Husna baru selesai melaksanakan shalat isya nya, ia bangkit dari sajadah lalu Husna melipat sajadah beserta mukenah nya ia meletakkan kembali pada tempat nya.
Mahesa dari tadi di ruang kerjanya ia sedang membaca kontrak perjanjian yang pernah ia buat bersama Husna waktu itu, Mahesa tersenyum sinis membaca isi perjanjian itu.
"Sebentar lagi, semuanya akan berakhir, saya tidak akan lagi berurusan dengan mereka terutama Husna!"
Mahesa menyimpan map berisi perjanjian itu lagi di laci meja kerja nya, ia tidak sabar menunggu hasil yang ia tunggu-tunggu selama ini.
Di ruang makan Husna sedang menyiapkan makan malam untuk mereka, tangan nya sangat telaten meletakkan lauk beserta nasi di meja makan. Husna pergi memanggil Mahesa untuk makan malam.
Husna mencari Mahesa di kamar tapi tidak ia temukan, lalu ia pergi ke ruang kerja Mahesa ia dapat melihat Mahesa di celah pintu yang sedikit terbuka.
Di dalam sana Mahesa sedang senyum-senyum sendiri sambil menopang dagunya di tangan nya.
Tok tok tok
Husna mengetuk pintu membuat dia kaget ia melihat ke arah pintu, lalu ia bangkit dari duduk nya, Mahesa melihat Husna berdiri di pintu tersebut.
"Maaf ganggu kamu, aku hanya ingin mengajak makan malam saja, makan malam sudah siap!" ujar Husna
Mahesa tidak menghiraukan ucapan dari istri sirinya itu, ia jalan lebih dulu, Husna hanya bisa memperluas kesabaran nya, ia juga ingin di perlakukan dengan adil oleh suaminya itu, siapa pun itu pasti ingin diperlakukan dengan baik oleh seorang suami, begitulah kehidupan Husna ia terus tersiksa dengan sikap dingin dan tidak peduli suaminya itu.
Di ruang makan mereka makan malam dengan hening tidak ada percakapan satu sama lain, bik Yatri yang melihat keadaan ruang makan yang begitu hening padahal tuan dan nyonya nya itu ada di sana, bik Yatri sangat sedih melihat Husna yang di perlakukan tidak adil oleh tuan nya itu.
Mereka baru saja selesai makan, Mahesa hendak pergi namun di cegah oleh Husna.
"Mas!" ujar Husna
Mahesa berhenti melangkah ia tidak berbalik melainkan dia hanya membelakangi Husna.
"Kita boleh bicara?" tanya Husna sangat hati-hati karena dia tidak ingin menganggu waktu Mahesa
"Hm!"
Hanya jawaban 'hm' saja keluar dari mulut suaminya itu, Mahesa melanjutkan langkahnya menuju ruang tengah, sementara Husna masih membereskan piring kotor bekas makan mereka tadi.
Lima menit sudah Mahesa menunggu Husna di ruang tengah, ia menghela nafas karena Husna belum juga menemui nya, Mahesa bangkit dari duduk nya ia ingin pergi saja dari ruang tengah itu, Husna menghampiri suaminya itu.
"Mas!" ujar Husna saat ia melihat Mahesa ingin pergi.
"Kamu pikir waktu saya hanya untuk kamu saja, buang-buang waktu saya saja!" ujar Mahesa memarahi Husna
"Maaf!" hanya kata maaf yang bisa Husna ucapakan
"Cepat katakan kamu mau bicara apa?" ujar Mahesa kembali duduk di sofa itu.
Husna menghela nafas dadanya sesak saat Mahesa memarahinya, sekali saja Mahesa tidak membentak atupun tidak memarahinya apa bisa?
"Waktu saya tidak banyak untuk kamu!" ujar Mahesa sudah mulai tidak sabaran.
"Maaf!" ujar Husna lagi
"Ck!" Mahesa berdecak malas dengan Husna yang selalu meminta maaf.
Mahesa bangkit dari duduk nya, karena Husna tidak mau bicara ia lebih memilih untuk pergi saja, tapi Husna memegang tangan suaminya itu.
"Tunggu sebentar mas!" ujar Husna
Mahesa menepis kuat tangan Husna yang memegangi tangan nya itu, Husna cukup sadar diri jika dia ini hanya ibu dari anak yang akan di lahirkan nya, dia bukan siapa-siapa bagi suaminya ini, Husna mundur satu langkah untuk memberi jarak antara diri nya dan Mahesa.
"Mas, bolehkah aku melanjutkan kuliah ku?, cuma empat semester lagi aku akan lulus, aku tidak akan merepotkan mu, biaya kuliah ku sudah di tanggung oleh pemerintah, aku cuma melanjutkan kuliah ku mas, sangat sayang sekali jika aku tidak masuk kuliah karena biaya nya sudah ada di depan mata, aku janji tidak akan merepotkan mu, bisakah kamu mengizinkan ku untuk berkuliah lagi?" ujar Husna mengutarakan keinginan nya sejak waktu itu ia tak bisa bicara dengan Mahesa karena Mahesa terlalu terburu-buru dan sekarang lah Husna dapat berbicara dengan Mahesa.
"Dimana kamu berkuliah?" tanya Mahesa
Husna tersenyum karena Mahesa menanyakan dimana ia berkuliah, dengan senang hati Husna menyebutkan tempat kuliah nya.
"Di universitas Padjadjaran!" jawab Husna sangat antusias
Mahesa bereaksi santai saja ia menatap Husna seraya senyum yang tidak akan pernah Husna bayangkan.
"Hendri akan mengajukan cuti untuk mu, jadi jangan terlalu bersemangat untuk kuliah, jaga anak saya dengan baik lahirkan dia dengan baik, jangan berpikir untuk bisa bebas berkeluyuran di luaran sana!" ujar Mahesa membuat Husna jadi sedih kembali, bukan ini jawaban yang di nanti Husna tapi Mahesa malah mematahkan semangat Husna.
"Tapi Uus akan selalu jaga calon anak ini mas, Uus mau melanjutkan studi Uus, Uus mohon!" ujar Husna meminta izin pada Mahesa yang sangat jelas Mahesa tidak akan pernah memberikan izin itu.
Mau nangis darah sekalipun Mahesa tidak akan pernah memberikan izin untuk Husna, ia hanya ingin cepat-cepat anak yang di kandung Husna itu lahir.
"Jangan membantah ucapan saya!" ujar Mahesa menatap Husna dengan tatapan mematikan musuh
Husna langsung tertunduk ia sangat takut melihat mata elang Mahesa yang sudah ingin memakan orang itu.
"Sudah di perintah untuk tenang duduk di rumah saja, kamu malah mau meminta hal yang merepotkan kamu saja!" ujar Mahesa
"Aku tidak repot kok mas!" jawab Husna
Mahesa tambah jengkel dengan jawaban dari istri sirinya ini.
"Tidak boleh, jika kamu memaksa saya akan bertindak sesuka saya, ancaman saya tidak main-main!" ujar Mahesa
Husna hanya bisa menelan ludah karena perkataan Mahesa itu membuat bulu kuduk nya merinding.
...
Masih malam dan hari yang sama serta jam menunjukkan pada jarum 21.19 wib, Husna lebih memilih untuk duduk di sofa ruang tengah tadi, pikiran nya masih terngiang-ngiang dengan perkataan Mahesa yang melarang dia untuk melanjutkan kuliah nya, padahal Mahesa tidak akan mengeluarkan uang sepeser pun untuk biaya kuliah Husna itu.
"Bunda ingin melanjutkan kuliah bunda, tapi ayah kamu tidak memperbolehkan bunda, bunda harus apa sekarang sayang?" ujar Husna mengusap perut nya itu, semenjak ia hamil ia jadi lebih sering curhat dengan calon anak nya itu.
"Bunda ingin melanjutkan cita-cita kakek kamu dulu, bunda ingin menjadi dosen, dulu kakek kamu juga dosen, tapi... ayah sama ibu kecelakaan pesawat!" lirih Husna saat mengucapkan kata kecelakaan pesawat itu.
Husna mengusap matanya karena mata nya sudah berair, ia sangat rindu dengan ayah dan ibu nya, kerinduan itu tak bisa ia jangkau karena ayah dan ibu nya sudah berada di alam lain dan sudah tenang di sana.
"Ayah sama ibu merindukan Uus juga kan?" ujar Husna menangis
"Sebentar lagi kalian hiks... kalian akan menjadi kakek dan nenek, hiks... andai kalian masih hidup mungkin kebahagiaan Uus bisa kalian rasakan juga!" ujar Uus tersedu-sedu
Husna menutup wajahnya dengan telapak tangan nya, ia menumpahkan segala kesedihan nya itu dengan sendiri, tidak ada orang lain yang mengerti akan kesedihan nya ini.
Memiliki seorang suami kita bisa curhat dan juga bisa berkeluh kesah pada nya, tapi tidak dengan Husna ia hanya bisa curhat kepada foto orang tuanya dan juga dengan calon anak yang ia kandung saat ini.
Seorang suami itu tempat sandaran bagi istrinya saat istri mengalami banyak cobaan dan rintangan dalam hidup nya, begitu pun juga dengan seorang istri menjadi tempat sandaran bagi suaminya yang mengalami musibah dan cobaan.
Tapi Mahesa tidak tau dengan makna seorang suami dan seorang istri itu apa, yang ia mau hanya keinginan nya yang akan ia capai, ia juga tidak tau tentang seberapa banyak orang yang ia sakiti, terutama ibu nya, tanpa sadar ia telah melukai hati ibu nya sendiri lewat istrinya ini, jika ibu nya tau dengan kelakuan anak nya ini mungkin ibu nya tak akan pernah mau memaafkan nya.
Husna menutupi kesedihannya dengan cara tersenyum sementara hatinya sudah hancur berkeping-keping, ia sangat pandai menutupi lukanya dengan cara tersenyum, semua orang beranggapan jika Husna memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan suaminya, tapi kenyataannya tidak.
Hanya pahit dan derita yang ia dapat dari sebuah pernikahan siri ini.
"Anak bunda jangan tiru kelakuan ayah kamu ya, bunda tidak ingin mendengar korban lagi seperti bunda sekarang, kasih sayang orang tua hanya sedikit yang bunda dapatkan bahkan tidak ada semenjak kakek nenek kamu meninggal, sekarang bunda juga tidak dapat kasih sayang dari ayah kamu, bunda tidak pernah dapat harmonis nya dalam berumah tangga itu, hanya penderitaan setiap saat bunda alami!" ujar Husna
Ia tidak tau bagaimana rasanya di sayangi oleh seorang suami itu, bagaimana rasanya di manja oleh seorang suami itu, yang ia dapatkan dari sebuah pernikahan siri ini hanya derita dan kesedihan.
"Bunda sayang kamu, kalau kamu lahir di dunia ini jangan pernah tinggalkan bunda, bunda tidak ingin berpisah dari kamu, bunda ingin hidup bersama kamu!"
Husna berhenti bermonolog karena Mahesa masuk ke kamar, bahkan Mahesa hanya mengabaikan Husna yang lagi duduk di sofa, Mahesa lebih memilih untuk tidur dari pada berbicara dengan istrinya itu.
Kesabaran yang Husna miliki ialah kesabaran yang tak akan pernah hilang, hatinya sudah lapang dengan perlakuan Mahesa terhadap nya.
...
Bersambung...
...
Komentar nya dong, pengen tau tanggapan kalian tentang cerita ini!!
IG : purna_yudiani
fb : purna yudiani
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
husnanya juga jadi wanita terlalu lemah ga berani tegas dikit beri pelajaran sama mahesa
2023-09-11
2
Nenik Marhaeni
semangat terus untuk Thor 😘
2023-03-21
1