"Makasih, Om. Aku sayang sama kalian semua!" Arya merasa terharu atas perhatian dari om Deri dan om Endro juga Aldo.
Kemudian mereka pun beranjak dari duduknya. Aldo akan ke tempat kerjaan langsung, begitupun dengan Endro.
Sementara Deri terdiam di tempat dan sepertinya dia melamun sangat anteng. Membuat Arya menepuk bahunya dengan sangat pelan.
"Om? mau tetap di sini bukan?" suara Arya memecah lamunan Deri.
“Oh, iya. Aku juga mau pulang.” Deri melihat pada yang lain. “Sudah di bayar belum makannya?”
“Sudah ... ayo balik? Kecuali mau menjadi patung di sini sih masa bodo aku,” Endro sambil melengos meninggalkan tempat yan barusan mereka tempati bersama dengan yang lain.
“Ayo. Der ... kita pulang dan mau pulang ke mana kamu?” Aldo melirik ke arah nya Deri.
“Aku pulang saja ke rumah, ngantuk.” Jawabnya Deri sambil berjalan merogoh sakunya untuk mengambil kunci motor.
“Kamu mau kemana anak muda? Mau ke Vila atau ke rumah oma? Kau pasti lelah juga,” tanya Endro.
“Pasti libur kan? dalam masa berkabung.” Tambah nya Aldo sambil menoleh pada Arya.
“Iya, Om. Aku libur berapa hari dan aku mau pulang ke rumah oma dulu, mungkin nanti malam aku pulang ke Vila,” Ungkapnya Arya, pemuda itu langsung menaiki motornya.
Mereka sama-sama mengendarai kendaraannya masing-masing. Lalu terpisah dengan keperluan yang berbeda.
Di rumah sakit, Kayla mengamuk lagi dengan tidak bisa nya dia berjalan dan mau ke toilet pun harus naik kursi roda yang membuat dia benci, serta di bantu oleh suster.
Maria baru sampai di tempatnya Kayla di rawat dan mendapati gadis itu marah-marah, teriak-teriak bagai orang stres saja. Kepalanya di perban dan dan terdapat banyak luka di tubuhnya tersebut. "Kamu kenapa sih Kay ... kau itu sakit, kok teriak-teriak begitu? ganggu orang dong ...” Maria mendekati.
“Aku benci, Tante. Aku ini lumpuh dan gak bisa jalan. Aku ingin bisa jalan lagi.” Pekiknya Kayla sambil melotot dan memukul kakinya yang kadang mati rasa.
Maria menoleh pada suster. Seakan bertanya tentang kondisi nya Kayla.
“Nona Ini mengalami kelumpuhan sementara, karena ada tulang yang retak atau patah gitu, Nyonya.” Kata suster pada Maria.
“Oh ... begitu ya?” lalu Maria mengedarkan pandanganya pada Kayla. “Kau harus sabar dan berdoa semoga kamu bisa jalan kembali.”
“Tante, jangan ceramah di depanku Tante. Kalau mau ceramah pulang saja sana? aku tidak butuh, Tante!” pekiknya Kayla.
“Ya Tuhan ... kau ini tidak bersyukur banget ya jadi orang, dikunjungi dan di temani malah seperti itu. Tidak bersyukur amat masih ada yang perduli pada mu.” Ucap Maria yang mulai dongkol dengan sikapnya Kayla yang seperti itu.
Dan dari pintu bermunculan kakaknya, dan keluarga Maria yang lain untuk menjenguk Kayla yang menunjukan wajah yang tidak suka pada mereka.
Mereka bicara pun tidak direspon apalagi kepalanya terasa pusing sehingga langsung ditangani oleh dokternya yang menangani Kayla.
Yang besuk pun keluar lagi dan menunggu di kursi yang terdapat di luar kamar, Dan Maria bilang kalau mereka pulang saja dan biar dia yang menunggu nya. Apalagi pada suaminya yang baru saja datang dan belum sempat melihat kondisinya Kayla. Hingga akhirnya mereka pun pulang dan Maria lah yang akan menunggui Kayla untuk sementara waktu.
Maria kembali masuk ke dalam kamarnya Kayla yang kini sudah mulai tenang, setelah diberikan nya obat penenang. Maria duduk di sofa dan menunggui gadis itu yang mulai tertidur.
“Aku gak mau lumpuh, nggak mau ... hik-hik-hik ...” suara Kayla sambil terpejam kedua manik matanya.
Maria langsung berdiri dan menghampiri. Tetapi rupanya dia cuma mengigau. “Hem ... ternyata Cuma mengigau.”
Lalu kemudian Maria kembali ke tempat duduknya.
“Ha ... Kayla-Kayla, kau tidak tahu kalau oma sudah tiada, tidak ada lagi orang yang akan memanjakan mu lagi,” ucapnya pelan Maria sambil mengusap sudut matanya yang berlinang.
Maria menemani Kayla sampai sore dan lau dia pamit untuk pulang. Kayla yang merasa shock hanya mengangguk dan dia banyak melamun.
“Nanti, Arya Tante suruh ke sini. Sekarang Tante mau pulang dulu.” Maria meraih tas nya.
Kemudian Maria pergi dari kamar inap Kayla. Menuju rumah bu Hesa. Sambil berjalan, Maria berpikir gimana nasib Kayla selanjutnya? mau tinggal sama siapa, Arya sudah jelas dia lebih suka tinggal di Vila bersama Deri sang pengasuhnya dari kecil. Dia sendiri tinggal di rumah bu Hesa yang lama, karena rumah yang terakhirnya itu adalah rumah peninggalan Dimas dan Kanaya.
Masa Kayla tinggal sendiri dengan kondisinya seperti itu dan bila sehat pun entah mau gimana dengan sikapnya selama ini.
“Aku jadi bingung sendiri, tentang anak itu mau tinggal dimana dan siapa? iya sih itu rumahnya, namun mau sama siapa yang akan mengendalikan?” Maria jadi pusing sendiri.
Maria naik taksi yang dia hentikan, detik kemudian meluncur dengan cepat setelah Maria beri alamatnya.
Selang beberapa waktu. Setibanya di rumah, Maria langsung masuk dan mendapati Arya sedang merapikan barang omanya. “Lho, kok di bereskan Ar?”
“Iya, kan biar bersih dan rapi, Tante.” Arya menoleh pada tantenya dan terus saja merapikan kamar omanya.
“Arya. Kok Tante jadi bingung ya?” Maria berdiri di dekat pintu.
“Bingung kenapa Tante?” tanya Arya sambil melirik pada pamannya.
“Pasti soal anak itu tinggal di mana dan dengan siapa?” timpal sang kakak nya Maria.
“Iya benar, tinggal di sini sama siapa? sementara Arya tinggal di Vila, aku rumah ibu kan kosong bila tinggal di sini.” Maria mengangguk.
“Kau tinggal di sini sama suami mu, ya ... itung-itung nemenin Kayla dan di sana sama anak-anak mu, kok repot sih gitu saja.” Kata sang kakak.
“Aku nemenin dia? Bikin ... bisa-bisa aku jantungan Kak,” Maria menggeleng mengingat Kayla itu orangnya seperti apa?
“Terus dia mau sama siapa? gak mungkin bersama saya, pertama tidak begitu dekat.—“
"Emang nya kakak pikir aku dan dia dekat apa? no ... kita gak dekat! yang ada kami itu bertengkar mulu Kak ...” tambahnya Maria.
Arya yang sedari tadi diam akhirnya bicara juga. “Biarkan saja dia tinggal di sini sama bibi dan aku akan sering di sini, lagian ... dia akan di tangani sama om Aldo sampai dia pulih lagi.”
“Iya, di rumah sakit juga dia ngamuk terus ih ... bikin pusing kepala ku, bagai orang stres gitu. Kasian sih ... namun bikin kita ikutan stres juga.” Tambah Maria sambil mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah. Bersama kakak dan ponakannya yaitu Arya ....
...🌼----🌼...
Mohon dukungan dong ... reader ku semua🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Kurniaty
Kasihan juga sih melihat kondisi Kayla, apalagi Oma uda gak ada.
Siapa ya yang mau mensuport Kayla bila dia tetap seperti itu.
Sukses thoor & lanjut.
2023-03-05
1