaga itu anak, kok kamu di tinggalin sendiri sih" gerutu Eliza kesal akan tindakan putranya itu.

"Mungkin Marvel capek Tante"

"Tapi gak gini juga sayang, masa kamu di tinggal sendiri"

"Tidak apa-apa tante"

Eliza membelai rambut Laura dengan lembut dan semua itu tak luput dari pandangan Marvel.. Membuat laki-laki itu berdecih kesal.

"Pelet apa yang di pakai wanita itu sampai papa dan mama sangat menginginkan dia menjadi menantu mereka" gumam Marvel tanpa mengalihkan tatapannya.

"Awas aja kalau terbukti dia menggunakan pelet akan ku hancurkan hidupnya seperti serpihan debu" sambungnya lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!