Pernikahan Siri Seorang Dokter
Husna Tri Hanasari ia merupakan gadis berumur 21 tahun, ia tinggal bersama paman dan bibi nya, Husna merupakan anak yatim piatu semenjak dari SD ayah dan ibu nya meninggal dunia karena kecelakaan pesawat.
Husna merupakan mahasiswi dengan jurusan Administrasi Negara, ia berkuliah di salah satu kampus terbaik di kota nya ini.
Siang hari nya dia bercerita kembali bersama teman-teman nya, ia menceritakan kehidupan nya semenjak di tinggal oleh kedua orang tua nya. Husna banyak dapat kecaman dari paman dan bibi nya.
"Husna, kamu nggak mau kabur dari rumah itu?" tanya Chintya teman Husna
"Iya benar kata Chintya, menurut aku sih paman sama bibi kamu itu sangat kejam, lebih baik kamu pergi aja deh dari rumah itu!" ujar Shilla
"Aku nggak mau pergi dari rumah itu chin, Shil kalian kan tau rumah itu peninggalan orang tua aku, aku kadang merasa ingin pergi juga tapi aku nggak bisa juga, aku nggak mau paman ku itu ngambil hak rumah ku itu!" ujar Husna
Mereka bertiga sama-sama saling termenung saat Husna usai bicara tadi, mereka larut dalam pikiran mereka masing-masing.
...
Sore harinya Husna sampai di rumah paman dan bibi nya itu, lebih tepat lagi rumah itu milik orang tua Husna, tapi dengan kelicikan paman nya ia memindahkan sertifikat rumah itu atas nama nya.
"Dari mana saja kamu?" tanya bibi nya itu sangat sinis penuh kemarahan.
"Husna habis belajar kelompok bibi!' ujar Husna
Tadi Husna sepulang dari kampus ia pergi ke rumah shilla untuk mengerjakan tugas yang di berikan oleh dosen nya.
"Cuci baju sama piring sana, cucian udah numpuk, jangan banyak alasan saja!" ujar Inah bibi nya.
Setiap pulang kampus Husna tak pernah merasakan yang nama nya istirahat itu, setiap pulang kuliah dia selalu mengerjakan pekerjaan rumah semua nya.
Bibi nya itu mendatangi Husna yang lagi mencuci piring.
"Uus, nanti ada tamu, kamu harus manggil bibi ibu dan manggil paman dengan sebutan ayah ya!" ujar bibi nya itu.
Uus merupakan panggilan kecil Husna, selesai cuci piring sekarang Husna memasak untuk makan malam nanti.
"Uus Abang bantu ya!" ujar Fajri sudah berdiri di samping Husna yang lagi kerepotan memasak makanan.
Husna melihat Abang sepupu nya itu, tapi Husna hanya diam saja, Husna diam karena dia tak ingin di bantu oleh Abang sepupu nya ini, dia takut nanti bibi dan paman nya marah.
"Abang bantu ya biar cepat selesai nya!" ujar Fajri
"Jangan bang!" barulah Husna bersuara
Dengan keras kepala nya Fajri tetap membantu Husna, Husna tidak bisa melarang lagi jika Abang sepupu nya ini sudah bertindak.
"FAJRI! bentak bibi Inah
Husna kaget dengan suara bibi nya itu, sementara Fajri langsung melindungi Husna di sebalik punggung nya.
"Ibu jangan pukul Uus, ini inisiatif aku sendiri yang bantu Uus memasak!" ujar Fajri
Selain kena marah Husna sering mendapatkan pukulan benda tumpul di tubuh nya itu oleh bibi nya.
"Fajri masuk kamar!" ujar bibi Inah itu sangat murka, Fajri menggeleng karena ia masih mau melindungi adik sepupu nya ini.
Sementara di sebalik punggung Fajri, Husna sudah menangis karena ia takut kena pukul benda tumpul di tubuh nya lagi.
Plakk
"Masuk kamar!" bentak bibi Inah menampar pipi Fajri, Fajri rela kena tamparan ibu nya demi melindungi adik sepupu nya ini.
"Fajri tidak akan mau masuk kamar, Fajri mau melindungi adik fajri!" bantah Fajri masih menutupi seluruh tubuh Husna dengan tubuhnya jadi tameng untuk Husna
"Bang masuk aja bang!" ujar Husna terisak kecil.
"Tapi Abang tidak mau kamu di pukul ibu lagi!" ujar Fajri
"Pergi bang Uus tidak papa!" ujar Husna
Terpaksa Fajri pergi dari sana kini tinggal Husna dan bibi nya itu.
"Bersiap-siap sekarang!" ujar bibi nya itu dengan nada datar, kali ini Husna tidak kena pukulan dari bibi nya itu.
Husna masih berdiri di sana ia masih menangis karena ia masih takut dengan bibi nya itu.
"Tinggalkan dulu pekerjaan kamu ini dulu, kamu berdandan lah dengan cantik!" ujar bibi nya itu lagi.
Husna langsung berlari ke kamar nya ia melaksanakan perintah dari bibi nya itu, bahkan Husna tak menaruh curiga kepada bibi nya itu.
...
Husna bersama bibi dan paman nya sudah duduk di ruang tamu, mereka kedatangan tamu seperti yang telah di ucapkan oleh bibi nya tadi.
"Mana wanita yang akan melunasi hutang kau itu Inah?" ujar pria itu sangat dingin
Husna tak percaya dengan ucapan pemuda yang mengatakan jika ia yang akan menjadi jaminan atas hutang-hutang paman dan bibi nya.
"I-ini t-tuan!" ujar bibi nya itu menunjuk Husna yang sudah tak bisa lagi menahan air mata nya.
"Baiklah, besok bawa dia ke Aula yang telah aku katakan!" ujar pemuda itu, setelah itu pemuda itu langsung pergi.
Serasa pemuda itu sudah pergi barulah Husna bersuara ingin mempertanyakan tentang hal ini.
"Bibi paman apa maksud kalian menjadikan aku jaminan dari hutang-hutang kalian!" ujar Husna
"Bantu kami Husna hanya kamulah yang bisa membantu kami, kamu mau kan bantu paman dan bibi kamu ini!" ujar paman nya itu.
"Tapi paman!" ujar Husna
"Kali ini saja Husna, anggap saja ini balas budi kamu untuk kami yang telah membesarkan kamu!" ujar bibi nya itu.
Husna tak habis pikir dengan paman dan bibi nya ini, dia pikir paman dan bibi nya ini tulus dalam merawat nya sedari kecil, tapi apa dia malah meminta balas budi atas semua ini.
Husna kembali ke kamar nya ia tak bisa melawan semua ucapan paman dan bibi nya itu, ia sangat takut untuk melawan paman dan bibi nya itu.
"Ayah, ibu kenapa kalian begitu cepat meninggalkan aku, aku sendirian di sini ayah ibu, kalian tau mereka sangat tak adil dengan aku, mereka menjadikan ku sebagai jaminan hutang-hutang mereka, Husna harus bagaimana?"
Husna menangis sambil memeluk foto mereka bertiga, setiap ada masalah Husna selalu curhat ke foto yang ada di dalam kamar nya itu.
...
Husna melaksanakan sholat subuh, selesai sholat subuh ia mengambil foto keluarga nya itu lagi, Husna mengusap foto itu air matanya mengalir begitu saja.
"Ayah, ibu aku kangen kalian!" lirih Husna begitu pilu.
Tok tok tok
Pintu kamar di ketuk oleh bibi nya Husna, sepagi ini Husna selalu memasak sarapan untuk orang rumah, Husna menghapus air mata nya lalu baru ia membuka pintu kamar nya itu.
"Iya bibi Husna sebentar lagi masak!" ujar Husna sudah tau apa yang ingin bibi nya ucapkan.
"Art sudah selesai masak, cepat ganti baju dan dandan yang cantik!" ujar bibi nya itu.
"Kita mau kemana bibi?" tanya Husna
"Sudah jangan banyak tanya, buruan kamu dandan yang cantik!" ujar bibi nya itu, Husna hanya bisa menurut saja.
Selesai Husna memoleskan sedikit make up di wajah nya kini ia di bawa oleh bibi dan paman nya itu ke tempat Aula yang di suruh oleh tamu nya kemaren.
"Kita mau apa ke sini bibi?" tanya Husna
"Sudah kamu jangan banyak tanya Uus, dari tadi kamu nanya melulu!" ujar paman Adi
Husna langsung diam tanpa banyak bertanya lagi, kini mereka bertiga duduk di sofa yang di arahkan oleh penjaga aula ini.
"Wah kalian cepat sekali datang nya, kalian tunggu sebentar di sini saya mau memanggil tuan dulu!" ujar Hendri pemuda yang kemaren malam ke rumah mereka.
Husna sudah sangat takut dengan rencana paman dan bibi nya ini, ia mau kabur dari sini tapi kesempatan itu tak ada.
"Bibi, Husna harus kuliah pagi ini aku ada kelas pagi!" ujar Husna
Memang betul pagi ini Husna ada kelas pagi, ia tidak mungkin bolos hari ini karena sebentar lagi mereka akan melaksanakan ujian semester genap.
"Bolos aja dulu!" ujar paman nya
Tidak lama dari itu datanglah seorang pemuda yang sangat tampan di iringi oleh dua pengawal dan Hendri tadi.
"Ini tuan mereka sudah datang!" ujar Hendri kepada tuan nya itu.
"T-tuan Mahesa kami telah datang sesuai yang diinginkan!" ujar paman Adi
Ya pria yang ada di depan mereka ini merupakan Mahesa Radyta, dia merupakan seorang dokter yang berumur 28 tahun.
Karena paman dan bibi nya ini memiliki hutang yang tak bisa di lunasi nya, akhirnya Husna lah jadi jaminan untuk melunasi hutang-hutang mereka.
"Kalian semua keluar, tinggalkan saya dengan gadis ini!" ujar Mahesa sangat dingin
Deg
Jantung Husna berdetak karena ia sangat takut dengan pria yang ada di hadapannya ini, mereka semua sudah pergi kini tinggal Husna dan Mahesa di ruangan itu.
Mahesa melempar sebuah map berisi surat perjanjian pernikahan kontrak.
"Baca, jika setuju tinggal tanda tangan!" ujar Mahesa dingin tanpa ekspresi apa pun.
Husna dengan tangan gemetaran mengambil map itu lalu ia membaca nya, Husna melempar map itu lalu ia berdiri.
"Saya tidak mau menikah dengan anda, apa lagi pernikahan ini hanya pernikahan siri, saya tidak bisa tuan!" ujar Husna dengan isakan tangis nya sudah terdengar.
Mahesa tersenyum sinis dengan ajakan nya ini di tolak mentah-mentah oleh Husna.
"Damn it!" umpat Mahesa
Husna tambah takut dengan umpatan dari Mahesa ini, bahkan Husna tambah menangis.
"Saya tidak mau hiks... cari saja wanita lain tapi jangan saya hiks...!" ujar Husna
Husna berlari keluar dari ruangan itu tapi bibi dan paman nya itu memaksa Husna masuk ke dalam kembali.
"Anak sialan, siapa suruh kamu keluar ha?" ujar paman Adi menyeret Husna masuk ke dalam lagi.
"Husna tidak mau paman Husna lebih baik mati dari pada menikah dengan laki-laki itu!" ujar Husna mengutarakan isi hati nya, ia tak sudi menikah dengan laki-laki yang hanya menikah siri dengan nya bahkan dia hanya meminta keturunan saja.
"Kamu mulai membangkang ha?" ujar paman Adi sangat marah, bahkan tangan paman nya itu hampir menampar pipi Husna.
Husna menitikkan air mata nya kembali saat paman nya itu hampir menampar nya.
"Husna mohon paman Husna tidak mau!" ujar Husna
"Uus ayolah bantu kami!" ujar bibi nya itu.
"Husna tidak bisa bibi!" ujar Husna
"Hidup kamu akan terjamin jika menikah dengan dia, dia itu orang kaya yang bisa membuat kamu bahagia!" ujar bibi Inah
Husna tetap menggeleng-nggelengkan kepalanya, ia tidak mau menikah dengan laki-laki itu.
"Nurut saja Husna!" ujar bibi nya itu mengertakan gigi nya karena kesal dengan keponakan nya ini.
"Tidak, Husna tidak mau, sampai kapan pun Husna tidak mau!" ujar Husna
Bibi Inah memberi kode kepada paman nya itu untuk menyeret paksa Husna agar kembali ke dalam ruangan itu lagi.
Apalah daya Husna lagi ia tak bisa melawan paman dan bibi nya itu, tidak satu pun orang yang bisa membantu nya.
...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
aku mampir thor walau terlambat, ayo husna kamu yang semangat
2023-09-11
0