Mahesa turun dari kamar ia sudah berpakaian sangat rapi dengan jas berwarna putih khusus dokter itu membalut tubuh atletis nya, Husna baru selesai masak dan menyiapkan di meja makan.
Husna melihat Mahesa yang sudah sangat rapi itu, ia menghampiri Mahesa yang masih berdiri di dekat anak tangga yang paling bawah, Mahesa sedang mengancingkan tangan baju nya itu tapi ia tak dapat melakukan sendiri.
Husna mengambil alih dan memasangkan kancing tangan suaminya itu, Mahesa hanya diam sambil mengamati wajah Husna, ia tersentak saat telepon genggam nya berbunyi.
Mahesa mengangkat telepon itu lalu ia berjalan menuju keluar rumah, Husna mengikuti Mahesa dari belakang.
"Dua atau tiga jam lagi saya akan sampai, tolong suruh Hendri yang menangani terlebih dahulu sambil menunggu saya!" ujar Mahesa
"Mas tidak sarapan dulu?" tanya Husna
"Saya sarapan di luar saja, saya sangat sibuk dan ada urusan penting juga!" ujar Mahesa
Husna berdiri di ambang pintu saat ia ingin pergi ia melihat Husna terlebih dahulu, Husna tersenyum simpul, Mahesa mengendarai mobil yang ia bawa.
"Sudahlah kamu tidak bisa mengutarakan keinginan kamu Uus!"
Husna ingin mengutarakan keinginan nya untuk berkuliah lagi, tinggal dua tahun lebih lagi ia melanjutkan kuliah nya maka ia akan lulus, tapi Mahesa sudah keburu pergi makanya Husna tidak bisa mengutarakan keinginan nya itu.
Husna kembali ke ruang makan ia duduk sendiri di kursi meja makan itu, sarapan pagi sudah banyak ia siapkan untuk Mahesa ternyata Mahesa tidak sarapan di rumah.
Husna menyuap sarapan nya dengan pelan, ia tidak berselera karena rasa mual itu datang kembali, ia memberhentikan makan nya karena rasa mual itu sudah tidak bisa ia tahan lagi.
"Huek...!"
Husna kembali muntah, baru ia mengisi perutnya tapi sudah ia muntahkan lagi, bik Yatri membantu nyonya nya itu mengambilkan air hangat ngilu kuku.
Husna duduk di sofa ruang keluarga ia menatap lurus ke arah luar rumah, jika saja ia bisa memutar waktu pasti dia sudah menolak perjanjian pernikahan kontrak ini.
"Nyonya...!" ujar bik Yatri
Husna menoleh ke arah bik Yatri yang baru saja keluar dari dapur, bik Yatri membawakan Husna roti untuk mengganjal perut nya.
"Sarapan dulu nyonya!" ujar bik Yatri
"Uus mual kalau makan bik!" beritahu Husna
"Sedikit saja nyonya, nanti baru nyonya minum vitamin!" ujar bik Yatri
Husna mengambil roti yang bik Yatri berikan pada nya itu, ia tidak berselera untuk makan karena pikiran nya berkecamuk antara ingin memilih keputusan sendiri tapi takut dengan ancaman Mahesa, memilih keputusan Mahesa untuk melahirkan anak ini tapi ia masih tidak mau dengan isi perjanjian itu.
"Nyonya lebih baik istirahat saja!" ujar bik Yatri
Bik Yatri membantu nyonya nya itu ke kamar yang berada di lantai atas, Husna membaringkan tubuhnya pada ranjang nya, bik Yatri pamit dari kamar nya itu.
"Bunda tidak mau berpisah dengan kamu nak, bunda tidak mau kehilangan kamu, kenapa ayah kamu sangat tega dengan bunda, bunda sayang kamu tapi bunda harus apa?" ujar Husna mengusap perutnya yang masih rata itu.
...
Hari-hari terus berlalu sudah satu bulan saja Husna di tinggal oleh Mahesa, Husna tidak pernah mendengar kabar suaminya itu selama satu bulan terakhir, ia hanya menghabiskan harinya dengan membuat pakaian di mesin jahit.
Selain menjalani kuliah waktu dulu ia juga pernah masuk kursus menjahit, keterampilan nya saat menjahit sangat baik, bahkan Husna juga pernah masuk ke acara lomba menjahit antar kota, tidak di sangka-sangka Husna juga menang dalam lomba menjahati itu, bahkan ia juga mendapatkan banyak sertifikat menjahati.
"Wah, nyonya sangat hebat ya dalam menjahit pakaian ini, bibik jadi pengen buat baju juga!" ujar bik Yatri
Husna hanya tersenyum sambil melanjutkan menjahit nya dengan mesin jahit, tangan lentiknya itu sangat lihai dalam menjahit, bik Yatri jadi iri sama kelihaian dari nyonya nya ini.
"Kalau bik Yatri mau buat baju, Uus bisa bantu!" ujar Husna
"Benaran boleh nih nyonya?" ulang bik Yatri
"Iya boleh, Uus senang buat baju gini, dari pada berdiam dan tidak ada aktivitas lebih baik Uus menjahit gini!" ujar Husna
"Makasih nyonya, nanti bibik berikan bahan baju nya kepada nyonya!" ujar bik Yatri
"Tidak perlu berterima kasih bik, seharusnya Uus yang berterima kasih kepada bibik, bik Yatri selalu ada buat Uus kapan pun itu, bik Yatri juga tak pernah meninggalkan Uus saat Uus lagi sendirian, Uus serasa memiliki seorang ibu pengganti!" ujar Husna
Bik Yatri jadi terharu dengan ucapan nyonya nya itu, sampai-sampai mata bik Yatri jadi berembun, ia tau betapa sedih nya hati nyonya nya itu.
"Bibik ke belakang dulu ya nya!" ujar bik Yatri pamit dari sana
Husna melanjutkan menjahit pakaian itu lagi, sekarang ini ia sedang menjahit pakaian anak kecil yang bisa di gunakan oleh anak cowok maupun cewek, Husna mendapatkan bahan baju ini dari bik Yatri, ia minta tolong kepada bik Yatri untuk membelikan bahan baju ke pasar.
Kebetulan juga ada mesin jahit di rumah Mahesa ini, ia menemukan mesin jahit ini di gudang waktu itu, jadi ia pikir untuk menggunakan mesin jahit ini dari pada mesin jahit ini menganggur lebih baik ia gunakan.
...
Hari ini Mahesa akan pulang melihat istri siri nya itu, hari ini pekerjaan nya tidak terlalu padat maka dari itu ia menggunakan waktu renggang ini sebaik mungkin untuk mengunjungi istri siri nya di Bandung.
Menurut pantauan nya dari bik Yatri selama ini, Husna sering meminta di belikan strawberry, sebelum pergi mengunjungi istrinya itu, ia membeli beberapa bungkus strawberry untuk Husna.
Hari ini entah kenapa ia sangat senang, ia ingin cepat sampai agar ia bisa melihat perkembangan anak yang di kandung oleh Husna. Di perjalanan menuju rumah nya itu ia terus tersenyum sangat jarang ia tersenyum tapi kali ini mood nya sangat baik.
Saat sampai di depan rumah itu ia melihat Husna yang lagi berdiri di teras rumah, entah apa yang di lakukan oleh Husna di sana pikir Mahesa.
Mahesa turun dari mobil nya satu tangan nya menjinjing paper bag berisi strawberry yang ia beli tadi.
"Mas Mahesa pulang!" lirih Husna
Husna memberi senyum kepada Mahesa saat Mahesa berjalan menuju dekat dengan nya.
"Bagaimana keadaan anak saya?" tanya Mahesa
Husna langsung mengerucutkan bibirnya, suaminya ini bukan menanyakan kabar nya tapi menanyakan kabar si calon anak nya ini, sudah tentu Husna menjaga calon anak nya ini dengan baik.
"Kabar aku tidak kamu tanya?" ujar Husna
Mahesa menaikan sebelah alisnya, ia memberikan paper bag itu kepada Husna.
"Untuk ku?" tanya Husna
Mahesa menaikan alisnya untuk menjawab pertanyaan Husna itu, Husna membuka paper bag itu, matanya langsung berbinar karena ia melihat ada banyak buah strawberry yang sangat segar dari dalam paper bag itu.
"Terima kasih mas, kamu tau dari mana anak kita suka buah ini?" tanya Husna dengan refleks nya ia meluk tubuh Mahesa
Mahesa mengangkat kedua tangan nya karena ia tidak mau memeluk Husna, tapi hatinya juga sedikit senang saat melihat Husna senang seperti ini.
"Husna!" ujar Mahesa karena Husna tidak mau melepaskan pelukan nya dari tubuh suaminya ini.
"Aku boleh peluk kamu sebentar saja, anak kita kangen ayah nya!" ujar Husna tidak bisa menyembunyikan perasaan ini, ia selalu ingin memeluk suaminya ini tapi hal itu tak pernah kesampaian karena Mahesa jarang ada di rumah.
Mahesa menghela nafas ia tidak bisa memaksa untuk itu ia harus mengalah sedikit demi anak nya ini.
"Mas Mahesa tidak akan pergi lagi kan?" tanya Husna saat mereka duduk di sofa ruang tv
"Terserah saya mau pergi atau tidak, pekerjaan saya tidak menentu juga, jadi kamu tidak perlu menanyakan tentang hidup saya!" ujar Mahesa
Husna terdiam pertanyaan macam apa yang ia lontarkan kepada suami nya itu, sudah tentu jawabannya tidak sesuai ekspektasi tapi malah di pertanyaan lagi.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Mahesa balik bertanya
Husna menggeleng-nggelengkan kepalanya, ia tidak mungkin menahan Mahesa untuk tetap tinggal dengan nya untuk selamanya, karena suaminya ini juga memiliki kehidupan lain selain diri nya.
"Oh atau kamu sudah bosan hidup dengan saya?, maka dari itu cepat lahirkan anak ini agar kamu terbebas dari saya dan saya juga terbebas dari kamu!" ujar Mahesa
Husna langsung termenung dengan ucapan suaminya itu yang membuat ia tersakiti dan ucapan suaminya itu terngiang-ngiang dalam pikiran nya.
'Oh atau kamu sudah bosan hidup dengan saya?, maka dari itu cepat lahirkan anak ini agar kamu bisa terbebas dari saya dan saya juga terbebas dari kamu!'
Apa sebegitu menjijikkan dirinya sehingga Mahesa ingin terbebas dari diri nya secepatnya, Husna menatap kepergian Mahesa menaiki anak tangga itu.
"Aku akan lahirkan anak ini tapi apa aku sanggup nantinya?"
...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
kamu pasti sanggup us aku dukung kamu
2023-09-11
1