Part 10

Quirinus bisa tahu Annora masih polos karena saat dicium hanya diam dan tak tahu bagaimana cara membalas. Dia itu sudah banyak mencumbu wanita, jadi paham betul mana yang sudah pernah disentuh maupun tidak.

Memang benar Quirinus brengsek, wanita yang sudah merasakan hentakannya juga banyak dan tak terhitung lagi. Tapi, dia memiliki prinsip anti menjamah seseorang yang belum tersentuh. Apa lagi sudah dipastikan Annora masih tersegel rapat, walau perilaku berani sekali datang ke tempat tinggal seorang pria beringas seperti dirinya.

Bukan Quirinus tak tertarik. Tapi, dia malas ribet berurusan dengan wanita yang masih tersegel. Sejauh ini belum pernah merasakan bagaimana rasanya wanita yang virgin.

Quirinus memilih untuk membuka pintu dan tak mau main-main dengan gairah yang mulai ditunjukkan pada area di pangkal paha mengeras. Hei ... jangan harap disuguhkan wanita di depan mata membuatnya tidak merespon apa pun. Hanya saja, biasanya dia perlu dipancing dengan sentuhan-sentuhan erotis supaya membangkitkan hasrat. Tapi, kali ini baru sekedar mencium bibir yang terasa manis pun langsung berubah tegak dalam sekejap saja.

Anggaplah Annora memang salah karena masuk ke dalam kandangnya. Tapi, Quirinus masih bisa berpikir jernih untuk tidak mengambil virgin tanpa persetujuan. Wanita baik-baik bukanlah targetnya. Selain tak berpengalaman, juga pasti sengaja menjaga untuk diberikan pada seseorang yang mungkin lebih baik dan bisa dipercaya. Sementara dirinya adalah manusia paling keji dan menjijikkan.

“Kau tidak percaya cinta, kan? Akan ku buktikan kalau cinta itu bukan sekedar omong kosong seperti yang kau pikirkan,” ucap Annora dengan penuh keyakinan.

Quirinus hanya membalas dengan lirikan mata, lalu ia keluar, membanting pintu sekuat tenaga hingga menimbulkan bunyi.

Annora pun sampai tersentak kaget. “Semakin dia menghindar dan menolak, aku justru kian tertantang.”

Wanita itu yakin kalau Quirinus memang pria yang tepat untuk dijadikan target tamatan hati. Selain dingin, memiliki sorot mata gelap, ada juga hal lain yang membuatnya tertarik. Pertama, jujur karena mengakui kalau brengsek, padahal ia tidak berpikiran hal sama. Tandanya tidak berusaha menunjukkan hal-hal baik, tidak pamer juga. Kedua, ada kesempatan di depan mata untuk menyetubuhinya, tapi justru memilih keluar dan sekedar mencuri ciuman pertama.

Saat Annora mengagumi sosok Quirinus, dia mendengar ada suara pintu dikunci dari luar. Buru-buru jalan ke arah sana untuk memastikan. Mencoba membuka dan ternyata tidak bisa.

“Hei ... kau mengurungku?” teriak Annora seraya tangan menggedor kayu dengan kuat.

Tapi, Quirinus tidak menjawab. Dia memang mendengar dan sengaja mengabaikan. Supaya Annora tidak seenaknya berkeliaran, juga itu adalah hukuman untuk orang yang berani menginjakkan kaki di rumahnya.

...........

Quirinus duduk seorang diri di kursi dekat kolam renang. Sehari-hari ia lebih sering termenung, melamun menatap daun di pohon yang bergoyang oleh hembusan angin. Tidak lupa sembari menikmati rokok yang sudah setengah bungkus dihabiskan.

Quirinus bisa tak berbicara dalam waktu dua puluh empat jam kalau sedang sendirian. Tidak melakukan apa pun, dan merenungi hidupnya yang biasa-biasa saja. Tiga puluh tahun menghirup udara di dunia, dia sampai lupa kapan terakhir kali merasakan bahagia. Mungkin saat usia lima tahun? Atau justru kala masih bayi yang belum tahu apa-apa?

Ketika pikiran-pikiran kosong Quirinus semakin mendalami kepekatan hidup, tiba-tiba ada suara orang yang menyebutkan namanya. Membuat ia menengok ke belekang dengan mata memicing.