Malam itu menjadi malam terburuk untuk Laura1, pertama ia di tuduh sebagai wanita tidak baik oleh Marvel, dan kedua ia di paksa menginap di rumah laki-laki itu oleh Regan dan Eliza. Walau awalnya Laura menolak namun karena paksaan dari Eliza di tambah Ayahnya yang begitu setuju akhirnya Laura bersedia..
Dan disinilah Laura berada di rumah mewah keluarga Louis. Sejak tadi ia menahan air matanya namun ketika semua itu tak bisa ia bendung lagi, Laura meminta untuk ke toiled. Disana ia menatap pantulan dirinya di cermin.
Entah bagaimana kehidupannya bisa menjadi sekacau ini, Laura hanya mengikuti arus kemana arahnya. Ia sudah tak punya tempat bersandar. Rasanya Laura ingin mengakhiri hidupnya sendiri.
Tok--tok--tok
Seseorang mengetok pintu kamar mandi, Laura berjalan untuk membukanya, ia tersenyum saat melihat Eliza sudah berdiri di hadapannya.
"Kamu baik-baik saja kan nak ? Atau kamu menginginkan sesuatu ?" Wanita paruh baya itu menatap wajah Laura dengan lekat.
"Aku baik-baik saja tante" jawab Laura berbohong, tentu saja ia tidak akan menceritakan apa yang ia rasakan saat ini.
"Ya sudah yuk keluar, kamu sudah terlalu lama didalam sini"
"Baik tante" Laura melangkahkan kakinya keluar bersama dengan Eliza.
Keduanya duduk di sofa ruang tamu, nampaknya Elusa masih ingin mengobrol dengan calon menantunya itu.
"Marvel itu pria yang baik, hanya saja dia tidak percaya dengan yang namanya cinta. Tante juga tidak tau mengapa. Tapi percayalah suatu hari nanti Marvel akan menyadari betapa beruntungnya ia memiliki istri seperti dirimu" jelas Eliza membuat Laura tersenyum paksa. Entahlah apakah itu benar, sulit bagi Laura untuk percaya di tambah dengan sikap Marvel yang begitu kasar padanya.
"Dan satu lagi jangan panggil aku tante, panggil aku mama karena sebentar lagi kamu akan menjadi putriku" sambung Eliza lagi.
"Baik tan... Eh mama" balas Laura masih terlihat kaku saat menyebutkan kata Mama.
Laura menundukan kepalanya, rasanya ia ingin sekali mengatakan kalau lebih baik pernikahan ini di batalkan saja, untuk dana yang sudah mereka berikan untuk membantu perusahaan sang Ayah. Laura janji akan membayarnya walau ia harus bekerja seumur hidup.
"Ada apa lagi ? Kalau ada sesuatu ceritakan saja sama mama !!" Eliza menggenggam tangan Laura dengan lembut.
"Emm, tante eh maksudku mama. Boleh tidak kalau pernikahan ini di batalkan saja, putra mama tidak mencintai saya begitupun sebaliknya, aku takut nantinya kami akan saling menyakiti" Laura berkata dengan sangat pelan, ia takut menyakiti perasaan Eliza.
"Percaya sama mama suatu hari nanti Marvel akan mencintaimu, dan kalian akan hidup bahagia" balas Eliza dengan penuh keyakinan.
"Tapi Ma...".
"Ssuuuttt... Tidak ada tapi-tapian, percaya saja sama mama nak !! Kami juga sudah sangat menyayangimu dan kami sudah tidak sabar ingin memiliki cucu dari mu dan Marvel"
Entah kebaikan apa yang Laura perbuat sehingga Eliza dan Regan begitu menyanyanginya. Andai kalau Marvel juga bersikap seperti ini mungkin saja Laura akan menjadi wanita paling bahagia.
"Ayo mama antar kekamar, kamu pasti sudah mengantuk"
Laura mengangguk, ia bukan mengantuk hanya saja ingin mengistirahatkan hatinya yang begitu lelah karena kehidupan yang ia jalani.
Eliza mengambilkan sepasang piyama untuk di berikan pada Laura.
"Sayang ini baju tidurnya, sepertinya pas di tubuhmu"
Laura menerima piyama tersebut "terima kasih ma"
"Sama-sama.. Mama tinggal ya ! Kamu istirahat yang baik semoga mimpi indah"
Sebelum pergi Eliza mencium kening Laura, sebagai tanda kasih sayangnya pada wanita itu.
Setelah berganti pakaian Laura langsung menuju tempat tidur, dan perlahan matanya tertutup hingga terbuai kealam mimpi.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Keesokan paginya.....
Ketokan pintu yang teramat keras membuat Laura langsung terbangun, ia melirik kekiri dan kekanan lalu sadar kalau saat ini ia tidur di rumah keluarga Marvel.
Laura bangun dan berjalan untuk membuka pintu, ia terkejut saat melihat Marvel berdiri di depan kamar yang ia tempati.
"Sarapan sudah siap !! Turun sekarang" ucap Marvel dengan tatapan nyalang.
"Ba---" belum sempat Laura menjawab ucapan Marvel, akan tetapi laki-laki itu sudah melesat pergi dari hadapannya.
Tanpa berpikir lama Laura langsung menuju kamar mandi, menyikat gigi dan mencuci muka. Setelah itu ia turun dan melihat semua orang sudah berkumpul di meja makan.
"Ayo nak sarapan dulu !!" Ucap Eliza seraya tersenyum sangat manis.
"Terima kasih Ma" balas Laura lalu menatap kearah Regan "selamat pagi Om" sapanya dengan sopan.
"Pagi" balas Regan kemudian.
Laura duduk di kursi disamping Ravin, bukan karena ingin dekat dengan laki-laki itu hanya saja kursi disana hanya ada empat, sepertinya di sengaja.
Sepanjang sarapan, Eliza terus bertanya pada Laura.
"Nak, apa kegiatanmu hari ini ?" Tanya Eliza pada Laura.
"Seperti biasa aku akan bekerja ma" jawab Laura kemudian.
"Hari ini kau tidak boleh bekerja, kau ingatkan kalau pernikahan kita akan di laksanakan minggu depan. Jadi hari ini kau harus memilih gaun yang akan kau kenakan" tiba-tiba Marvel menyahut membuat Laura menoleh kearahnya.
"Nah benar kata Marvel, hari ini kita harus kebutik. Mama yang akan menemani mu" Eliza tampak bersemangat dalam mengatakan hal itu.
"Hati-hati Ra, ibu mertuamu ini kalau belanja suka tak kenal waktu" Regan pun ikut menyahut. "Kamu akan di seret memasuki semua toko pakaian"
"Itu tidak benar nak, Papa mu berkata seperti itu karena dia tidak bisa menghabiskan waktunya bersenang-senang, ia sibuk dengan pekerjaannya"
Hingga suara tawa menggelegar terdengar disana, Laura berpikir betapa romantisnya keluarga ini, sangat berbeda dengan keadaan keluarganya. Tak ada canda tawa yang di berikan sang Ayah padanya lagi. Jujur Laura rindu kebersamaan dengan sang Ayah. Bahkan ia lupa kapan kali terakhir sang Ayah memeluknya dengan penuh kasih sayang, mencium keningnya diam-diam saat ia sedang tertidur.
Usai sarapan Laura pamit untuk menghubungi pihak rumah sakit kalau hari ini ia tidak berangkat bekerja.
"Setelah itu kamu langsung siap-siap ya nak, kita pergi pagi ini" ucap Laura
Laura mengangguk, ia kembali kedalam kamar dimana semalam ia tidur, Laura langsung menghubungi suster Ara untuk memberi tahu kalau dirinya libur hari ini.
"Halo suster Ara" ucap Laura setelah panggilan terhubung.
"Iya dok, ada apa ?" Tanya suster Ara diseberang sana.
"Hari ini aku libur dulu ada sesuatu yang harus aku kerjakan, tolong beri tahu yang lain ya !"
"Baik dok"
Usai menelpon suster Ara, Laura langsung bersiap, ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu saat ia kembali kekamar di atas kasur sudah ada sebuah drees dan Laura yakin kalau itu untuknya.
"Bagus banget dreesnya" gumam Laura seraya menatap tampilan dirinya di cermin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments