Usai menemui Marvel, Laura langsung bersiap untuk makan malam dengan Arya. Beberapa menit yang lalu Arya baru saja mengabarinya kalau dia sudah menunggu di restoran jepang yang cukup terkenal itu.
Sedikit memoles wajahnya, Laura terlihat sangat cantik alami. Ia mengambil tas kecilnya kemudian keluar dari kamar.
"Kau mau kemana ?" Pertanyaan Marvel menghentikan langkah kaki Laura.
"Bukankah di surat itu tertulis kalau tidak boleh ikut campur dengan urusan masing-masing" jawab Laura membuat Marvel langsung terdiam.
Tak ingin berlama-lama, Laura langsung meninggalkan Marvel lalu keluar menuju mobilnya. Ia tidak enak hati kalau telat terlalu lama. Walaupun Arya adalah laki-laki yang baik tapi tetap saja Laura tidak enak jika laki-laki itu terlalu lama menunggu.
Setiba di restoran jepang, Laura mengedarkan matanya mencari sosok Arya, hingga seseorang melambaikan tangannya membuat Laura langsung berjalan mendekat.
"Maaf lama menunggu" ucap Laura seraya menarik kursi lalu mendudukan diri disana.
"Tidak apa-apa Laura, aku juga belum terlalu lama menunggu" balas Arya dengan suara teramat lembut.
"Kenapa belum pesan makanan ?"
"Sengaja nungguin kamu. Hehe"
"Harusnya pesan saja Pak, gak usah nungguin saya"
"Kalau saya pesan duluan, buat apa kita makan malam bareng Ra"
"Iya juga sih" Laura menganggukan kepalanya berulang, membuat Arya kembali terkekeh lucu.
"Ya sudah kita pesan makan aja sekarang"
Arya melambaikan tangannya, hingga tak berapa lama seorang pelayan laki-laki mendekat dan menanyakan hendak memesan apa.
Baik Arya maupun Laura menyebutkan makanan yang ingin di pesan. Sembari menunggu pesanan datang Arya selalu mengajak Laura bercanda, sehingga tak jarang Laura keceplosan tertawa lepas.
"Oh ya Ra, aku mau memberi tahumu kalau aku akan ikut ke papua" ucap Arya
"Kalau bapak ikut bagaimana dengan rumah sakit ?"
"Ku kipikir di tinggalkan selama dua bulan tidak apa-apa"
"Ya terserah bapak saja"
"Kalau di luar rumah sakit jangan panggil bapak Ra, kita kan seumuran panggil nama saja. Kalau bapak aku ngerasa tua amat"
Laura kembali tertawa, lucu memang mereka seumuran tapi Laura memanggil Arya dengan sebutan Pak..mungkin karena terbiasa makanya Laura selalu mengawali dengan sebutan Pak saat memanggil Arya.
"Ok, ok maafkan aku. Baik aku akan memanggilmu dengan sebutan nama"
"Nah itu kan bagus"
Tidak berapa lama makanan pesanan mereka datang. Pelayan tadi langsung menghidangkan semua pesanan Arya dan Laura keatas meja. Semua menu yang mereka pesan begitu menggugah selera membuat Laura tak sabar ingin menyantap hidangan tersebut.
Setelah makan malam Arya mengajak Laura ketaman sebentar walau hanya sekedar berkeliling, kebetulan juga ini malam minggu sehingga suasana taman begitu ramai.
Keduanya berjalan sembari bercerita. Entah kenapa Laura merasa nyaman apalagi Arya selalu berhasil membuatnya tertawa lepas.
"Kamu nyesel gak aku ajak makan malam Ra ?" Tanya Arya tiba-tiba.
"Kenapa nanya gitu ?"
"Ya cuman pengen tau aja, kali aja kamu nyesel kan jalan sama aku"
"Kamu ini ngomong apa sih Ar. Jelas aku tidak menyesal malahan aku bahagia karena kamu orangnya lucu"
Langkah kaki Arya berhenti, membuat Laura menatapnya heran.
"Duduk dulu yuk, capek jalan terus dari tadi"
"Ok,"
Beruntung tak jauh dari mereka ada tempat duduk yang kosong. Arya dan Laura duduk disana masih terus bercerita tentang pengalaman masing-masing.
Namun tanpa Laura sadari kalau Marvel sejak tadi menatap kearahnya. Laki-laki itu hendak pergi ke klub namun saat melewati taman matanya tak sengaja melihat sosok sang istri hingga Marvel langsung menghentikan mobilnya. Hanya untuk memastikan kalau dirinya tak salah lihat.
Dan entah kenapa ada perasaan tak suka di diri Marvel saat melihat Laura bersama laki-laki lain. Ia ingin marah dan membawa Laura pulang. Tapi Marvel mengingat kalau dirinya membuat perjanjian kalau keduanya boleh berselingkuh asalkan jangan ketahuan keluarga.
"Ciih, ku pikir dia wanita yang baik, ternyata sama saja. Buktinya sekarang dia jalan sama laki-laki lain" gumam Marvel tanpa mengalihkan tatapannya.
"Dasar wanita murahan"
Marvel kembali menghidupkan mesin mobilnya, lalu menekan pedal gas dengan kecepatan tinggi. Hingga tak berapa lama ia tiba di klub tempat biasa. Disana sudah ada Erwin dan Rino.
"Sialan... !" Umpat Marvel setiba di ruangan tempat mereka sering berkumpul.
"Lo kenapa bro ? Datang-datang langsung marah-marah" tanya Erwin heran.
"Semua wanita itu sama saja, murahan" balas Marvel.
"Wanita mana yang kau maksud ?" Tanya Rino kemudian.
Marvel tak menjawab, ia langsung menuangkan minuman kedalam gelas kemudian meneguknya sampai habis tak tersisa.
"Cukup Vel, Lo kenapa sih ?" Erwin langsung mengambil gelas minuman Marvel karena laki-laki itu sudah minum banyak.
"Berikan brengsek, gue butuh minuman sekarang" bentak Marvel.
"Lo ada masalah ?, Jangan kek gini juga" Erwin tetap bersih keras tak memberikan gelas itu.
"Ciih. Ya sudah kau ambil saja gelas itu gue bisa minum lewat botolnya langsung*
Namun sebelum Marvel berhasil mengambil botol di atas meja, Rino sudah menyingkirkan. Mereka berdua yakin kalau Marvel sedang ada masalah.
"Kalian memang brengsek" umpat Marvel pada dua sahabatnya itu.
"Cerita dulu sama kita, lo ada masalah apa ?" Tanya Erwin penasaran.
"Wanita sialan itu berani jalan sama laki-laki lain, mana ketawa-ketawa terus lagi, padahal kalau di rumah ngomong sama gue saja dikit amat" cerita Marvel kemudian.
"Laura maksud Lo ?" Tebak Rino
"Siapa lagi"
Erwin dan Rino saling pandang, lalu sesaat kemudian terkekeh.
"Jangan-jangan Lo udah jatuh cinta sama bini Lo Vel"
"Menjijikan" bantah Marvel.
"Lah terus ngapain Lo marah kalau Laura jalan sama cowok lain, bukankah tadi siang Lo bikin surat perjanjian kalau baik Lo maupun Laura boleh selingkuh" balas Erwin kembali mengingatkan prihal surat perjanjian yang sudah di tangani oleh Laura.
Marvel tak lagi menjawab, ia langsung terdiam seolah ucapan Erwin membuatnya kalah telak. Hingga beberapa saat kemudian tiga orang wanita berpakian seksi memasiki ruangan itu. Dan salah satu dari mereka duduk di pangkuan Marvel.
"Mau main gak sayang" bisik wanita itu dengan suara sensual.
Marvel sih laki-laki yang rendah iman, langsung mengangguk apalagi saat melihat dua gundukan gun*ung yang begitu besar. Membuat jiwa kelelakian Marvel langsung bergejolak.
"Gue duluan ya" ucap Marvel pada kedua sahabatnya yang kini sama-sama sedang bercumbu dengan pasangan masing-masing.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Kini Laura sudah tiba di rumah. Ia langsung memasuki kamarnya tanpa bertanya apakah suaminya ada di rumah atau tidak. Jelas Marvel sudah tau jawabannya karena saat ia memarkirkan mobil Laura tak melihat mobil Marvel disana.
"Pasti lagi sama cewek seksi itu" gumam Laura.
"Dasar Casanova" .
Usai membersihka diri Laura langsung merebahkan dirinya di atas kasur. Dan beberapa saat kemudian ia sudah terlelap dan masuk kedalam mimpi.
Keesokan harinya.....
Hari ini Laura kerja jam 12 siang, jadi pagi ini ia tak terlalu sibuk untuk berangkat bekerja.
Laura keluar dari kamar dan menuju dapur, ia ingin masak makanan kesukaannya.
"Biar saya saja non yang masak, non duduk aja" ucap Bibi Yun.
"Tidak apa-apa bi, aku udah biasa kok masak"
"Memamgnya non mau masak apa"
"Capcay bi, udah lama aku gak masak makanan itu".
"Ya sudah bibi bantu ya non"
Laura mengangguk, ia langsung memotong sayuran dan yang lainnya. Sementara bibi Yun menyiapkan bumbu.
Marvel turun dan mencium wangi masakan yang mengguga selera ia melihat Laura sedang memasak dengan lihai. Sesaat Marvel terpana namun beberapa detik kemudian ia langsung tersadar.
"Bi bikinin aku kopi dan roti bakar" teriaknya pada bibi Yun.
Marvel menarik kursi meja makan dan duduk disana, sembari menunggu apa yang ia pesan datang. Marvel memainkan ponselnya. Namun sesekali matanya menatap kearah Laura yang masih memasak.
"Ini tuan pesanannya" bibi Yun meletakkan secangkir kopi dan juga roti bakar kehadapan Marvel..
"Itu masak apa Bi ?" Tanya Marvel penasaran.
"Itu non Laura masak capcay, enak banget tuan saya tadi di suruh mencobanya" jawab bibi Yun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments