Episode 12

Akhirnya apa yang di tunggu-tunggu oleh Regan dan Eliza terjadi juga, pernikahan yang tidak di inginkan oleh Marvel hari ini akan di laksanakan.

"Saya terima nikahnya Laura Valencia binti Arhan dengan mas kawin tersebut tunai"

Cukup sekali tarikan napas Marvel berhasil menghalalkan wanita cantik yang kini duduk tepat disampingnya, Laura menarik napas panjang karena saat ini statusnya sudah berubah menjadi seorang istri.

"Semoga ini awal kebahagiaan untuk ku ya Allah" batin Laura

Marvel memasangkan cincin berlian di jari manis Laura, begitupun sebaliknya. Kemudian di lanjutkan dengan Laura mencium punggung tangan Marvel.

"Gantian kamu yang cium kening Laura nak" bisik sang Mama tepat di telinga Marvel.

"Harus ya ma melakukan itu" balas Marvel juga berbisik.

"Tentu nak"

Marvel menatap kearah Laura, ia begitu malas melakukan hal itu. Namun karena ini terlihat seperti seseorang yang mencintai Laura akhirnya mau tidak mau Marvel melakukan hal itu.

Bibirnya menyentuh kening Laura, dan entah kenapa ada desiran aneh yang Marvel rasakan. Begitu nyaman dan menentramkan. Sebelum perasaannya semakin tak karuan segera Marvel menjauhkan wajahnya.

"Jangan bangga dulu kau walau sudah menjadi istriku" bisik Marvel ditelinga Laura.

"Aku tau itu, sampai kapanpun aku akan menyadari statusku" balas Laura.

"Baguslah jikalau paham"

"Hei apa yang kalian bisikan ! Kalau membahas malam pertama nanti saja, sekarang para tamu hendak bersalaman dengan kalian" ucap Erwin membuat semua orang tertawa.

Marvel menatap Erwin dengan tajam, pikiran macam apa yang di katakan sahabatnya itu. Bagaimana mungkin dirinya membahas masalah malam pertama dengan Laura, bahkan melihat bodynya saja Marvel tidak bernafsu.

Kini keduanya berdiri saat para tamu hendak bersalaman guna mengucapkan selamat. Sebisa mungkin Marvel dan Laura tersenyum untuk membuat semua orang percaya kalau mereka menikah karena saling mencintai.

 

Sementara di sudut sana, dua orang wanita menatap iri kepada Laura. Apalagi saat melihat cincin berlian yang melingkar di jari manis Laura tadi.

"Aku mau cincin itu bu" ucap Lala

"Kau kira ibu tak mau, ya ibu begitu menginginkan cincin itu sama sepertimu"

"Pokoknya bagaimanapun caranya aku harus memiliki cincin itu"

"Iya, ibu mendukungmu"

Lala tersenyum penuh arti entah apa yang sedang ia rencanakan, yang jelas bukan rencana baik. Niatnya ingin mengambil cincin itu begitu besar.

Satu persatu para tamu undangan sudah pulang setelah mengucapkan selamat dan menikmati hidangan yang di sediakan. Wajah lelah Laura begitu terlihat membuat Eliza mendekati menantunya itu.

"Marvel ajak istrimu makan dulu, dia seperti nya kelelahan" pinta Eliza pada putranya.

"Kan bisa makan sendiri ma, kenapa harus sama aku"

"Marvel"

Mendengar nama nya kembali di panggil Marvel tak bisa menolak, ia tahu kalau itu bentuk amarah sang mama padanya.

"Yuk makan dulu" ajak Marvel pada istrinya.

"Duluan saja, aku belum laper"

"Tuh dengar sendiri ma, kalau dia belum laper"

"Laura sayang, makan dulu nak ! Setelah itu istirahat" ujar Eliza dengan lembut.

"Tapi Laura masih kenyang ma, nanti saja. Laura mau istirahat dulu"

"Ya sudah kalau gitu, kalian istirahat dulu"

Laura menatap sang suami, ia sebenarnya keberatan jika Marvel memasuki kamarnya, mengingat kalau kamar yang ia tempati begitu sempit karena kamar aslinya di tempati Lala.

"Buruan tunjukin kamar nya, gue ngantuk" ucap Marvel

"Ya sudah" Laura berjalan duluan, menuju sebuah kamar yang selama ini ia tempati.

Ceklek...

Pintu kamar di buka secara perlahan oleh Laura. Disana Marvel mengamati setiap interior kamar tersebut, sempit memang namun melihat susunan kamar yang begitu rapih dan bersih membuat Marvel begitu nyaman.

"Kamar Lo sempit juga ternyata, kek kamar pembantu" ucap Marvel.

Laura tak menanggapi ucapan suaminya, ia memilih mencari pakaian ganti karena sudah tak nyaman memakai gaun yang ia kenakan. Pernikahan mereka memang tidak ada acara resepsi, cukup akad nikah saja.

"Ini baju ganti mu" Laura memberikan satu stel pakaian yang tadi diberikan oleh mertuanya saat dirinya sedang di hias.

"Kok ada bajuku disini"

"Tadi mama yang memberikannya"

"Jangan bilang kalau malam ini kita tidur di kamar sempit ini"

"Memang itu kenyataannya"

"Astaga, kenapa hidupku sial banget" gerutu Marvel pelan namun masih bisa di dengar oleh Laura.

"Sana ganti di kamar mandi"

"Lah memang gak ada ruang ganti gitu ?"

"Kamu lihatkan kamar ini sempit, mana ada ruang ganti"

Marvel menarik napas panjang, kemudian melangkah dengan malas menuju kamar mandi. Laura hanya memperhatikan suaminya ia sebetulnya kasihan jika Marvel harus tidur di kamar yang sempit ini.

"Pasti kamu akan kesusahan tidur nanti malam" gumam Laura.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Malam harinya Marvel, Laura, Arhan, Lala dan juga Lily berkumpul di meja makan, mereka semua akan menikmati makan malam.

"Silahkan mantu" ucap Lily menggeser ayam goreng kearah Marvel.

Marvel tak menjawab, tapi mengambil sepotong ayam goreng di piring lalu memindahkannya ke piring Laura. Sontak saja Laura kaget ia menatap Marvel dengan heran.

"Biar kuat nanti malam" ucap Marvel membuat Lily dan Lala saling pandang.

Tatapan mata Lala terus tertuju pada cincin yang melingkar di jari manis Laura. Jarinya terasa gatal karena ingin segera memakai cincin itu. Jika ada kesempatan nanti ia akan merebut cincin itu.

"Pokoknya itu harus menjadi milikku, Laura tak pantas memakainya" batin Lala

Namun tanpa Lala ketahui kalau gerak-geriknya selalu di perhatikan oleh Marvel. Walau Marvel tak bisa menebak apa yang di rencanakan kakak tiri istrinya itu tapi Marvel yakin itu sesuatu yang tidak baik.

"Makan lah, setelah ini aku ingin istirahat lagi" ucap Marvel pada Laura.

"I--ya"

"Kenapa kamu gugup nak, apa karena belum terbiasa ya" sahut Arhan sembari terkekeh.

Ah kenapa rasanya senang sekali mendengar sang Ayah memanggilnya dengan sebutan Nak. Sudah lama Laura ingin mendengar ucapan tulus itu.

"Ternyata penghuni rumah ini semuanya bermuka dua" batin Marvel memperhatikan semuanya.

Saat makan malam semuanya diam, hanya bunyi dentingan sendok, garpu yang beradu dengan piring. Marvel makan dengan nyaman begitupun dengan Laura.

Setelah makan malam selesai Marvel langsung mengajak sang istri kekamar namun Laura menolak.

"Mau ngapain kau disini ?" Tanya Marvel heran.

"Saya mau mencuci piring dulu, kamu duluan saja"

Dahi Marvel mengerut kedua alisanya saling bertautan "kan ada bibi, jadi kau tidak perlu melakukan nya"

Laura terdiam, ia tidak mungkin menjelaskan kalau semua itu adalah rutinitasnya sebelum tidur jika tidak bekerja di rumah sakit.

"Aku tunggu dikamar ! Kalau dalam 2 menit kau tak juga menyusul jangan salahkam aku jika aku melakukan sesuatu" ancam Marvel lalu bergegas menuju kamar Laura.

Setelah kepergian sang suami, Laura nampak bingung. Hingga bibi yang bekerja di rumahnya mendekat

"Udah non kekamar saja temenin suaminya, masalah cucian biar bibi yang kerjakan non"

"Tapi Bi..."

"Nyonya tidak akan berani marah begitupun dengan tuan, karenakan ada suami non disini"

Entahlah apa Marvel akan peduli padanya jika Ayah dan ibu tirinya kembali menyakiti, bukankah Marvel sudah mengatakan kalau pernikahan ini hanya status belaka.

"Sana non" bibi mendorong tubuh Laura supaya segera menyusul sang suami.

"Ya sudah bi, makasih sebelummya"

"Sama-sama non"

Laura menaiki anak tangga, ia menuju kamar nya dengan langkah yang cepat sebelum sang suami marah-marah.

Terpopuler

Comments

susi 2020

susi 2020

😘😘🥰

2023-09-03

0

susi 2020

susi 2020

😍😍😍

2023-09-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!