Mereka kembali ke rumah sementara pikiran Husna masih memikirkan tentang perjanjian itu, ia sangat takut sekali akan hal itu benar-benar terjadi pada hidup nya, tidak ada seorang ibu yang ingin di pisahkan dari anak nya.
Husna menyenderkan kepala nya di penyenderan bangku mobil, ia menatap keluar jendela, saat ini kebetulan juga hujan sangat deras, mereka terjebak macet karena di depan ada pohon yang tumbang.
Bik Yatri duduk di sebelah mang Udin, mang Udin yang membawa mobil, Husna menatap hujan deras dari dalam mobil, ia merenungi nasibnya yang akan datang.
Bik Yatri baru dapat panggilan telepon dari Mahesa, selama ini Mahesa hanya menelepon bik Yatri untuk menanyakan kabar Husna, semenjak dua bulan terakhir baru hari ini Mahesa menghubungi bik Yatri.
"Kami dalam perjalanan pulang tuan!" ujar bik Yatri dari sebalik telepon
"Kalian dari mana saja?, saya sudah setengah jam di rumah!"
"Sebentar lagi kami sampai tuan, di sini hujan sangat deras apa lagi jalanan juga macet akibat pohon tumbang!" beri tahu bik Yatri
"Kalian sebenarnya dari mana?" tanya Mahesa
"Kami dari rumah sakit tuan, nyonya dari pagi tadi pusing, makanya kami membawa nyonya ke rumah sakit!" beritahu bik Yatri
"Pulang cepat, saya tunggu!" di akhir panggilan telepon itu.
Husna tidak mendengar percakapan bik Yatri dan suaminya itu, ia sangat fokus dengan hujan deras di luaran sana, yang ia pikirkan itu tentang hidup nya kedepannya harus mengapa dan harus apa?
Hujan sudah mulai reda semua aktivitas sudah mulai kembali seperti semua, pohon tumbang tadi sudah di evakuasi juga oleh petugas kepolisian dan damkar, beruntung nya tidak ada korban jiwa atas tumbangnya pohon itu.
Mereka sampai di rumah sudah menjelang magrib, Mahesa melipat kedua tangannya saat Husna masuk ke dalam kamar. Betapa kaget nya Husna saat pandangan mereka bertemu tatapan, Mahesa menghindar kontak mata langsung dengan Husna.
Mahesa sangat muak melihat wajah sedih dari Husna itu, terlalu sering Husna memasang wajah sedih membuat Mahesa tambah kesal.
"Dari mana kamu?" tanya Mahesa
Padahal dia sudah tau jawabannya jika Husna baru pulang dari rumah sakit, Husna tidak menjawab ia langsung pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih dan berwudhu.
Lima belas menit kemudian Husna keluar sudah dalam keadaan berwudhu, ia menyelenggarakan sajadah ke arah kiblat dan mengambil mukenah di dalam lemari.
Mahesa tadi sudah tidak ada di kamar ini, kini Mahesa sedang menemui bik Yatri, Mahesa menanyakan kepada bik Yatri ada apa sebenarnya mereka pergi ke rumah sakit.
"Bik, ngapain kalian ke rumah sakit?, apa Husna sakit lagi?" tanya Mahesa
Melihat wajah kekhwatiran dari Mahesa membuat bik Yatri senang, karena baru kali ini bik Yatri melihat tuan nya itu menghawatirkan Husna.
"Nyonya tidak apa-apa tuan, lebih baik tuan sendiri yang bertanya kepada nyonya, nyonya pasti akan memberi tahu tuan!" jawab bik Yatri
Bik Yatri mana mau memberikan perihal yang sangat berharga dan penting ini kepada Mahesa, biarlah Husna sendiri yang memberi tahu Mahesa kalau dia sedang mengandung anak nya.
Bik Yatri tidak mau memberitahu karena hal ini harus Husna sendiri yang cerita, bik Yatri juga tak mau juga memberitahu kalau bukan atas izin nyonya nya.
"Tapi Husna tidak mau bicara dengan saya bik!" ujar Mahesa
"Mungkin nyonya lagi capek tuan, pasti nanti nyonya akan bicara!" ujar bik Yatri
Mahesa menghela nafas ia juga tak mungkin memaksakan kehendak nya sendiri, Mahesa berbalik ke kamar nya, sementara bik Yatri tersenyum karena Mahesa sudah mulai ingin tahu tentang Husna.
Husna baru selesai sholat ia sedang membaca Al-Qur'an nya, suara merdu dan indah itu membuat Mahesa sedikit termenung menikmati lantunan ayat suci Al-Qur'an itu.
"iz awal-fityatu ilal-kahfi fa qooluu robbanaaa aatinaa mil ladungka rohmataw wa hayyi lanaa min amrinaa rosyadaa."
"Sodaqallahul'adziim!"
Husna sudah selesai membaca Al-Qur'an kini ia meletakkan kitab suci Al-Qur'an itu pada tempat nya lagi, Mahesa tersentak saat Husna sudah selesai membaca Al-Qur'an.
Mahesa masuk ke dalam kamar ia duduk di tepi ranjang, sementara itu Husna sedang mengatur nafas nya. Husna berbalik ia melihat Mahesa yang lagi menyenderkan kepalanya di kepala ranjang.
"Dari mana kamu tadi?" tanya Mahesa ia menegakkan tubuh atletis nya itu, Husna meneguk ludah nya.
"Da-dari...!" ujar Husna terbata-bata
"Jawab yang benar!" ujar Mahesa dengan suara keras
Husna terkaget-kaget dengan suara keras dari Mahesa itu, matanya kembali berembun karena bentakan dari Mahesa itu.
"JAWAB!" bentak Mahesa karena Husna bukanya menjawab tapi malah menangis.
"Hiks... r-rumah saa-sakit hiks...!" jawab Husna terisak
Mahesa mengangguk ia mendekati Husna yang lagi berdiri itu, "ada perlu apa kamu ke sana?" tanya Mahesa
Husna mengangkat kepala nya ia berusaha menatap wajah Mahesa itu, tidak mungkin ia menyembunyikan perihal ini dari Mahesa.
Husna mengambil surat keterangan dari dokter dari laci nakas, ia memberikan surat keterangan dokter itu.
"Apa ini?" tanya Mahesa saat melihat kepala surat itu dari rumah sakit xxx Bandung
"Baca!" ujar Husna
Mahesa membuka amplop surat itu ia melihat Husna yang masih saja menangis.
"Kamu sakit? atau ini surat keterangan kalau kamu mandul?" tuduh Mahesa
Husna tidak menjawab karena Mahesa bisa membaca surat keterangan dari dokter itu, apa lagi dia juga berprofesi sebagai dokter sudah pasti dia tau cara membaca surat keterangan dokter itu. Dan satu lagi hati Husna sakit karena Mahesa menuduh dia mandul, apa buktinya kalau dia mandul sedangkan sekarang ini di perutnya ada nyawa yang akan berkembang menjadi seorang bayi nanti nya.
"Baca dan jangan asal nuduh!" ujar Husna menghapus air mata nya ia berusaha untuk tenang saat ini ia juga tak boleh bersikap lemah di hadapan Mahesa.
Mahesa membaca surat keterangan dari dokter itu, ia membaca dari atas sampai bawah tertera di kertas putih itu nama Husna Tri Hanasari menyatakan kalau positif.
Mahesa membaca sambil mengerutkan keningnya ia sekali lagi membaca kertas berisi keterangan dokter itu, Mahesa belum ngeh dengan surat keterangan dokter itu.
"Positif!" gumam Mahesa
Mahesa melihat Husna ia baru paham dengan surat keterangan dokter ini karena ia membaca nya dua kali.
"Jaga anak saya ini dengan baik-baik, jangan kamu mengambil keputusan yang tidak enak di dengar, sekali saja kamu membuat kesalahan kamu akan tau akibat nya!" ujar Mahesa
Husna hanya diam sambil mendengarkan ucapan dari suaminya ini, Husna sedikit tidak terima dengan kata anak saya saja, padahal anak yang ia kandungan juga anak nya juga.
"Terus apa kata dokter?" tanya Mahesa
"Kata dokter anak kita sehat mas!" ralat Husna menjadi kata anak kita
Mahesa mengangguk-angkuk kecil ia senang karena usahanya berhasil juga, Mahesa merebahkan tubuhnya di atas kasur. Husna menatap suaminya itu yang masih cuek pada nya, sedikit pun Mahesa tidak pernah peduli dengan Husna.
Husna pergi ke luar kamar ia mau menyiapkan makan malam untuk makan mereka, Husna membantu bik Yatri untuk menghidangkan makanan itu di atas meja makan.
"Bibik senang akhirnya ada tuan kecil atau nona kecil di tengah-tengah keluarga ini!" ujar bik Yatri
"Iya bik!" ujar Husna
Husna termenung di dekat meja makan, ia memikirkan nasib nya ini, jika perjanjian itu tidak ada mungkin hidup nya sudah bahagia semenjak pertama kali mereka menikah.
"Nyonya kenapa?" tanya bik Yatri
Husna kaget dengan bik Yatri yang datang dan menyapa nya, Husna sedikit tersenyum ia memanggil Mahesa untuk makan malam.
"Kamu juga makan!" ujar Mahesa
Husna mengangguk, ia melihat makanan ini saja, saat makanan ini tersaji Husna jadi tidak nafsu makan.
"Makan jangan di lihat saja!" ujar Mahesa
Husna menggeleng-nggelengkan kepalanya ia menutup mulut nya karena ia mau muntah lagi, Husna sudah siap mau memuntahkan isi perutnya ia berlari ke wastafel yang ada di dapur.
Setelah itu Husna balik lagi ke tempat meja makan, Mahesa sudah tidak ada lagi di meja makan ini, Husna membereskan piring kotor itu.
Nafsu makan Mahesa hilang karena Husna muntah tadi, ia merasa jijik saat Husna muntah tadi, Mahesa lebih memilih berhenti makan.
"Jangan kamu ulangi lagi, saya jijik!" ujar Mahesa saat Husna masuk ke kamar ingin beristirahat juga.
"M-maaf!" ujar Husna menundukkan kepalanya.
Husna menangis lagi karena perkataan Mahesa membuat ia tersakiti lagi, padahal anak ini anak dia juga tapi Mahesa tidak mau peduli yang ia hanya mau yaitu tau beres saja, untuk urusan Husna mau muntah dan ini itu nya ia tidak mau peduli.
...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
mending kamu sakit trs aja us biar anaknya ga sehat biar tahu rasa tu dikter gadungan 😠😠😠
2023-09-11
2
🌷mamix um@mi 🏚🅠🅛
lelaki egois bisanya cuma bikin doang,ntar kena karma bucin tau rasa
2023-02-28
0