"Kalau dia cantik harusnya kau bangga karena akan memiliki istri" ucap Rino.
"Cuiiihhh" Marvel meludah kesembarang arah "dia hanya menginginkan uang Papa ku" Kemudian mengangkat segelas alkohol dan langsung meminumnya.
Tatapan mata Marvel tertuju pada seorang wanita yang berdiri tak jauh darinya, Marvel mengedipkan matanya hingga membuat wanita itu berjalan mendekati Marvel. Ia langsung duduk di pangkuan Marvel tanpa tau malu.
Telapak tangan Marvel menyentuh pinggang wanita itu, ia merem*as dan bibir Marvel mencium leher wanita yang kini menikmati setiap sentuhannya.
"Apa kita akan bermain disini ? Tidak kah kamu ingin membawaku ke suatu tempat" bisik wanita itu dengan suara sensual.
"Tentu saja aku akan membawa mu ketempat yang indah" balas Marvel.
Wanita itu berdiri dari pangkuan Marvel, begitupun dengan Marvel.
"Mau kemana ?" Tanya Rino.
"Biasa"
"Awas belendung anak orang Vel"
"Tidak akan, aku punya cara supaya itu tak terjadi"
Marvel berjalan di iringi dengan tawa menggelegar, sementara Rino hanya menggelengkan kepalanya melihat kearah Marvel yang kini sudah menjauh. Ia tahu kalau Marvel akan membawa perempuan itu kedalam hotel.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Laura mengakui kalau laki-laki yang barusan ia temui di restoran ini begitu tampan, pasti banyak wanita yang menyukainya termasuk dirinya sendiri.
Akan tetapi saat melihat sikap Marvel yang arogant dan sangat sombong membuat Laura harus membuang jauh-jauh rasa tertariknya. Apalagi hinaan yang ia dapatkan membuat Laura membenci laki-laki itu.
Laura berjalan meninggalkan restoran dan menuju mobilnya, hari sudah gelap namun malam ini Laura ingin ke makam ibunya, memang itulah yang Laura lakukan saat hatinya sedang terluka.
Setiba di makam Laura langsung memeluk pusara sang ibu, air matanya menetes dengan deras.
"Ibu, kenapa secepat ini ibu meninggalkan Laura, semenjak kepergian ibu Laura tidak punya tempat bersandar"
"Mereka semua menyakiti Laura bu, rasanya Laura sudah tidak kuat"
Tak ada yang tau betapa terlukanya ia saat ini, di paksa bertahan karena keadaan. Apalagi sang Ayah yang selalu memaksanya untuk mematuhi setiap aturan.
Setelah satu jam menangis ponsel Laura berbunyi, ia merogoh tas kecilnya lalu menemukan benda yang bergetar itu.
Suster Ara Calling...
Begitu yang tertera di layar segi empatnya. Laura lantas menggeser menu hijau supaya panggilan segera terhubung.
"Hallo sus, ada apa ?" Tanya Laura.
"Ada pasien yang harus dioperasi dok, dan rumah sakit sangat membutuhkan dokter"
"Baiklah, aku akan tiba di rumah sakit 10 menit lagi"
"Kami tunggu dok"
Setelah panggilan terputus Laura langsung menuju mobilnya, ia akan kembali berjuang menyembuhkan pasien, dan semoga operasi ini berjalan lancar seperti biasa.
10 menit kemudian...
Laura sudah tiba di rumah sakit, ia sedikit berlari agar segera tiba di ruangannya, karena ada seseorang yang membutuhkan pertolongannya saat ini.
"Selamat malam dok" sapa suster Ara saat melihat Laura sudah tiba di ruangannya.
"Malam" balas Laura.
"Sepertinya ada kasus besar dok, soalnya ada banyak dokter ahli beda yang di panggil malam ini"
Laura menatap kearah suster Ara, benarkah demikin ? Memangnya seperti apa pasien yang harus ia tangani.
"Ayo keruang operasi" ajak Laura setelah memakai pakaian khusus.
"Baik dok"
Saat berjalan menuju ruang operasi, seseorang memanggil Laura, membuat langkah Laura berhenti.
"Hei kau disini juga ternyata ?" Tanya Laura pada sahabat nya itu.
"Iya, pihak rumah sakit yang menghubungiku" jawab Raisa
Laura mulai menyadari sepertinya pasien nya kali ini memang orang penting, buktinya sahabat dekatnya yang bekerja di rumah sakit lain saja di undang kesini.
Laura dan Raisa memasuki ruangan operasi, disana sudah ada beberapa dokter dan perawat yang sibuk menyiapkan alat-alat yang akan di gunakan.
"Waw, dia tampan sekali" seru Raisa saat menatap seorang pria yang banyak luka di bagian wajahnya.
Laura melirik sekilas, kemudian menggelengkan kepalanya. Kebiasaan Raisa memang seperti itu selalu terpesona saat melihat pria tampan.
Saat operasi di laksanakan semua dokter termasuk Laura begitu fokus, tak ada yang bersuara sampai operasi selesai di lakukan.
"Alhamdulillah" seru Laura setelah operasi selesai. Tampak senyum di wajahnya begitu indah karena kembali berhasil melakukan tugasnya sebagai seorang dokter.
Usai melakukan operasi, Laura tidak pulang kerumah ia bermalam di ruangannya.
"Kamu gak pulang Ra ?" Tanya Raisa.
Laura menggelengkan kepalanya, kemudian berkata "tidak Sa, aku bermalam disini saja, lagian aku ada pakaian ganti kok"
"Aku boleh ikutan nginap disini gak ?"
"Boleh kalau kamu mau"
Raisa memeluk tubuh Laura dengan erat "makasih ya Ra, malam ini kita cerita-cerita lagi"
"Siap"
Setiba di ruangan Laura langsung menyiapkan tempat tidur untuknya dan juga Raisa. Terlihat sangat sempit namun akan tetap menyenangkan jika bersama sahabat yang tersayang.
Malam itu Raisa dan Laura bercerita banyak hal, hingga akhirnya keduanya terlelap kedalam mimpi.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Keesokan paginya....
Laura membuka matanya secara perlahan, ia menatap sekeliling dan baru sadar kalau dirinya semalam tidur di rumah sakit. Tubuhnya terasa sakit karena tidur di tempat yang sempit akibat berbagi tempat pada Raisa.
Di liriknya sang Sahabat masih tertidur pulas, mau tak mau Laura membangunkan Raisa mengingat kalau mereka tidur di rumah sakit, takutnya ada pihak yang menegur.
"Sa bangun !!" Ucap Laura dengan pelan.
"Hemmmmm, bentar lagi Ra"
"Bangun Sa, kita ini tidur di rumah sakit takutnya ada petugas yang datang"
Dengan sangat malas Raisa membuka matanya, ia menatap kearah Laura seraya bertanya "jam berapa sekarang Ra ?"
"Setengah 07 Sa"
"Masih pagi sekali Ra, kalau di rumah aku belum bangun
"Ya kamu sendiri kan yang semalam mau ikut nginep disini"
Laura berjalan kearah kamar mandi, meninggalkan Raisa yang masih sangat malas bangun dari tidurnya.
Namun saat kembali keruangan Layra terkejut melihat Raisa menangis. Ia pun mendekat untuk menanyakan kenapa sahabatnya itu menangis.
"Sa ada apa ?" Tanya Laura.
"Adik ku Ra, dia harus di operasi sekarang, tapi uang tabungan ku belum cukup" Raisa menangis tersedu-sedu.
Laura baru ingat kalau adiknya Raisa harus melakukan operasi transplantasi ginjal, ia merasa iba dengan keadaan yang menimpa sahabatnya itu.
"Aku punya uang di tabungan ku Sa, kamu bisa memakainya dulu" ucap Laura menawarkan.
"Tidak Ra, aku tahu kamu juga membutuhkan uang itu, aku tidak mau kamu di siksa ayahmu karena tidak mentransfer uang kerekening kakakmu" balas Raisa yang paham bagaimana kehidupan Laura.
"Jangan pikirkan aku Sa, aku bisa mencari alasan untuk itu, lagian walaupun aku sudah mengirimi kak Lala uang Ayah ku tetap akan menyiksa aku, sekarang yang terpenting adalah keselamatan adikmu"
"Tapi Ra...."
"Kita ini sudah bersahabat sejak lama Sa, aku ingin membantumu, lagian aku sudah menganggap adikmu seperti adikku sendiri"
Mendengar hal itu Raisa tersenyum, ia lantas memeluk Laua dengan erat, ia bersyukur karena mempunyai seorang sahabat layaknya keluarga seperti Laura.
"Makasih ya Ra, aku janji secepatnya aku akan mengembalikan uang mu"
"Jangan pikirkan itu dulu, yang penting adikmu segera di operasi"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments