NovelToon NovelToon

Pencarian Dan Dendam

Perkenalan

Arya, adalah panggilan dari baby Arief yang dulu terkenal lucu dan menggemaskan.

Kini menjelma menjadi pemuda yang tampan dan berprofesi sebagai dokter muda. Dia tinggal di sebuah vila milik nya seorang lelaki yang bernama Deri yang tiada bukan pengasuh dirinya semenjak kecil.

Pria itu sampai sekarang, masih betah membujang setelah kematian sang kekasih di beberapa puluh tahun silam. Pernah dia jatuh cinta lagi namun sayang, wanita itu adalah istri orang. Yang akhirnya si suami istri itu menjadi sahabat nya sendiri.

Hingga pada suatu saat dia merasa terpukul dengan tragedi yang menimpa sahabatnya tersebut yang meninggalkan baby tampan yang kemudian dia asuh bersama dua sahabatnya yang lain.

Saat ini Deri dan Arya tengah sarapan berdua. "Apakah hari ini kau akan keluar?" menatap datar ke arah Arya.

"Hem ... entah, Om. Belum ada jadwal nih." Jawabnya pemuda tampan tersebut.

"Gimana kalau kita ke rumah om Aldo! sudah lama kita tidak berjumpa dengannya!" ajak Deri sembari menyesap minumnya.

"Boleh, ide bagus tuh. Jam berapa? biar nanti aku siap-siap." Kata Arya sambil memindahkan piring ke tempat lain.

"Ha ha ha ... berasa perempuan saja, siap-siap!" timpal Deri sambil tertawa kecil.

"Eeh. Jangan salah Om, pria juga harus rapi dan wangi, bukan perempuan saja!" celetuk Arya sembari memainkan kedua matanya.

"Dasar anak muda!" Deri menggelengkan kepalanya.

"Iya, dong ... Oya, Om. Kenapa sih Om itu gak punya istri? di usia seperti sekarang tidak pernah mempunyai istri. Apakah tidak kesepian gitu?" selidik Arya sambil menatap pada Deri dengan menunggu jawaban.

"Nggak, ngapain sepi? Om ada kamu di sini dan Om sudah terbiasa dengan keadaan ini!" Jawabnya Deri dengan santainya.

"Tapi, Om. Adakalanya aku itu pergi dan memang kita tidak selalu bersama, emangnya Om tidak kedinginan bilakah malam datang? ha ha ha ....''

"Elleh!" kemudian Deri beranjak menuju kamarnya, meninggalkan Arya yang masih di tempat semula.

"Aku harus mencari sebab terperosoknya mobil yang membawa orang tua ku, sehingga terperosok dan merenggut nyawa mereka!" gumamnya Arya dengan melepaskan tatapannya yang kosong.

"Jangan pernah berpikir kalau ini tidak akan ku cari! kau akan ku mintai pertanggung jawaban atas kematian orang tua ku," batinnya Arya kembali.

"Siapa yang menabur benih? pasti akan menuai hasil sesuai dengan yang kau tanam." Arya terus bermonolog.

Hari ini. Seperti yang sudah direncanakan, kalau Deri dan Arya akan pergi ke tempat nya dokter Aldo. Pria yang pernah juga merawat Arya bersama-sama dengan Deri.

Kini mereka sudah berada di atas motornya masing-masing dan beriringan, namun tiba-tiba kedua netra Arya menemukan seorang gadis cantik yang sedang celingukan di samping mobil Mersi nya entah apa yang sedang dia lakukan? yang jelas tersurat rasa cemas.

Arya menghampiri, pemuda itu memang suka peduli sama orang yang sekiranya membutuhkan. Biarpun tidak dia kenal.

"Apa sedang memerlukan bantuan?" sapa Arya sambil menepikan motor kesayangannya.

Terlihat gadis itu tampak ragu. s

Sejenak menggigit bibir bawahnya. "Em ... ini, mobil aku mesinnya mati, ponsel ku juga kehabisan data, jadi tidak bisa menghubungi siapapun."

"Kau sendirian?" tanya Arya lagi sambil membuka helmnya.

Gadis itu terpaku, manik matanya tidak berkedip, terpesona dengan ketampanan pemuda yang berada di hadapannya tersebut.

Sudah berwajah tampan, baik pula kayanya. "Gila, ganteng banget ini cowok!" batinnya dengan mata yang terus tidak berkedip. Takut sekalinya berkedip dia menghilang begitu saja.

"Boleh, ku bantu?" Arya turun dari motor besarnya itu mendekati mobil si gadis berambut pirang.

Gadis itu melongo dengan bibir terus tersenyum menatap ke arah Arya yang begitu tampan.

"Nona, mana kuncinya? bila boleh ku bantu, kalau gak mau sih ... terserah," Arya menaikan bahunya.

"Oo, i-iya, boleh-boleh. Ini kunci nya. Buka saja hati ku. Eh salah mobilnya." Gadis itu menggeser tubuhnya.

Bibir Arya tersenyum lucu mendengar dan melihat gadis itu tampak kikuk.

Deri yang melihat Arya berhenti di dekat mobil dan di sampingnya seorang gadis muda, langsung menghampiri pemuda tampan tersebut.

Deri memarkirkan motornya, membuka helm dan berkata. "Sedang apa kamu wahai pemuda? kaya ngerti saja sama mesin mobil!" ejek Deri bercanda.

Arya yang membungkuk di depan mesin mobil menoleh pada sang paman. "Kau meragukan ku, Om? aku ini bukan cuma ahli dalam membedah tubuh manusia saja Tapi besi pun aku mampu borak-barik bila perlu ku hancurkan semua dan ke perbaiki sistemnya."

"Hebat, yang semangat pemuda ku?" Deri menepuk pundak nya yang kembali membungkuk.

Deri berdiri dengan melipat tangan di dada, tidak jauh dari Arya yang sedang sibuk. Sementara gadis itu berdiri dekat Arya dengan senyuman yang tidak pernah pudar dari pemuda tersebut.

"Coba kau nyalakan mesinnya dari dalam?" titah Arya pada gadis itu yang tampak sibuk gak jelas.

"Oh, iya. Aku coba dulu!" gadis tersebut masuk dan menyalakan mesinnya yang langsung menyala.

Arya menutup depannya mobil, bugh.

"Makasih ya? kau sudah membantu ku? sekali lagi makasih banyak!" ucap gadis itu setelah keluar lagi dari mobilnya.

"Oh, sama-sama." Arya sembari tersenyum bikin gadis itu klepek-klepek dibuatnya.

"Em. Kenalkan nama ku Angelica, panggil saja Lica," gadis tersebut mengulurkan tangannya pada Arya.

Sejenak Arya terdiam dan melihat tangan gadis itu, lalu ia sambut dengan menyebutkan nama. "Arya!"

"Ooh, senang dapat berkenalan dengan mu? kapan-kapan kita bisa bertemu kan!" ucap gadis yang mengaku bernama Angelica itu.

"Em ... boleh. Bila ada kesempatan dan Tuhan menakdirkan." Arya mengangguk lalu memandangi tangan nya yang tidak dilepaskan juga oleh gadis tersebut.

Setelah menyadari itu, si gadis menarik tangannya dari tangan Arya dengan malu-malu.

Kemudian, mereka pun terpisah. Arya dan Deri melanjutkan perjalanannya menuju kediaman dokter Aldo.

"Om, cantik tidak? gadis barusan?" tanya Arya pada Deri.

"Em ... kalau menurut Om sih, cantik itu relatif. Yang harus kau cari itu cantik dari hati nya juga, bukan cuma penampilannya saja." Balas Deri sambil masing-masing melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Selang beberapa puluh menit, tibalah di depan rumah dokter Aldo dan pria yang masih terlihat gagah itu menyambut kedatangan mereka.

Mereka berpelukan menumpahkan rasa rindu yang begitu berat sehingga pelukannya pun tidak cukup sebentar.

Deri sudah duduk di kursi teras. Dan melihat kedua orang itu berpelukan.

"Kau tambah ganteng saja, Arya. Tampan persis ayah mu, dan mirip juga dengan bunda mu." Aldo mengembuskan nafasnya dari hidung.

"Benarkah wajah ku mirip ayah dan bunda?" selidik Arya sambil melirik Aldo dan Deri bergantian.

Deri mengangguk pelan. Membenarkan perkataan dari dokter Aldo ....

.

Ini kelanjutan kisah dari "Bukan Mauku". Semoga reader ku banyak yang suka ya?

Tetap dukung aku oke.

Makasih.

Obrolan

“Om Endro belum datang?” tanya Arya sambil menyesap minumnya dengan rasa nikmat.

“Mungkin sebentar lagi dia datang, dia masih super sibuk seperti kau juga untuk ketemu saja sulit.” Timpal dokter Aldo yang juga menyesap minumnya.

Deri yang plango-plongo ke dalam rumah yang tampak sepi itu. “Sepi bagai kuburan. Pada kemana? istri mu?”

“Biasa lah ... dia masih tugas,” sahutnya Aldo seraya menempelkan punggung nya ke bahu sofa.

Rung-rung, suara motor Endro datang memasuki halaman rumah Aldo. “Wah-wah, wah … tiga pria ganteng sedang berkumpul dan di tambah aku yang lebih ganteng baru datang, lengkap lah sudah empat pria tampan sedunia .…”

Endro bersalaman dan juga berpelukan dengan Aldo dan Arya. Maklumlah mereka jarang bertemu dengan kesibukannya masing-masing. Arya pun belum lama ini baru saja pulang dari tugas nya di luar daerah.

“Saatnya Teletubbies berpelukan,” gumamnya Deri sambil memandangi mereka bertiga tanpa ekspresi.

“Kau iri? bilang Bos,” Endro mengarahkan tangan ke Deri lalu memeluk erat sambil mengusap punggung Deri juga.

“Lama juga kita tak jumpa?” Deri menatap ke arah Endro yang tetap awet muda.

“Ngomong-ngomong, kau sudah punya permaisuri belum nih? masa mau seumur hidup membujang? gak kering tuh, tuh barang, apa memang mati?” ucap Endro menatap datar ke arah Deri sambil mendudukkan dirinya di sofa.

“Enak saja dibilang mati, biasa kok. Cuma belum ketemu yang tepat saja, nanti juga kalau sudah menemukan yang tepat pasti menikah juga,” sahutnya Deri dengan santai nya.

“Ha ha ha … kapan? nunggu tua renta dan tak bertenaga dulu? baru menikah gitu, atau memang kau suka jajan di luar, sehingga kau tidak perlu menikah?” Endro mencondongkan wajahnya ke arah Deri.

Aldo dan Arya menatap ke arah keduanya, yaitu Deri dan juga Endro.

“Enak saja kau bilang begitu, mana ada! kau aja kali yang suka begitu.” Timpalnya Deri dengan nada dingin.

“Ha ha ha ... aku sih punya istri dan istri ku gak pernah habis, makanya mau ganti juga susah. Ha ha ha …” Endro tertawa lepas dan yang lain pun ikut tertawa.

“Dasar gila, kau pikir istrimu adalah makanan yang ada habisnya? terus kau bisa ganti begitu saja, ganti onderdilnya ha ha ha ...” Aldo menggeleng.

“Dasar, biasa nih kalau stress nya kumat gini nih.” Tambahnya Deri sambil menggeleng kecil.

“Om, kalau mau habis, op saja jenis kelaminnya biar gak bisa Om pake lagi, kan dengan cara itu Om bisa ganti istri! tapi itu sangat kejam, Om ... melawan hak asasi manusia.” Celetuk Arya sekenanya.

“Lah, nih anak. Ngasih saran orang gila tambah gila,” Aldo lagi-lagi menggeleng sambil senyum tipis.

“Habis tak ada matinya kan … itulah cara satu-satunya.” Tambahnya Arya.

“Oya, gimana kabar pencarian kita? dan saya dapat info sedikit—“ Aldo menggantung kata- katanya.

“Apa itu?” selidik Deri dan yang lain pun mengarahkan pandangannya ke arah Aldo.

“Ya benar, saya dapat informasi yang saya rasa cukup penting untuk diketahui.” Tambahnya Endro.

Ado mengangguk ke arah endro dan yang lain menatap penasaran.

“Apa itu?” tanya Deri dan Arya berbarengan.

“Mau tau atau mau tahu banget?” Endro menaikan alisnya.

“Sialan. Kukira serius, ternyata Cuma ... malas ach.” Deri membuang wajahnya ke arah lain.

Arya pun menghela nafas berat dan menatap ke arah Endro yang tak pernah serius dan banyak bercanda atau gilanya.

“Di bandara. Ada orang yang menyabotase mobil yang ditumpangi Dimas dan Naya. Sehingga kejadian insiden tersebut yang melenyapkan mereka,” Aldo mengembuskan nafas dari hidungnya.“ Saya masih bisa bersyukur, karena anak-anak yang mereka bawa selamat.”

Dari mengusap wajahnya dengan kasar. Balik musibah yang menimpa sahabatnya itu menyisipkan makna hidup. Kalau Tuhan berkehendak, itulah yang terjadi, mobil ringsek. Dimas dan istri juga supir tidak terselamatkan, tetapi balitanya selamat tanpa luka sedikit pun.

Arya tertegun dan tak bergeming. Tatapannya kosong menatap ke arah dokter Aldo.

“Ada orang yang menginginkan itu terjadi, kita harus melanjutkan pencarian ini sampai tuntas. Kalau ingin membuang rasa penasaran kita.” Tambahnya Endro sambil mengedarkan pandangan ke arah tiga pria yang berada di hadapannya itu.

“Ya. Itu benar Om. Saya harus tahu siapa yang membuat kedua orang tua saya meninggal?” ucap Arya sambil melepas tatapannya penuh dendam.

“Aish … jangan memperlihatkan dendam yang penuh sama kita dong! santai ... karena bukan kita bertiga pelakunya, kami justru sahabat sejati kedua orang tua mu dan sampai sekarang kami juga masih menyayangi mu layaknya putra kami juga,” ucap Endro sambil menepuk bahu pemuda tersebut.

“Yey … Om, siapa juga yang dendam sama kalian? kurang ajar banget. Kalau aku marah apalagi dendam sama kalian semua, yang sudah merawat ku dengan cinta sampai aku seperti ini juga.” Akunya Arya sambil menghela nafas dalam-dalam.

“Aku bangga pada kamu yang bisa seperti ini. Dan teruslah membanggakan kami semua.” Deri berharap demikian pada pemuda yang begitu tampan dan pintar tersebut.

“Em ... apa gak bisa kalau ini di usut tuntas oleh pihak yang wajib?” Arya menatap ketiga pria yang masih tampak awet muda itu walau pun sudah berumur.

“Insidennya sudah puluhan tahun dan rasanya akan sulit bila harus melibatkan pihak berwajib, urusan yang baru raja berjibul dan pada gak kelar. Apalagi ini yang sudah puluhan tahun kejadiannya, yang ada petugas yang dulu sudah pada tua dan mungkin tidak ada atau juga lupa,” suara Deri dengan tenangnya.

“Yah benar, keadilan ditegakkan, tapi tidak semuanya terealisasikan. Hanya sebatas harapan dan keinginan bah.” Timpal Endro dengan tangan mengambil gelasnya yang hampir tandas isinya.

“Oke, kalau begitu. Berarti kita yang harus turun tangan untuk menyelidiki dan mengungkap semuanya,” ungkap Arya yang bertekad harus bisa mengusut semuanya.

“Ini alamat orang yang membuat sabotase sebelum mobil yang akhirnya mengalami kecelakaan tunggal.” Aldo memberikan alamat kepada Deri dan Arya.

Deri mengambil duluan dan akhirnya dia serahkan pada arya dan menyuruhnya menyimpan dengan baik, karena secepatnya dia akan datang ke tempat tersebut.

“Kapan Om, kita datangi tempat ini?” Arya menatap ke arah Deri yang di antara mereka itu, Deri lah yang lebih santai kesehariannya tanpa kesibukan yang memakan waktu sepert Endro dan Aldo juga dirinya yang sama-sama

satu profesi.

Sementara Deri kerjanya lebih santai yang berprofesi sebagai arsitek kecil-kecilan tapi tapi kerjanya cukup bagus.

Kemudian, mereka menjeda obrolannya dengan makan malam dan setelah itu Arya dan Aldo menunaikan kewajibannya sebagai muslim terlebih dahulu, sebelum melanjutkan percakapannya kembali ....

.

...Bersambung!...

Dokter muda

Sementara Deri dan Endro menunggu di ruang tengah sambil bermain catur. Dan juga mendengarkan musik kesukaan Endro.

“Berisik lah … suaranya jangan terlalu kencang?” pinta Deri pada Endro.

“Idih … bro, kalau gak mau berisik. Tinggalnya di kuburan sana,” timpal Endro.

"Kurang ajar. Mati lah saya!" Deri menggeleng.

Kemudian mereka pun melanjutkan obrolan ringannya.

"Oya, lain kali kita ... kita kumpulnya di villa saja. Jangan di sini gak enak dengan istri mu capek dan siapa tahu terganggu dengan adanya kita, seperti dulu saja sewaktu Arya masih balita kita kumpul nya di vila." Deri mengarahkan pandangan ke arah Aldo.

Aldo terdiam dengan tatapan yang tertuju pada Deri. Omongan Deri memang benar. Istri nya itu mungkin saja terganggu dengan kumpul nya mereka.

"Iya, juga sih ... biar kota lebih bebas ya, kalau di vila." Tambahnya Endro.

Kemudian Aldo pun mengangguk. "Baiklah. Biar kita saja yang ke sana dan berkumpul di sana saja!"

Arya tersenyum melihat ke arah tiga pria tersebut. "Aku sayang kalau bertiga."

"Oo! enek saya mendengarnya. Ha ha ha ... berasa kau ketika masih kecil. Kau sering nangis bila ditinggal sama kita. Om kanan pergi Om, aku sayang Om bertiga ha ha ha ..." Endro tertawa lepas.

"Ha? masa aku seperti itu?"Arya mengerutkan keningnya.

"Iya, kau itu manja pada kami. Sampai-sampai kami semua ada di fase tidak bisa bekerja hanya untuk menemani mu bermain." Tambah Deri.

"Oo! aku gak tau. Kalau aku sangat membuat kalau repot. Sampai sekarang pun kalian aku buat repot." Kenang Arya sambil memandangi ketiganya.

"Sudahlah, jangan di kenang. Itu sudah kewajiban kami bertiga untuk menjaga mu, biar nenek mu tidak terlalu repot." Aldo menepuk bahu Arya.

Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, Arya. Deri dan Endro bersiap untuk pulang.

"Om, aku pulang dulu! sampai jumpa lagi." Arya beranjak dari duduknya.

Dokter Aldo berdiri. "Oke, sampai jumpa lagi." Aldo pun mengantar mereka ke teras. Memandangi kendaraan mereka masing-masing.

Aldo baru menggeser tubuhnya setelah mereka tidak lagi dapat di lihat.

"Kemana mereka?" tanya sang istri menatap ke arah Aldo dan tempat sekitar.

"Iya, baru saja." Jawabnya Aldo sembari berjalan memasuki rumahnya.

"Aku capek banget. Makanya tidak bergabung dengan mereka." Tambah sang istri.

"Tidak apa-apa mereka pun mengerti kok." Aldo dengan santainya.

Arya yang melajukan motornya dengan cepat. Beriringan dengan Endro dan Deri. Namu di persimpangan Endro berbelok dan tidak satu arah lagi.

Selang beberapa lama. Arya dan Deri sampai juga di Vila mereka. si pemuda tampan itu pun langsung memasuki kamarnya. Menyimpan jaket, kunci di atas nakas lalu kemudian menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur yang empunya itu.

Dengan menatap kosong. Dia menghadap langit-langit. "Aku harus bisa mencari tahu! sampai tuntas."

"Huam ... ngantuk saya." Dia memejamkan kedua netra nya untuk menjemput mimpi.

Putaran jam. Terus berputar dan membawa malam ke sebuah pagi yang cerah. Arya sudah siap dengan pakaian formalnya. Lanjut mau membuat sarapan yang kebetulan sudah tersedia karena Deri pun sudah siap untuk berangkat kerja.

"Kerja di mana, Om?" Arya menyelidik dengan tatapan intens ke arah Deri.

"Oh, ini ada proyek besar dan Om terlibat di sana!" jawabnya Deri sambil meneguk minumnya dan menyisakan setengahnya.

Arya mengangguk, lalu duduk dan menikmati sarapannya.

"Oke, Om duluan. Karena agak jauh!" Deri berdiri setelah menghabiskan sarapan dan minumnya sampai tandas.

"Hati-hati. Om!" Arya mengangguk pelan.

Setelah Deri pergi, Arya pun beranjak dan membereskan meja sebelum pergi ke rumah sakit.

Agar dia tinggalkan, meja sudah dalam ke adaan bersih dan rapi.

Pemuda tersebut mengenakan helm dan menaiki motor besarnya untuk pergi bekerja di salah satu rumah sakit.

Sementara Kanaya klinik yang di kelola oleh orang lain. Itu di bawah naungan sang nenek, yang dulunya mau di kelola oleh Aldo dan Endro. Tidak jadi, dikarenakan insiden yang merenggut dokter Dimas dan istri! keduanya mundur dan akhirnya di naungi oleh Bu Hesa.

"Dok, jadwal op ya? jam sembilan pagi ini." Kata seorang suster sambil membawa sebuah map di tangan.

Arya yang sedang sedikit melamun pun menoleh dan mengangguk. "Oke. Persetujuan dari keluarganya sudah lengkap?"

"Semua sudah beres Dok, tinggal pelaksanaan nya saja." Jawabnya suster.

"Oke," Arya mengangguk.

Kemudian suster pun membalikan tubuhnya membawa langkahnya dari sana.

Arya beranjak, melihat jarum jam di tangan masih ada waktu untuk bersantai sekitar tiga puluh menit lagi.

Dia berjalan keluar dengan baju kebesarannya. Mengayunkan kaki di koridor rumah sakit sambil melihat-lihat suasana sekitar.

Kedua netranya menemui seseorang yang rasanya dia kenal.

''Siapa dia? berasa kenal?" gumamnya sambil menghentikan langkahnya.

"Oh, iya wanita yang kemarin mobilnya mogok itu, ya dia? sedang apa di sini? ah. Masa bodo mau apa juga, bukan urusan ku!" Arya melanjutkan langkahnya ke depan.

Namun samar-samar terdengar suara yang memanggil namanya.

"Arya? kamu kah?" suara yang memanggil nama Arya sehingga pemuda itu menoleh dengan cepat.

Kepala Arya langsung menoleh ke sumber suara. Dimana gadis yang kemarin bertemu itu memanggil namanya. "Kau memanggil ku?" Arya menunjuk hidungnya yang mancung.

"Iya, kamu. Si pemuda ganteng, kok kamu ada di sini, sedang apa?" sapa gadis itu yang memiliki nama lengkap Angelica.

"Em, iya, aku sedang main-main saja di sini!" ucap Arya sambil mengamati penampilannya.

"Main-main, main apaan?" gumamnya dalam hati. Setelah melihat dirinya yang mengenakan baju kebesaran dokter tersebut.

"Main-main atau ... kerja? apa kau sekarang dokter?" selidik Lica sambil menatap ke arah Arya dengan tatapan yang meneliti, pemuda itu dengan penampilan rapi dan baju kebesaran dokter, bila dia bukan dokter! paling tidak seorang mantri.

"Em, kau sendiri sedang apa di sini?" Arya balik bertanya sambil celingukan.

"Aku, sedang mengantar oma yang kontrol kesehatannya. Oya, kamu belum menjawab pertanyaan ku, kau bekerja di sini ya?" jawabnya sambil mengulang pertanyaan yang dia ajukan.

"Em, Oya Sorry. Aku harus pergi." Arya langsung berlalu setengah berlari sambil melihat jam tangannya.

Lica menatap punggung pemuda tersebut dengan bibir yang menunjukan senyumnya. Hatinya terasa bahagia bisa melihat pemuda tersebut.

Sementara Arya, semakin melebarkan langkahnya menuju ruang op. Karena sebentar lagi op akan dilaksanakan dan pasien pun sudah siap dan berada di ruangan itu.

"Aduh, hampir saja aku lupa." gumamnya sambil menggeleng.

Dokter lain pun sudah berkumpul di sana. Arya langsung berganti pakaian tugasnya seperti yang lain.

"Ayo, Dok? semangat!" kata dokter senior yang akan ikut serta dan dai dokter yang paling muda dalam tugas sekarang ini ....

.

Jangan lupa subscribe ya?

Makasih

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!