Arya mengepalkan tangannya, dia merasa kesal dengan sikap Kayla yang benar-benar keras kepala dan tidak menerima masukan dari orang lain.
“Sungguh kau ini keterlaluan, kau pikir hidup mu itu akan terus begini ha? tidak, sudah sepantasnya kau itu merubah diri. Hidup hanya sementara, Kay. Jangan sia-siakan hidup mu. Sekarang oma masih ada, besok atau lusa Oma tidak ada siapa yang akan menjadi pelindungmu ha? selain dirimu sendiri.” Bentak Arya, lalu meninggalkan Kayla ke atas.
“Apa gunanya kamu mengatur ku?kau tidak ada hak untuk mengatur-ngatur hidup ku. Pergi saja kau dari sini dan engah lah dari hadapan ku!” teriak Kayla sambil menatap punggung Arya yang menaiki anak tangga.
Kayla berniat mau kembali ke kamar omanya dan mengambil ponsel dia, untuk mentransfer uang ke nomor rekeningnya, namun terdengar suara klakson motor cowoknya yang menjemput dia untuk jalan.
“Uuh … sudah datang lagi yang jemput.” Kayla buru-buru menghampiri sang kekasihnya yang sudah menunggu itu.
Tanpa pamit atau pun bilang apa pada orang rumah. Kayla pergi saja meninggalkan kediamannya tersebut.
“Ibu jangan memikirkan dia. Karena dia sudah dewasa.” Kata Maria kepada sang bunda.
Bu Hesa yang tampak gelisah mengangguk pelan. Bagaimana pun hatinya gundah gulana memikirkan cucunya itu.
Arya yang sedan berada di kamar yang diperuntukan untuknya, dia berdiri dan mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamar tersebut. Lalu mendudukan dirinya di tepi tempat tidur.
Detik kemudian dia kembali beranjak, dia sungguh tidak merasa betah di sana dan dia membawa dirinya ke kamar sang oma.
“Oma sudah tidur belum Tante?” tanya Arya sambi berdiri pada Maria yang dengan setia menemani nyanyi bunda.
“Baru saja tidur,” serunya Maria sambil berdiri menghampiri Arya yang berdiri di dekat pintu.
“Oh, semoga nyenyak tidurnya ya.” Arya menatap ke arah tante Maria yang menarik tangannya dan berjalan ke ruang tengah.
“Sini, Tante mau bicara.” Maria mengajak Arya untuk duduk di ruang tengah.
“Ini sedang bicara, Tante … he he he …” kemudian Arya melirik ke arah bibi yang sedang menyapu.
“Kayla mana, Bi?” tanya Arya pada bibi.
“Non, sudah pergi Den.” Jawabnya bibi sambil menunjuk ke arah pintu.
"Oh." Arya menggelengkan kepalanya lalu saling bertukar pandangan dengan Maria.
“Tante rasa, Ibu itu terlalu memanjakan dia dulunya dan dia pun tidak mikir-mikir. Selalu seperti tidak ada dewasa-dewasanya, Tante jadi pusing. Dan ibu pun selalu memikirkan anak itu yang dia sendiri tidak pernah perduli sebagai omanya.” Lirihnya Maria dengan nada bingung.
“Terus mau gimana lagi Tante?aku sudah berusaha untuk mengingatkan dia, malah dulu dia pernah hampir saja hidupnya hancur! Om Deri lah yang membantu dan selanjutnya gitu lagi keluyuran lagi, tidak pernah tobat bah.” Keluhnya Arya sambil mendesah nan panjang.
“Bukan Tante berharap yang tidak-tidak! tapi usia siapa yang akan tau. Kalau oma sudah tiada, dia mau bagaimana? dengan sikapnya yang seperti itu, siapa coba yang mau nampung dia?Diam di sini, lambat laun akan habis harta yang ada! tanpa di kembangkan. Selain itu klinik mungkin juga bisa hancur,” ujarnya Maria yang berpikir ke depan.
“Iya, Tante. Saya mengerti itu.” Suara Arya pelan.
...----...
Di jalanan, Devan ngebut dan hampir saja nyenggol motornya Deri, yang baru saja pulang kerja. Deri yang merasa geram langsung mengejar motor tersebut apalagi dia melihat kalau yang diboncengnya seorang gadis yang dia kenal.
Motor Deri menghadang motor yang di kendarai oleh Devan, sehingga motor tersebut mepet, dan menatap tajam ke arah Deri yang membuka helmnya.
“Om, Deri?” gumamnya Kayla setelah Deri membuka helm dan menghampirinya dengan geram.
“Heh? Jau pikir ini jalan nenek moyang mu, dengan membawa kendaraan sesuka hati ha?” Deri menatap tajam ke arah Devan dan Kayla secara bergantian.
“Emangnya apa urusan mu?emangnya ini jalan kau juga, sehingga kau melarang ku seperti itu?” balas Devan dengan nada angkuh.
“Eh, anak muda. Kalau tidak menggangu orang lain saya tidak akan perduli, seandainya kau jungkir balik sekalipun. Ini demi keselamatan orang lain termasuk saya yang barusan ke senggol. Kalau saya kenapa-napa gimana dan bila kau sendiri yang kenapa-napa gimana? apa kau punya cadangan nyawa?” bentak Deri sambil melirik ke arah Kayla yang tampak serba salah dibuatnya.
“Aduh gimana nih? aku tidak bisa berkutik bila dihadapannya, aku tidak bisa berkata-kata nih.” Batinnya Kayla sambil menggigit bibir bawahnya.
“Ha ha ha … bila kenapa-napa sih itu derita lu,” anak muda itu malah terkekeh sendiri.
“Oh … itu derita Lu?” Deri mengangguk dengan terlihat kesal.
Plak ... sebuah tamparan mendarat di pipinya Devan yang langsung terhuyung dan memegangi pipi.
“Gila, dasar kurang ajar. Kenapa kau menampar ku dan apa salah ku?” teriak Devan sambil merasakan panas di pipinya.
“Hem, kau bertanya kenapa? itu derita lu. Dan tidak perlu kau merasa sakit, karena bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan itu memang yang dicari. Dan kau Kayla, apa kau masih mau dengan lelaki macam dia? yang jangankan sayang sama dirimu, dirinya pun sama sekali tidak dia sayangi. Kau jangan gila-gilaan ingin yang mungkin akan mengantarkan kematianmu, kena tamparan saja kau sudah merasa sakit. Kalian pikir! kecelakaan itu tidak menyakitkan?” bentak Deri sembari menatap keduanya secara bergantian.
Devan tidak menjawab selain mengusap pipinya yang terasa panas, sakit dan perih. Sementara Kayla pun tak sepatah katakan yang dia keluarkan saat itu.
“Ingat lah, hidup mu masih panjang dan jangan sia-siakan hidup mu, hanya untuk bersenang-senang. Tentunya kalian masih punya keluarga yang menyayangi kalian, hargai mereka dan ubahlah jalan hidup kalian ini. Hidup yang lebih baik tentunya. Jangan sampai menyesal sekali nantinya,” Deri kembali menggunakan helmnya lalu menaiki kembali motor, meninggalkan tanpa berbalik pada Kayla lagi.
“Dasar tua bangka, bisanya" ceramah. Dan memukul orang, tampar diri sendiri sakit gak?” umpat Devan sambil mendudukan dirinya di atas motor.
Diikuti oleh Kayla dengan diam. Sehingga membuat Devan merasa heran.
'Kau kenapa diam terus baby? Biasanya kau paling bawel untuk mencaci orang. Sekarang kau diam saja, sariawan baby?” Devan melirik sekilas sambil menyalakan mesinnya.
“Jangan ngebut?” Kayla memasang bahunya Davan supaya tidak terlalu ngebut menjalankan motornya.
“Kanapa, kau takut? ah ... cemen, santai saja kali!” Devan malah semakin kencang melarikan motonya tersebut.
“Jangan terlalu kenceng, aku masih mau hidup, aku belum sempat kawin.” Pinta Kayla kembali.
“Kau pikir kalau sudah kawin mau gitu, mati? sama aja kali.” Deni tidak menghiraukan.
Brok brek brak . . . .
...🌼----🌼...
Mohon dukungannya ya reader kang baik hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Ummi Alfa
Jadi gagal fokus sama kalimat terakhir Thor..... kenapa tuh, apa motor Devan beneran jatuh kecelakaan gitu? ndak apalah biar dia ngerasain gimana sakitnya jatuh dari motor.
Semoga Kayla jadi sadar dan merasa tertampar dengan kata2 Deri ya...
Tetap semangat Thor....
2023-03-30
1
Maulana ya_Rohman
gak di hiraukan peringatan nya Derri🤦....
2023-03-07
1
Kurniaty
Semoga dengan kecelakaannya Kayla bisa berfikir tuk merubah dirinya.
2023-03-02
1