Pencarian Dan Dendam

Pencarian Dan Dendam

Perkenalan

Arya, adalah panggilan dari baby Arief yang dulu terkenal lucu dan menggemaskan.

Kini menjelma menjadi pemuda yang tampan dan berprofesi sebagai dokter muda. Dia tinggal di sebuah vila milik nya seorang lelaki yang bernama Deri yang tiada bukan pengasuh dirinya semenjak kecil.

Pria itu sampai sekarang, masih betah membujang setelah kematian sang kekasih di beberapa puluh tahun silam. Pernah dia jatuh cinta lagi namun sayang, wanita itu adalah istri orang. Yang akhirnya si suami istri itu menjadi sahabat nya sendiri.

Hingga pada suatu saat dia merasa terpukul dengan tragedi yang menimpa sahabatnya tersebut yang meninggalkan baby tampan yang kemudian dia asuh bersama dua sahabatnya yang lain.

Saat ini Deri dan Arya tengah sarapan berdua. "Apakah hari ini kau akan keluar?" menatap datar ke arah Arya.

"Hem ... entah, Om. Belum ada jadwal nih." Jawabnya pemuda tampan tersebut.

"Gimana kalau kita ke rumah om Aldo! sudah lama kita tidak berjumpa dengannya!" ajak Deri sembari menyesap minumnya.

"Boleh, ide bagus tuh. Jam berapa? biar nanti aku siap-siap." Kata Arya sambil memindahkan piring ke tempat lain.

"Ha ha ha ... berasa perempuan saja, siap-siap!" timpal Deri sambil tertawa kecil.

"Eeh. Jangan salah Om, pria juga harus rapi dan wangi, bukan perempuan saja!" celetuk Arya sembari memainkan kedua matanya.

"Dasar anak muda!" Deri menggelengkan kepalanya.

"Iya, dong ... Oya, Om. Kenapa sih Om itu gak punya istri? di usia seperti sekarang tidak pernah mempunyai istri. Apakah tidak kesepian gitu?" selidik Arya sambil menatap pada Deri dengan menunggu jawaban.

"Nggak, ngapain sepi? Om ada kamu di sini dan Om sudah terbiasa dengan keadaan ini!" Jawabnya Deri dengan santainya.

"Tapi, Om. Adakalanya aku itu pergi dan memang kita tidak selalu bersama, emangnya Om tidak kedinginan bilakah malam datang? ha ha ha ....''

"Elleh!" kemudian Deri beranjak menuju kamarnya, meninggalkan Arya yang masih di tempat semula.

"Aku harus mencari sebab terperosoknya mobil yang membawa orang tua ku, sehingga terperosok dan merenggut nyawa mereka!" gumamnya Arya dengan melepaskan tatapannya yang kosong.

"Jangan pernah berpikir kalau ini tidak akan ku cari! kau akan ku mintai pertanggung jawaban atas kematian orang tua ku," batinnya Arya kembali.

"Siapa yang menabur benih? pasti akan menuai hasil sesuai dengan yang kau tanam." Arya terus bermonolog.

Hari ini. Seperti yang sudah direncanakan, kalau Deri dan Arya akan pergi ke tempat nya dokter Aldo. Pria yang pernah juga merawat Arya bersama-sama dengan Deri.

Kini mereka sudah berada di atas motornya masing-masing dan beriringan, namun tiba-tiba kedua netra Arya menemukan seorang gadis cantik yang sedang celingukan di samping mobil Mersi nya entah apa yang sedang dia lakukan? yang jelas tersurat rasa cemas.

Arya menghampiri, pemuda itu memang suka peduli sama orang yang sekiranya membutuhkan. Biarpun tidak dia kenal.

"Apa sedang memerlukan bantuan?" sapa Arya sambil menepikan motor kesayangannya.

Terlihat gadis itu tampak ragu. s

Sejenak menggigit bibir bawahnya. "Em ... ini, mobil aku mesinnya mati, ponsel ku juga kehabisan data, jadi tidak bisa menghubungi siapapun."

"Kau sendirian?" tanya Arya lagi sambil membuka helmnya.

Gadis itu terpaku, manik matanya tidak berkedip, terpesona dengan ketampanan pemuda yang berada di hadapannya tersebut.

Sudah berwajah tampan, baik pula kayanya. "Gila, ganteng banget ini cowok!" batinnya dengan mata yang terus tidak berkedip. Takut sekalinya berkedip dia menghilang begitu saja.

"Boleh, ku bantu?" Arya turun dari motor besarnya itu mendekati mobil si gadis berambut pirang.

Gadis itu melongo dengan bibir terus tersenyum menatap ke arah Arya yang begitu tampan.

"Nona, mana kuncinya? bila boleh ku bantu, kalau gak mau sih ... terserah," Arya menaikan bahunya.

"Oo, i-iya, boleh-boleh. Ini kunci nya. Buka saja hati ku. Eh salah mobilnya." Gadis itu menggeser tubuhnya.

Bibir Arya tersenyum lucu mendengar dan melihat gadis itu tampak kikuk.

Deri yang melihat Arya berhenti di dekat mobil dan di sampingnya seorang gadis muda, langsung menghampiri pemuda tampan tersebut.

Deri memarkirkan motornya, membuka helm dan berkata. "Sedang apa kamu wahai pemuda? kaya ngerti saja sama mesin mobil!" ejek Deri bercanda.

Arya yang membungkuk di depan mesin mobil menoleh pada sang paman. "Kau meragukan ku, Om? aku ini bukan cuma ahli dalam membedah tubuh manusia saja Tapi besi pun aku mampu borak-barik bila perlu ku hancurkan semua dan ke perbaiki sistemnya."

"Hebat, yang semangat pemuda ku?" Deri menepuk pundak nya yang kembali membungkuk.

Deri berdiri dengan melipat tangan di dada, tidak jauh dari Arya yang sedang sibuk. Sementara gadis itu berdiri dekat Arya dengan senyuman yang tidak pernah pudar dari pemuda tersebut.

"Coba kau nyalakan mesinnya dari dalam?" titah Arya pada gadis itu yang tampak sibuk gak jelas.

"Oh, iya. Aku coba dulu!" gadis tersebut masuk dan menyalakan mesinnya yang langsung menyala.

Arya menutup depannya mobil, bugh.

"Makasih ya? kau sudah membantu ku? sekali lagi makasih banyak!" ucap gadis itu setelah keluar lagi dari mobilnya.

"Oh, sama-sama." Arya sembari tersenyum bikin gadis itu klepek-klepek dibuatnya.

"Em. Kenalkan nama ku Angelica, panggil saja Lica," gadis tersebut mengulurkan tangannya pada Arya.

Sejenak Arya terdiam dan melihat tangan gadis itu, lalu ia sambut dengan menyebutkan nama. "Arya!"

"Ooh, senang dapat berkenalan dengan mu? kapan-kapan kita bisa bertemu kan!" ucap gadis yang mengaku bernama Angelica itu.

"Em ... boleh. Bila ada kesempatan dan Tuhan menakdirkan." Arya mengangguk lalu memandangi tangan nya yang tidak dilepaskan juga oleh gadis tersebut.

Setelah menyadari itu, si gadis menarik tangannya dari tangan Arya dengan malu-malu.

Kemudian, mereka pun terpisah. Arya dan Deri melanjutkan perjalanannya menuju kediaman dokter Aldo.

"Om, cantik tidak? gadis barusan?" tanya Arya pada Deri.

"Em ... kalau menurut Om sih, cantik itu relatif. Yang harus kau cari itu cantik dari hati nya juga, bukan cuma penampilannya saja." Balas Deri sambil masing-masing melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Selang beberapa puluh menit, tibalah di depan rumah dokter Aldo dan pria yang masih terlihat gagah itu menyambut kedatangan mereka.

Mereka berpelukan menumpahkan rasa rindu yang begitu berat sehingga pelukannya pun tidak cukup sebentar.

Deri sudah duduk di kursi teras. Dan melihat kedua orang itu berpelukan.

"Kau tambah ganteng saja, Arya. Tampan persis ayah mu, dan mirip juga dengan bunda mu." Aldo mengembuskan nafasnya dari hidung.

"Benarkah wajah ku mirip ayah dan bunda?" selidik Arya sambil melirik Aldo dan Deri bergantian.

Deri mengangguk pelan. Membenarkan perkataan dari dokter Aldo ....

.

Ini kelanjutan kisah dari "Bukan Mauku". Semoga reader ku banyak yang suka ya?

Tetap dukung aku oke.

Makasih.

Terpopuler

Comments

Ummi Alfa

Ummi Alfa

Rasanya masih belum rela jika Dimas dan Kanaya harus pergi dengan cara tragis gitu, kecelakaan masuk jurang.
Novel pertamaku yang aku baca dari karyamu Thor.
Tetep sangat Thor..

2023-03-27

0

Nur Lizza

Nur Lizza

mampir

2023-03-12

1

Kurniaty

Kurniaty

Akhirnya ada juga kelanjutan dari kisah Dimas/Kanaya,semoga Arif/Arya bisa menemukan titik terang atas kematian kedua orang tuanya.
Sukses thoor & lanjut.

2023-02-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!