Part 16. Kesabaran Seorang Istri

Husna baru selesai melaksanakan shalat isya nya, ia bangkit dari sajadah lalu Husna melipat sajadah beserta mukenah nya ia meletakkan kembali pada tempat nya.

Mahesa dari tadi di ruang kerjanya ia sedang membaca kontrak perjanjian yang pernah ia buat bersama Husna waktu itu, Mahesa tersenyum sinis membaca isi perjanjian itu.

"Sebentar lagi, semuanya akan berakhir, saya tidak akan lagi berurusan dengan mereka terutama Husna!"

Mahesa menyimpan map berisi perjanjian itu lagi di laci meja kerja nya, ia tidak sabar menunggu hasil yang ia tunggu-tunggu selama ini.

Di ruang makan Husna sedang menyiapkan makan malam untuk mereka, tangan nya sangat telaten meletakkan lauk beserta nasi di meja makan. Husna pergi memanggil Mahesa untuk makan malam.

Husna mencari Mahesa di kamar tapi tidak ia temukan, lalu ia pergi ke ruang kerja Mahesa ia dapat melihat Mahesa di celah pintu yang sedikit terbuka.

Di dalam sana Mahesa sedang senyum-senyum sendiri sambil menopang dagunya di tangan nya.

Tok tok tok

Husna mengetuk pintu membuat dia kaget ia melihat ke arah pintu, lalu ia bangkit dari duduk nya, Mahesa melihat Husna berdiri di pintu tersebut.

"Maaf ganggu kamu, aku hanya ingin mengajak makan malam saja, makan malam sudah siap!" ujar Husna

Mahesa tidak menghiraukan ucapan dari istri sirinya itu, ia jalan lebih dulu, Husna hanya bisa memperluas kesabaran nya, ia juga ingin di perlakukan dengan adil oleh suaminya itu, siapa pun itu pasti ingin diperlakukan dengan baik oleh seorang suami, begitulah kehidupan Husna ia terus tersiksa dengan sikap dingin dan tidak peduli suaminya itu.

Di ruang makan mereka makan malam dengan hening tidak ada percakapan satu sama lain, bik Yatri yang melihat keadaan ruang makan yang begitu hening padahal tuan dan nyonya nya itu ada di sana, bik Yatri sangat sedih melihat Husna yang di perlakukan tidak adil oleh tuan nya itu.

Mereka baru saja selesai makan, Mahesa hendak pergi namun di cegah oleh Husna.

"Mas!" ujar Husna

Mahesa berhenti melangkah ia tidak berbalik melainkan dia hanya membelakangi Husna.

"Kita boleh bicara?" tanya Husna sangat hati-hati karena dia tidak ingin menganggu waktu Mahesa

"Hm!"

Hanya jawaban 'hm' saja keluar dari mulut suaminya itu, Mahesa melanjutkan langkahnya menuju ruang tengah, sementara Husna masih membereskan piring kotor bekas makan mereka tadi.

Lima menit sudah Mahesa menunggu Husna di ruang tengah, ia menghela nafas karena Husna belum juga menemui nya, Mahesa bangkit dari duduk nya ia ingin pergi saja dari ruang tengah itu, Husna menghampiri suaminya itu.

"Mas!" ujar Husna saat ia melihat Mahesa ingin pergi.

"Kamu pikir waktu saya hanya untuk kamu saja, buang-buang waktu saya saja!" ujar Mahesa memarahi Husna

"Maaf!" hanya kata maaf yang bisa Husna ucapakan

"Cepat katakan kamu mau bicara apa?" ujar Mahesa kembali duduk di sofa itu.

Husna menghela nafas dadanya sesak saat Mahesa memarahinya, sekali saja Mahesa tidak membentak atupun tidak memarahinya apa bisa?

"Waktu saya tidak banyak untuk kamu!" ujar Mahesa sudah mulai tidak sabaran.

"Maaf!" ujar Husna lagi

"Ck!" Mahesa berdecak malas dengan Husna yang selalu meminta maaf.

Mahesa bangkit dari duduk nya, karena Husna tidak mau bicara ia lebih memilih untuk pergi saja, tapi Husna memegang tangan suaminya itu.

"Tunggu sebentar mas!" ujar Husna

Mahesa menepis kuat tangan Husna yang memegangi tangan nya itu, Husna cukup sadar diri jika dia ini hanya ibu dari anak yang akan di lahirkan nya, dia bukan siapa-siapa bagi suaminya ini, Husna mundur satu langkah untuk memberi jarak antara diri nya dan Mahesa.

"Mas, bolehkah aku melanjutkan kuliah ku?, cuma empat semester lagi aku akan lulus, aku tidak akan merepotkan mu, biaya kuliah ku sudah di tanggung oleh pemerintah, aku cuma melanjutkan kuliah ku mas, sangat sayang sekali jika aku tidak masuk kuliah karena biaya nya sudah ada di depan mata, aku janji tidak akan merepotkan mu, bisakah kamu mengizinkan ku untuk berkuliah lagi?" ujar Husna mengutarakan keinginan nya sejak waktu itu ia tak bisa bicara dengan Mahesa karena Mahesa terlalu terburu-buru dan sekarang lah Husna dapat berbicara dengan Mahesa.

"Dimana kamu berkuliah?" tanya Mahesa

Husna tersenyum karena Mahesa menanyakan dimana ia berkuliah, dengan senang hati Husna menyebutkan tempat kuliah nya.

"Di universitas Padjadjaran!" jawab Husna sangat antusias

Mahesa bereaksi santai saja ia menatap Husna seraya senyum yang tidak akan pernah Husna bayangkan.

"Hendri akan mengajukan cuti untuk mu, jadi jangan terlalu bersemangat untuk kuliah, jaga anak saya dengan baik lahirkan dia dengan baik, jangan berpikir untuk bisa bebas berkeluyuran di luaran sana!" ujar Mahesa membuat Husna jadi sedih kembali, bukan ini jawaban yang di nanti Husna tapi Mahesa malah mematahkan semangat Husna.

"Tapi Uus akan selalu jaga calon anak ini mas, Uus mau melanjutkan studi Uus, Uus mohon!" ujar Husna meminta izin pada Mahesa yang sangat jelas Mahesa tidak akan pernah memberikan izin itu.

Mau nangis darah sekalipun Mahesa tidak akan pernah memberikan izin untuk Husna, ia hanya ingin cepat-cepat anak yang di kandung Husna itu lahir.

"Jangan membantah ucapan saya!" ujar Mahesa menatap Husna dengan tatapan mematikan musuh

Husna langsung tertunduk ia sangat takut melihat mata elang Mahesa yang sudah ingin memakan orang itu.

"Sudah di perintah untuk tenang duduk di rumah saja, kamu malah mau meminta hal yang merepotkan kamu saja!" ujar Mahesa

"Aku tidak repot kok mas!" jawab Husna

Mahesa tambah jengkel dengan jawaban dari istri sirinya ini.

"Tidak boleh, jika kamu memaksa saya akan bertindak sesuka saya, ancaman saya tidak main-main!" ujar Mahesa

Husna hanya bisa menelan ludah karena perkataan Mahesa itu membuat bulu kuduk nya merinding.

...

Masih malam dan hari yang sama serta jam menunjukkan pada jarum 21.19 wib, Husna lebih memilih untuk duduk di sofa ruang tengah tadi, pikiran nya masih terngiang-ngiang dengan perkataan Mahesa yang melarang dia untuk melanjutkan kuliah nya, padahal Mahesa tidak akan mengeluarkan uang sepeser pun untuk biaya kuliah Husna itu.

"Bunda ingin melanjutkan kuliah bunda, tapi ayah kamu tidak memperbolehkan bunda, bunda harus apa sekarang sayang?" ujar Husna mengusap perut nya itu, semenjak ia hamil ia jadi lebih sering curhat dengan calon anak nya itu.

"Bunda ingin melanjutkan cita-cita kakek kamu dulu, bunda ingin menjadi dosen, dulu kakek kamu juga dosen, tapi... ayah sama ibu kecelakaan pesawat!" lirih Husna saat mengucapkan kata kecelakaan pesawat itu.

Husna mengusap matanya karena mata nya sudah berair, ia sangat rindu dengan ayah dan ibu nya, kerinduan itu tak bisa ia jangkau karena ayah dan ibu nya sudah berada di alam lain dan sudah tenang di sana.

"Ayah sama ibu merindukan Uus juga kan?" ujar Husna menangis

"Sebentar lagi kalian hiks... kalian akan menjadi kakek dan nenek, hiks... andai kalian masih hidup mungkin kebahagiaan Uus bisa kalian rasakan juga!" ujar Uus tersedu-sedu

Husna menutup wajahnya dengan telapak tangan nya, ia menumpahkan segala kesedihan nya itu dengan sendiri, tidak ada orang lain yang mengerti akan kesedihan nya ini.

Memiliki seorang suami kita bisa curhat dan juga bisa berkeluh kesah pada nya, tapi tidak dengan Husna ia hanya bisa curhat kepada foto orang tuanya dan juga dengan calon anak yang ia kandung saat ini.

Seorang suami itu tempat sandaran bagi istrinya saat istri mengalami banyak cobaan dan rintangan dalam hidup nya, begitu pun juga dengan seorang istri menjadi tempat sandaran bagi suaminya yang mengalami musibah dan cobaan.

Tapi Mahesa tidak tau dengan makna seorang suami dan seorang istri itu apa, yang ia mau hanya keinginan nya yang akan ia capai, ia juga tidak tau tentang seberapa banyak orang yang ia sakiti, terutama ibu nya, tanpa sadar ia telah melukai hati ibu nya sendiri lewat istrinya ini, jika ibu nya tau dengan kelakuan anak nya ini mungkin ibu nya tak akan pernah mau memaafkan nya.

Husna menutupi kesedihannya dengan cara tersenyum sementara hatinya sudah hancur berkeping-keping, ia sangat pandai menutupi lukanya dengan cara tersenyum, semua orang beranggapan jika Husna memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan suaminya, tapi kenyataannya tidak.

Hanya pahit dan derita yang ia dapat dari sebuah pernikahan siri ini.

"Anak bunda jangan tiru kelakuan ayah kamu ya, bunda tidak ingin mendengar korban lagi seperti bunda sekarang, kasih sayang orang tua hanya sedikit yang bunda dapatkan bahkan tidak ada semenjak kakek nenek kamu meninggal, sekarang bunda juga tidak dapat kasih sayang dari ayah kamu, bunda tidak pernah dapat harmonis nya dalam berumah tangga itu, hanya penderitaan setiap saat bunda alami!" ujar Husna

Ia tidak tau bagaimana rasanya di sayangi oleh seorang suami itu, bagaimana rasanya di manja oleh seorang suami itu, yang ia dapatkan dari sebuah pernikahan siri ini hanya derita dan kesedihan.

"Bunda sayang kamu, kalau kamu lahir di dunia ini jangan pernah tinggalkan bunda, bunda tidak ingin berpisah dari kamu, bunda ingin hidup bersama kamu!"

Husna berhenti bermonolog karena Mahesa masuk ke kamar, bahkan Mahesa hanya mengabaikan Husna yang lagi duduk di sofa, Mahesa lebih memilih untuk tidur dari pada berbicara dengan istrinya itu.

Kesabaran yang Husna miliki ialah kesabaran yang tak akan pernah hilang, hatinya sudah lapang dengan perlakuan Mahesa terhadap nya.

...

Bersambung...

...

Komentar nya dong, pengen tau tanggapan kalian tentang cerita ini!!

IG : purna_yudiani

fb : purna yudiani

Terpopuler

Comments

Erna Fadhilah

Erna Fadhilah

husnanya juga jadi wanita terlalu lemah ga berani tegas dikit beri pelajaran sama mahesa

2023-09-11

2

Nenik Marhaeni

Nenik Marhaeni

semangat terus untuk Thor 😘

2023-03-21

1

lihat semua
Episodes
1 part 1. Jaminan Hutang
2 part 2. Sah
3 part 3. Kehidupan Baru
4 par 4. Malam Yang Di Tunggu-tunggu
5 part 5. Jalan Yang Di Ambil Husna
6 part 6. Jangan-jangan Kamu Mandul?
7 part 7. Kemarahan Mahesa
8 part 8. Mulai Mempersiapkan Diri
9 part 9. Husna Sakit
10 part 10. Batal Wudhu
11 part 11. Kesedihan Husna
12 part 12. Kabar Baik
13 part 13. Positif
14 part 14. Morning Sicknees
15 part 15. Apa Husna Sanggup
16 Part 16. Kesabaran Seorang Istri
17 part 17. Bahagia Bisa Datang Dari Diri Sendiri
18 part 18. Pandai Menyembunyikan Kesedihan
19 part 19. Kesalah Pahaman Berujung Kenyataan Pahit
20 part 20. Mahesa Pulang Dari Sekian Lamanya Husna Menanti
21 part 21. Salah Paham Sudah Usai
22 part 22. Sulit Menebak Sikap
23 part 23. Penderitaan Terus-menerus
24 part 24. Mental Terus-Terusan Di Hajar
25 part 25. Secarik Kertas Putih
26 part 26. Malam Bunda
27 part 27. Anak Kita!
28 part 28. Tuan Dan Nyonya Besar Mengunjungi Mahesa
29 part 29. Tinggal Diam Menunggu Hasil
30 part 30. Kesepian Husna
31 part 31. Permintaan Husna Memicu Kemarahan Mahesa
32 part 32. Kapan Menghargai Perasaan Husna?
33 part 33. Nanti Menyesal
34 part 34. Melebihi Manis Buah Semangka
35 part 35. Merepotkan Mahesa
36 part 36. Ke Makam Orang Tua Husna
37 part 37. Sikap Mahesa Kembali Berubah
38 part 38. Puasa Pertama
39 part 39. Sebenarnya Aku Siapa?
40 part 40. Semoga Kamu Mendapat Hidayah
41 part 41. Temperamental Tinggi
42 part 42. Sebentar lagi
43 part 43. Menghadapi Dua Pilihan
44 part 44. Melahirkan 1
45 part 45. Melahirkan 2
46 pengumuman
47 part 46. Ansel Putra Radyta
48 part 47. Memisahkan Ibu Dan Anak
49 part 48. Mencari Anaknya
50 part 49. Pencarian Hari Ke 2
51 part 50. Bertemu Kembali
52 part 51. Mengizinkan Husna
53 part 52. Pertama Kali Bertemu Martua
54 part 53. Sangat Bersyukur
55 part 54. Meminta Keadilan
56 part 55. Sedikit Lagi Pasti Akan Terbongkar
57 part 56. Sebagai Suami Sudah Memperingati
58 part 57. Hati Dan Pikiran Munafik
59 part 58. Very beautiful
60 part 59. Rumit
61 part 60. POV Mahesa (Pengakuan Mahesa)
62 part 61. Permintaan Maaf
63 part 62. Menggunakan Kesempatan Dengan Baik
64 part 63. Anggota Keluarga Baru
65 part 64. Cemburu
66 part 65. Ngidam Menyiksa
67 part 66. Pengantin Ku Pengantin Cadar
68 part 67. Resepsi
69 part 68. Lembaran Baru
70 part 69. Kerinduan Husna Terhadap Ortunya
71 part 70. Sebuah Pelajaran
72 part 71. Semoga Kalian Bahagia
73 part 72. Gadis Kepedean
74 part 73. Lamaran Seperti Beli Bawang Sekilo
75 part 74. Permintaan Maaf Fajri
76 part 75. Gombalan Mahesa
77 part 76. Malam kegombalan
78 part 77. Surprise For My Wife
79 part 78. Ending
80 pengumuman
Episodes

Updated 80 Episodes

1
part 1. Jaminan Hutang
2
part 2. Sah
3
part 3. Kehidupan Baru
4
par 4. Malam Yang Di Tunggu-tunggu
5
part 5. Jalan Yang Di Ambil Husna
6
part 6. Jangan-jangan Kamu Mandul?
7
part 7. Kemarahan Mahesa
8
part 8. Mulai Mempersiapkan Diri
9
part 9. Husna Sakit
10
part 10. Batal Wudhu
11
part 11. Kesedihan Husna
12
part 12. Kabar Baik
13
part 13. Positif
14
part 14. Morning Sicknees
15
part 15. Apa Husna Sanggup
16
Part 16. Kesabaran Seorang Istri
17
part 17. Bahagia Bisa Datang Dari Diri Sendiri
18
part 18. Pandai Menyembunyikan Kesedihan
19
part 19. Kesalah Pahaman Berujung Kenyataan Pahit
20
part 20. Mahesa Pulang Dari Sekian Lamanya Husna Menanti
21
part 21. Salah Paham Sudah Usai
22
part 22. Sulit Menebak Sikap
23
part 23. Penderitaan Terus-menerus
24
part 24. Mental Terus-Terusan Di Hajar
25
part 25. Secarik Kertas Putih
26
part 26. Malam Bunda
27
part 27. Anak Kita!
28
part 28. Tuan Dan Nyonya Besar Mengunjungi Mahesa
29
part 29. Tinggal Diam Menunggu Hasil
30
part 30. Kesepian Husna
31
part 31. Permintaan Husna Memicu Kemarahan Mahesa
32
part 32. Kapan Menghargai Perasaan Husna?
33
part 33. Nanti Menyesal
34
part 34. Melebihi Manis Buah Semangka
35
part 35. Merepotkan Mahesa
36
part 36. Ke Makam Orang Tua Husna
37
part 37. Sikap Mahesa Kembali Berubah
38
part 38. Puasa Pertama
39
part 39. Sebenarnya Aku Siapa?
40
part 40. Semoga Kamu Mendapat Hidayah
41
part 41. Temperamental Tinggi
42
part 42. Sebentar lagi
43
part 43. Menghadapi Dua Pilihan
44
part 44. Melahirkan 1
45
part 45. Melahirkan 2
46
pengumuman
47
part 46. Ansel Putra Radyta
48
part 47. Memisahkan Ibu Dan Anak
49
part 48. Mencari Anaknya
50
part 49. Pencarian Hari Ke 2
51
part 50. Bertemu Kembali
52
part 51. Mengizinkan Husna
53
part 52. Pertama Kali Bertemu Martua
54
part 53. Sangat Bersyukur
55
part 54. Meminta Keadilan
56
part 55. Sedikit Lagi Pasti Akan Terbongkar
57
part 56. Sebagai Suami Sudah Memperingati
58
part 57. Hati Dan Pikiran Munafik
59
part 58. Very beautiful
60
part 59. Rumit
61
part 60. POV Mahesa (Pengakuan Mahesa)
62
part 61. Permintaan Maaf
63
part 62. Menggunakan Kesempatan Dengan Baik
64
part 63. Anggota Keluarga Baru
65
part 64. Cemburu
66
part 65. Ngidam Menyiksa
67
part 66. Pengantin Ku Pengantin Cadar
68
part 67. Resepsi
69
part 68. Lembaran Baru
70
part 69. Kerinduan Husna Terhadap Ortunya
71
part 70. Sebuah Pelajaran
72
part 71. Semoga Kalian Bahagia
73
part 72. Gadis Kepedean
74
part 73. Lamaran Seperti Beli Bawang Sekilo
75
part 74. Permintaan Maaf Fajri
76
part 75. Gombalan Mahesa
77
part 76. Malam kegombalan
78
part 77. Surprise For My Wife
79
part 78. Ending
80
pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!