Sore hari nya Husna lebih memilih duduk di taman belakang rumah nya, ia merenungi nasib yang tak pernah kunjung datang kebahagiaan itu pada diri nya.
Sudah hilang penderitaan yang ia terima dari paman dan bibi nya, kini penderitaan itu hadiri kembali dengan jalan derita yang berbeda. Di inginkan oleh seorang lelaki yang bertanggung jawab itu ialah cita-cita para wanita, tapi yang di alami oleh Husna adalah penderitaan, bukanya mendapatkan kebahagiaan dari lelaki yang mempersunting nya tetapi hanya derita yang entah kapan berakhirnya.
Husna menatap sedih diri nya ini, ia ingin mengakhiri saja hidup nya tapi itu hanya membuat dia menderita di akhirat nanti, jalan hidup memang banyak lika liku nya, kita tidak pernah tau apa selanjutnya yang kita hadapi.
Penderitaan ya itulah hidup yang di alami nya sekarang, kebahagiaan?, kapan kebahagiaan itu akan datang?.
Husna meratapi nasib nya yang tak kunjung bahagia.
"Kenapa tuhan tak adil pada ku?"
"Dosa apa yang pernah aku lakukan sehingga kebahagiaan itu tak pernah aku rasakan?"
Husna meneteskan air mata nya ia memukul-mukul diri nya ini, "kenapa?, kenapa aku tidak pernah merasakan yang namanya kebahagiaan itu hiks... dosa apa yang pernah aku lakukan dulu nya hiks...!"
"Aku ingin merasakan kebahagiaan itu, gimana rasanya bahagia itu?"
Bik Yatri jadi iba dengan nyonya nya itu, bik Yatri jadi ikut menangis saat melihat nyonya nya itu sedih, ia juga merasakan kesedihan yang dirasakan oleh nyonya nya itu.
"Coba saja bibik bisa bantu nyonya mungkin nyonya tidak akan merasakan kesedihan ini, bibik tidak bisa bantu apa-apa nyonya, bibik hanya bisa bantu do'a agar nyonya merasakan yang namanya kebahagiaan itu!"
Bik Yatri terus saja memandangi nyonya nya yang lagi bersedih itu, ia tak punya intensitas atas segala yang tuan nya lakukan pada nyonya nya itu.
Husna masih menangis ia sudah tidak tau harus berbuat apa-apa lagi, mau kabur pun tidak bisa, apa pun yang dilakukan Husna sudah di mata-matai oleh Mahesa, ia tidak bisa bergerak lebih leluasa lagi.
"Bik Yatri!" panggil Husna saat ia masuk ke dalam rumah, dari siang tadi Husna merasakan tubuh nya sangat sakit dan suhu tubuh nya juga panas.
Bik Yatri tergopoh-gopoh menghampiri Husna yang memanggil diri nya, bik Yatri sampai di tempat Husna.
"Nyonya Husna memanggil bibik?" tanya bik Yatri
Husna mengangguk ia merasakan badan nya sakit semua apa lagi kepala nya juga sangat sakit.
"Bik, Uus pusing!" keluh Husna
"Nyonya!" lirih bik Yatri sangat prihatin dengan kondisi Husna
Bik Yatri merasakan suhu tubuh Husna sangat panas, ternyata Husna sedang diserang oleh demam suhu tubuh nya sangat tinggi. Bik Yatri membawa Husna ke kamar Husna berbaring di kasur nya.
"Uus capek bik hiks... Uus mau nyusul ayah sama ibu aja hiks.. Uus mau ayah sama ibu!" racau Husna karena panas yang menyerang tubuh nya sangat tinggi.
Bik Yatri sangat khawatir dengan keadaan Husna yang lagi demam ini, bik Yatri bolak balik ke kamar untuk mengompres kepala Husna.
Husna masih meracau tidak jelas ia terus memanggil ayah dan ibu nya, bik Yatri jadi tak bisa berbuat apa-apa selain merawat nyonya nya ini.
"Nyonya butuh sesuatu?" tanya bik Yatri
"Uus mau ayah ibu!" ujar Husna
"Nyonya, tapi...!" bik Yatri tak melanjutkan ucapannya.
Yang bik Yatri tau kalau Husna anak yatim piatu sejak SD itu pun Mahesa yang memberi tahu bik Yatri, bik Yatri tidak tau betul dengan keluarga Husna.
Telepon genggam milik bik Yatri berbunyi lalu ia mengangkat telepon dari tuan nya itu.
"Nyonya demam tuan, panas nya sangat tinggi!" beritahu bik Yatri
"Berapa derajat suhu tubuh nya bik?"
"29 derajat Celsius tuan!" ujar bik Yatri
"Coba ambil obat penurun panas di laci meja kerja saya bik, di sana ada banyak obat, ada juga obat pereda nyeri, bibik juga bisa menggunakan obat itu!"
"Baik tuan!"
Sambungan telepon di matikan, bik Yatri terkencar-kencar berlari memasuki ruang kerja Mahesa itu, ia mencari obat yang Mahesa katakan tadi.
"Alhamdulillah ini obat nya!" lambat bik Yatri
Bik Yatri kembali ke kamar Husna sembari membawa obat yang ia ambil di ruang kerja tuan nya, bik Yatri memberikan obat penurun panas itu pada Husna.
Selesai meminum obat itu Husna tertidur dengan pulas, ia tidak lagi meracau tidak jelas lagi, bik Yatri jadi lega karena nyonya nya itu sudah mulai membaik.
Kini bik Yatri membereskan rumah ini, sekali lagi Mahesa menelepon bik Yatri untuk menanyakan keadaan Husna.
"Nyonya sudah mulai membaik tuan!" beritahu bik Yatri
"Baiklah, nanti kalau terjadi sesuatu beritahu saya!"
"Siap tuan!" ujar bik Yatri
...
Husna terbangun saat ia mendengar suara azan magrib berkumandang di masjid terdekat. Husna memegangi kepalanya karena masih merasakan pusing.
Kebetulan pula bik Yatri masuk ke kamar Husna, bik Yatri langsung membantu Husna untuk duduk.
"Nyonya merasakan apa?" tanya bik Yatri
"Pusing!" beritahu Husna
Wajah Husna nampak pucat pasi, panas tubuh nya sudah turun tapi pusing masih melanda diri nya.
"Uus mau sholat bik!" ujar Husna
"Biar bibik bantu ya!" ujar bik Yatri
Bik Yatri memapah Husna ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, selesai berwudhu kini Husna melaksanakan sholat magrib, bik Yatri sudah keluar karena Husna yang menyuruh nya.
Selesai sholat Husna masih memegangi kepala nya, ia masih merasakan pusing di bagian kepala nya, bik Yatri juga sudah selesai sholat kini bik Yatri menghampiri nyonya nya itu kembali.
"Nyonya masih merasakan pusing?" tanya bik Yatri
"Iya bik!" ujar Husna
Bik Yatri memapah Husna ke tempat tidur nya, bik Yatri lebih khawatir lagi karena keadaan Husna tak kunjung membaik.
"Kita ke rumah sakit ya nyonya!" ajak bik Yatri
"Tidak bik!" tolak Husna
"Tapi nyonya!" ujar bik Yatri sangat takut dengan keadaan Husna
"Uus baik-baik saja bik!" ujar Husna
Keadaan nya sudah lebih membaik tapi dia masih merasakan pusing di bagian kepala nya, bik Yatri pergi keluar kamar untuk mengambil makan malam untuk Husna.
Bik Yatri kembali ke kamar itu sambil membawa mapan berisi sepiring nasi dan segelas air putih dan ada juga beberapa butir obat.
"Nyonya harus makan!" ujar bik Yatri
"Uus tidak lapar bik!" ujar Husna
"Tapi nyonya harus minum obat juga agar nyonya cepat sembuh!" ujar bik Yatri
Husna menggeleng-nggelengkan kepalanya, ia menolak untuk makan karena ia tak berselera.
"Sedikit saja nyonya!" ujar bik Yatri membujuk Husna agar mau makan.
Husna mau makan karena paksaan dari bik Yatri baru tiga suap, Husna sudah menolak makan itu.
"Uus sudah kenyang!" ujar nya
Bik Yatri memberikan obat untuk pereda pusing itu, Husna kembali merebahkan tubuhnya saat ia telah usai meminum obat.
Bik Yatri membantu menyelimuti seluruh tubuh Husna sampai leher nya, bik Yatri menatap sedih pada nyonya nya itu, baru beberapa minggu menjadi nyonya Mahesa Radyta sudah membuat Husna menderita saja.
"Tuan Mahesa kenapa berubah seperti ini?, sebelum-sebelumnya tuan Mahesa tidak pernah sekejam ini, aku tau betul sikap dan sifat Mahesa itu, dia anak yang baik dan sangat menghormati wanita termasuk nyonya besar, apa mungkin tuan Mahesa jadi berubah begini karena nyonya besar dan tuan besar selalu menyuruh nya untuk menikah?, tapi kenapa tuan Mahesa menyembunyikan pernikahan ini?, apa lagi pernikahan ini hanya pernikahan siri, ada apa sebenarnya ini?" batin bik Yatri
...
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
ooowh berarti mahesa belum pernah menikah sebelum sama husna
2023-09-11
0