Husna memalingkan wajahnya saat Mahesa melihat nya dengan tatapan tidak mengenakkan untuk di lihat.
Husna lebih memilih untuk menghindar dari Mahesa karena ia juga tidak ingin Mahesa memarahi atau menatap nya dengan tatapan sulit di artikan.
Azan isya berkumandang, Husna mengambilkan air wudhu di kamar mandi, mencium bau sabun mandi milik Mahesa membuat Husna jadi berlama-lama di kamar mandi, aroma sabun mandi itu sangat wangi bagi nya.
Mahesa mengerutkan keningnya semenjak dua puluh menit yang lalu Husna belum kunjung keluar kamar mandi, ia ingin memanggil Husna tapi gengsi nya membuat dia enggan memanggil Husna.
Mahesa kembali membaca buku tentang kedokteran itu, lima menit kemudian Mahesa jadi tidak tenang karena Husna belum juga keluar. Mahesa mendekati pintu kamar mandi itu ia meletakkan daun telinga nya di pintu kamar mandi itu.
"Tidak ada suara air maupun suara dia!" gumam Mahesa
Mahesa langsung membuka pintu itu, hal pertama yang ia lihat yaitu Husna lagi mengendus-endus sabun mandi milik Mahesa.
"Kamu lagi ngapain?" tanya Mahesa
Husna tidak menjawab ia masih mengendus aroma sabun mandi yang menguak di kamar mandi itu.
"Husna!" panggil Mahesa sekali lagi
Tetap sama Husna tidak menjawab nya ia masih mengendus aroma sabun itu, Mahesa menghampiri Husna lalu Mahesa mengambil sabun mandi itu.
"Mas... jangan ambil!" protes Husna berusaha mengambil sabun yang di pegang oleh Mahesa
"Kembaliin mas...!" ujar Husna tidak ingin sabun itu di rebut dari nya.
"Mas... jangan ambil aku masih mau mencium aroma wangi nya!" beri tahu Husna
Mahesa mengerutkan keningnya, apakah ibu hamil itu harus memiliki kelakuan yang sangat aneh seperti ini?
"Apa sih, kamu mau ngapa ha?" tanya Mahesa
"Sabun!" lirih Husna tidak bisa apa-apa karena ia takut dengan Mahesa.
"Wudhu!" titah Mahesa membawa sabun itu keluar kamar mandi.
Husna mengerucutkan bibirnya karena sabun itu telah di ambil oleh Mahesa, Mahesa geleng-geleng kepala saat ia melihat kelakuan aneh dari Husna.
Husna selesai berwudhu lalu ia menyelenggarakan sajadah nya dan ia melaksanakan sholat isya empat rakaat, Mahesa tadi membawa sabun mandi milik nya ke kamar tamu lalu ia meletakkan sabun itu di kamar tamu itu.
Husna selesai sholat ia pergi mencari Mahesa karena ia sangat ingin mencium sabun beraroma maskulin itu yang sangat membuat dia tenang.
"Mas Mahesa!" panggil Husna
Mahesa keluar dari kamar tamu itu, Husna tersenyum karena ia menemukan Mahesa, Husna menghampiri suaminya itu.
"Apa?" ujar Mahesa membuat Husna tidak jadi bicara.
Mahesa pergi berlalu dari hadapan Husna, bukanya takut tapi Husna malah tersenyum karena aroma sabun itu ada pada diri Mahesa, Husna mengejar Mahesa karena ia sangat ingin mencium aroma sabun yang lengket pada tubuh Mahesa.
"Apa-apa ini!" ujar Mahesa saat Husna memeluk Mahesa dari belakang, tidak dapat sabun yang ia minta ke Mahesa tadi kini Husna memberanikan dirinya untuk memeluk suaminya itu karena aroma sabun itu lengket pada Mahesa.
Mahesa menghela nafas ia pasrah dengan kelakuan Husna ini, ia paham dengan sikap ibu hamil itu memang seperti ini, aneh sangat aneh.
Husna baru sadar dengan apa yang telah ia perbuat, ia langsung melepaskan pelukannya dari Mahesa, ia sedikit mundur karena takut dengan Mahesa.
"Maaf!" ujar Husna menundukkan kepalanya
Mahesa menggeleng-nggelengkan kepalanya, ia lebih memilih untuk tidur lebih dulu, sebenarnya Husna masih mau menghirup aroma sabun yang sering Mahesa gunakan itu, Husna juga ikut terbaring di samping Mahesa.
Husna tidak bisa memicingkan matanya karena ia masih mau mencium aroma sabun itu, ingin sekali ia mendekati Mahesa tapi ia tidak mampu untuk melakukan nya, sementara itu Mahesa sudah pulas tidur nya.
"Aku pengen mencium aroma mas Mahesa, tapi bagaimana cara nya?" ujar Husna menatap Mahesa yang sudah pulas tidur.
"Kalau aku peluk duluan pasti dia akan marah pada ku, tadi saja ia sangat marah!"
Husna mengusap perut nya dengan lembut, ia ingin memberikan pengertian kepada calon bayi nya itu, dia benar-benar tidak mampu untuk melakukan nya.
"Bunda tidak bisa melakukan nya untuk kamu nak!" ujar Husna mengusap perut nya itu.
Mahesa tersentak ia melihat Husna duduk sambil menyenderkan tubuhnya pada kepala ranjang, Mahesa mendengar keluh kesah istrinya itu yang ingin memeluk diri nya.
"Ayah kamu tidak mengizinkan bunda untuk memeluk nya, padahal ini permintaan kamu, maafin bunda ya!" ujar Husna mengusap air matanya yang mengalir
Mahesa ikut duduk, Husna kaget dengan pergerakan Mahesa itu, cepat-cepat Husna menghapus bekas air matanya itu. Tanpa bicara apapun Mahesa langsung memeluk Husna dan menyuruh Husna tidur.
Husna kaget dengan perlakuan manis Mahesa itu, tapi hati Husna langsung sedih lagi karena perlakuan manis Mahesa ini semata untuk menuruti kemauan calon anak nya itu.
"Tidur!" ujar Mahesa saat Husna menatap wajah Mahesa tanpa kedip.
Husna mengangguk ia langsung membenamkan wajahnya di dada bidang milik Mahesa, Husna menghirup aroma sabun yang melekat pada tubuh Mahesa itu, hatinya senang karena kemauan calon anak mereka di kabulkan oleh Mahesa.
...
Azan subuh berkumandang, Husna langsung berlari ke kamar mandi karena ia sangat mual sekali, ia memuntahkan isi perutnya, sampai-sampai tenaga Husna habis.
Husna kembali ke kamar nya ia duduk di sofa, baru duduk di sofa itu Husna sudah berlari lagi ke kamar mandi.
"Huek... huek... huek...!"
Husna memegang perutnya ia sangat mual sekali, ia terus muntah-muntah di wastafel kamar mandi itu.
Mahesa terbangun karena ada suara yang sangat menggangu tidur nya, ia melihat ke samping nya ternyata Husna sudah tidak ada.
Mahesa memindai seluruh ruang kamar nya ini, mata nya terpaku pada pintu kamar mandi, Mahesa turun dari tempat tidurnya ia berniat mencari Husna di kamar mandi.
"Huek...!"
Mahesa mendengar kalau ada seseorang yang lagi muntah, ia membuka pintu kamar mandi itu, hal pertama yang ia lihat yaitu Husna yang lagi muntah-muntah di wastafel.
"Huek...!"
Mahesa berdiri di belakang Husna lalu membantu memegang rambut Husna yang tergerai ke depan, Mahesa juga memijat tengkuk leher Husna, Husna terus muntah-muntah di wastafel itu.
"Huek... huek... huek...!"
Selesai muntah ia mencuci mulut nya, Mahesa masih setia berdiri di belakang Husna, ada kehangatan yang menyelimuti hati Husna karena perhatian Mahesa kepada nya itu.
"Mual terus!" keluh Husna memberitahu kepada Mahesa
"Capek mual terus!" keluh nya
Mahesa memijat tengkuk leher Husna, ia tidak bicara hanya saja Mahesa tau apa yang harus dia lakukan, Mahesa membimbing Husna kembali ke kamar, baru sampai di sofa Husna kembali berlari ke kamar mandi.
Mahesa menghampiri Husna lagi ke kamar mandi, di sana Husna sudah memuntahkan isi perutnya, Mahesa sebagai suami harus siap siaga dengan kondisi Husna yang hamil muda ini, apa lagi setiap pagi Husna akan mengalami morning sicknees ini
Mereka kembali duduk di sofa, Mahesa mengambil minyak kayu putih lalu ia memberikan kepada Husna, Husna menerima minyak kayu putih itu. Kini Mahesa meninggalkan Husna ia pergi ke dapur untuk membuat teh hangat.
Mahesa kembali ke kamar lalu memberikan teh hangat itu pada Husna, ia meminum teh pemberian dari suaminya itu, serasa tidak merasa mual lagi Husna pergi ke kamar mandi untuk berwudhu.
Kini Husna melaksanakan kewajiban nya sebagai seorang hamba Allah Subhana wa ta'ala.
"Terima kasih mas!" ujar Husna selesai sholat ia pergi ke tempat Mahesa yang lagi duduk di sofa.
"Jangan ge'er dulu, saya melakukan ini hanya karena anak saya saja!" ujar Mahesa
"Iya tau, tapi kamu sudah memberikan yang terbaik untuk anak ini!" ujar Husna
Mahesa bergeming saja, Husna melihat wajah suaminya itu dari samping, dari samping saja sudah kelihatan ganteng apa lagi melihat dari depan pasti sangat tampan pikir Husna.
Husna kembali memikirkan soal perjanjian itu, ia kepikiran lagi dengan isi perjanjian itu, Husna bermimpi suatu saat nanti Mahesa akan berubah pikiran nya untuk tidak membawa anak ini dari nya.
"Mas!" ujar Husna
"Hmm!" jawab Mahesa
"Kamu tidak sholat?" tanya Husna
Sebenarnya Husna tidak hanya mengalihkan pembicaraan nya, ia sebenarnya ingin menanyakan tentang perjanjian itu, tapi ia mengurungkan niatnya untuk tidak jadi bicara.
"Urus saja urusan mu jangan urus urusan saya!" ketus Mahesa
Husna mengusap dada nya karena perkataan Mahesa sangat sakit hati bagi nya, bagaimana tidak ia sakit hati karena suaminya ini sangat jarang melaksanakan kewajiban sebagai hamba Allah Subhana wa ta'ala.
"Tidak takut dosa apa!" ujar Husna menyindir suaminya itu, sindiran Husna itu tidak mampu menyadarkan hati sekeras batu Mahesa itu.
Husna lebih memilih untuk membersihkan tempat tidur mereka, lalu Husna menyiapkan baju untuk mandi Mahesa nanti, Husna pergi ke bawah untuk membantu bik Yatri memasak sarapan.
...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
husna kamu tu jangan mau melayani mahes biar dia urus dia sendiri
2023-09-11
0