Part 5

Annora sampai juga di basecamp para sepupunya biasa berkumpul. Saking banyaknya saudara sampai membuat Grandpa secara khusus membuatkan rumah untuk cucu-cucu tersayang. Bisa digunakan mengembangkan diri sejak mereka semua kecil. Terserah apa pun yang disuka, pasti didukung oleh keluarga dan diberikan support berupa fasilitas yang memadai.

Seperti ketiga sepupu Annora yaitu Faydor, Galtero, dan Stainslav yang cenderung menyukai hal berbau IT, perhackeran, dan game. Diberi komputer yang paling bagus dengan server sangat kuat jaringannya untuk mengasah terus kemampuan. Jadi, ada untungnya juga memiliki banyak saudara dengan beragam skill. Kalau butuh apa-apa bisa menghubungi langsung tanpa membayar. Ya ... hitung-hitung hemat sedikit, walau pada akhirnya tetap minta bayaran berupa traktir makan.

Annora langsung masuk ke ruangan milik si kembar Faydor dan Galtero. Yang menghubunginya adalah salah satu dari pria itu. Dia menarik kursi untuk duduk di tengah-tengah antara keduanya.

“Stainslav ke mana? Tidak ikut membantu?” tanya Annora. Dia hanya mendapati dua manusia yang berwajah dingin. Kalau saja bukan saudara sepupu dekat, pasti ia akan tertarik dengan salah satunya. Namun, sayang, mereka keluarga yang sudah didoktrin supaya tak ada yang saling cinta karena menghindari kejadian serupa yang menimpa Puella—cucu keluarga Dominique dan Giorgio yang memiliki keterbatasan fisik akibat pernikahan saudara persepupuan.

“Masih magang di perusahaan kembaranmu,” jawab Faydor.

“Oh ....” Annora melihat ke layar yang sedang dibuka oleh Galtero karena di sana terpampang wajah pria yang sedang ia cari.

“Ini orangnya?” tanya Galtero semakin memperbesar gambar yang ia dapatkan dari hasil mencuri informasi data penduduk. Sebenarnya ilegal, tapi dia tak melakukan untuk mencari keuntungan, jadilah dianggap benar oleh mereka. Hitung-hitung membantu saudara.

“Ya, itu. Memang kalian selalu bisa diandalkan kalau mencari hal-hal di luar batas kemampuanku.” Annora berbinar matanya, kedua tangan menepuk pundak Faydor dan Galtero secara bersamaan karena bangga.

“Untung kau memberi clue nomor kendaraannya, kalau tidak pun mana bisa dicari dengan membayangkan penjabaran wajah darimu,” tutur Faydor, kali ini gantian dia yang menunjukkan sesuatu, sebuah motor. “Ini miliknya yang kau tumpangi?”

Annora mengacungkan dua jempol. “Keren, bisa mendapatkan sedetail itu dalam waktu tiga hari.” Kalau sedang ada mau, dia mengunggulkan saudaranya, tapi ketika tidak pun mana mungkin memuji, yang ada adu mulut.

Galtero merubah halaman yang dibuka menjadi berisi berbagai informasi. “Namanya Quirinus Hugo, usia tiga puluh tahun.”

“Nomor ponselnya? Aku butuh itu untuk ku hubungi,” pinta Annora. Dia sudah menyiapkan gawai untuk mengetik jajaran nomor milik Quirinus.

Galtero menyebutkan nomor dari hasil yang ia cari. Annora antusias menggerakkan jemari untuk memasukkan kontak tersebut.

“Alamatnya? Kau mau tahu juga?” tanya Faydor.

“Oh, ya, jelas. Bagaimana aku bisa berkunjung ke rumahnya kalau tak tahu tempat tinggalnya,” jawab Annora.

Faydor menunjukkan sebuah titik dari maps satelit. Terlihat sebuah bangunan yang berdiri sendiri tanpa memiliki tetangga dekat, juga masih banyak hijau pepohonan yang nampak rindang. “Jalan Huvilakuja, satu-satunya rumah yang ada di sana.”

“Kirim lokasi itu padaku,” pinta Annora seraya menepuk pundak sepupunya.

Tak berselang lama, notifikasi pun masuk. Annora tersenyum saat sudah mendapatkan apa yang dia cari. Kalau sudah menentukan tamatan hati, maka akan coba didekati karena merasakan getaran di dada adalah hal yang langka baginya. “Oke, thanks sudah membantu.” Dia lekas bangkit dan hendak keluar, tidak sabar ingin langsung pergi ke tempat tinggal Quirinus.

“Pekerjaannya? Kau tak mau tahu?” Suara Galtero mencegah Annora untuk beranjak pergi.

“Tidak, rumahnya sudah cukup memberi tahu kalau ia adalah pekerja keras,” balas Annora. Wanita itu benar-benar pergi dari ruangan.

Sementara Faydor dan Galtero saling berpandangan. Pasalnya, pekerjaan Quirinus bukanlah sesuatu yang disukai oleh keluarga besar mereka.

“Annora tidak mungkin jatuh cinta dengan pria itu, kan?” tutur Faydor.

Galtero mengedikkan bahu. “Entah, tapi dari caranya berekspresi, terlihat kalau dia memiliki ketertarikan pada Quirinus Hugo.”

Faydor dan Galtero mendaratkan punggung ke kursi secara bersamaan. Antara membantu berakhir baik atau justru menyesatkan saudara sendiri. Keduanya sedang bingung dan seketika menyesal.

“Apa kita harus memberi tahu Uncle Danesh tentang pekerjaan pria yang ditaksir Annora?” gumam Faydor.

Terpopuler

Comments

himmy pratama

himmy pratama

pekerjaan nya apa ya kira2 Hugo..kq kayak nya GK jelas gt

2024-04-20

0

Aly Abe12

Aly Abe12

keren

2024-02-08

0

Fenty Dhani

Fenty Dhani

apa??mafia kah??

2024-01-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!