Dokter muda

Sementara Deri dan Endro menunggu di ruang tengah sambil bermain catur. Dan juga mendengarkan musik kesukaan Endro.

“Berisik lah … suaranya jangan terlalu kencang?” pinta Deri pada Endro.

“Idih … bro, kalau gak mau berisik. Tinggalnya di kuburan sana,” timpal Endro.

"Kurang ajar. Mati lah saya!" Deri menggeleng.

Kemudian mereka pun melanjutkan obrolan ringannya.

"Oya, lain kali kita ... kita kumpulnya di villa saja. Jangan di sini gak enak dengan istri mu capek dan siapa tahu terganggu dengan adanya kita, seperti dulu saja sewaktu Arya masih balita kita kumpul nya di vila." Deri mengarahkan pandangan ke arah Aldo.

Aldo terdiam dengan tatapan yang tertuju pada Deri. Omongan Deri memang benar. Istri nya itu mungkin saja terganggu dengan kumpul nya mereka.

"Iya, juga sih ... biar kota lebih bebas ya, kalau di vila." Tambahnya Endro.

Kemudian Aldo pun mengangguk. "Baiklah. Biar kita saja yang ke sana dan berkumpul di sana saja!"

Arya tersenyum melihat ke arah tiga pria tersebut. "Aku sayang kalau bertiga."

"Oo! enek saya mendengarnya. Ha ha ha ... berasa kau ketika masih kecil. Kau sering nangis bila ditinggal sama kita. Om kanan pergi Om, aku sayang Om bertiga ha ha ha ..." Endro tertawa lepas.

"Ha? masa aku seperti itu?"Arya mengerutkan keningnya.

"Iya, kau itu manja pada kami. Sampai-sampai kami semua ada di fase tidak bisa bekerja hanya untuk menemani mu bermain." Tambah Deri.

"Oo! aku gak tau. Kalau aku sangat membuat kalau repot. Sampai sekarang pun kalian aku buat repot." Kenang Arya sambil memandangi ketiganya.

"Sudahlah, jangan di kenang. Itu sudah kewajiban kami bertiga untuk menjaga mu, biar nenek mu tidak terlalu repot." Aldo menepuk bahu Arya.

Waktu sudah menunjukan pukul 10 malam, Arya. Deri dan Endro bersiap untuk pulang.

"Om, aku pulang dulu! sampai jumpa lagi." Arya beranjak dari duduknya.

Dokter Aldo berdiri. "Oke, sampai jumpa lagi." Aldo pun mengantar mereka ke teras. Memandangi kendaraan mereka masing-masing.

Aldo baru menggeser tubuhnya setelah mereka tidak lagi dapat di lihat.

"Kemana mereka?" tanya sang istri menatap ke arah Aldo dan tempat sekitar.

"Iya, baru saja." Jawabnya Aldo sembari berjalan memasuki rumahnya.

"Aku capek banget. Makanya tidak bergabung dengan mereka." Tambah sang istri.

"Tidak apa-apa mereka pun mengerti kok." Aldo dengan santainya.

Arya yang melajukan motornya dengan cepat. Beriringan dengan Endro dan Deri. Namu di persimpangan Endro berbelok dan tidak satu arah lagi.

Selang beberapa lama. Arya dan Deri sampai juga di Vila mereka. si pemuda tampan itu pun langsung memasuki kamarnya. Menyimpan jaket, kunci di atas nakas lalu kemudian menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur yang empunya itu.

Dengan menatap kosong. Dia menghadap langit-langit. "Aku harus bisa mencari tahu! sampai tuntas."

"Huam ... ngantuk saya." Dia memejamkan kedua netra nya untuk menjemput mimpi.

Putaran jam. Terus berputar dan membawa malam ke sebuah pagi yang cerah. Arya sudah siap dengan pakaian formalnya. Lanjut mau membuat sarapan yang kebetulan sudah tersedia karena Deri pun sudah siap untuk berangkat kerja.

"Kerja di mana, Om?" Arya menyelidik dengan tatapan intens ke arah Deri.

"Oh, ini ada proyek besar dan Om terlibat di sana!" jawabnya Deri sambil meneguk minumnya dan menyisakan setengahnya.

Arya mengangguk, lalu duduk dan menikmati sarapannya.

"Oke, Om duluan. Karena agak jauh!" Deri berdiri setelah menghabiskan sarapan dan minumnya sampai tandas.

"Hati-hati. Om!" Arya mengangguk pelan.

Setelah Deri pergi, Arya pun beranjak dan membereskan meja sebelum pergi ke rumah sakit.

Agar dia tinggalkan, meja sudah dalam ke adaan bersih dan rapi.

Pemuda tersebut mengenakan helm dan menaiki motor besarnya untuk pergi bekerja di salah satu rumah sakit.

Sementara Kanaya klinik yang di kelola oleh orang lain. Itu di bawah naungan sang nenek, yang dulunya mau di kelola oleh Aldo dan Endro. Tidak jadi, dikarenakan insiden yang merenggut dokter Dimas dan istri! keduanya mundur dan akhirnya di naungi oleh Bu Hesa.

"Dok, jadwal op ya? jam sembilan pagi ini." Kata seorang suster sambil membawa sebuah map di tangan.

Arya yang sedang sedikit melamun pun menoleh dan mengangguk. "Oke. Persetujuan dari keluarganya sudah lengkap?"

"Semua sudah beres Dok, tinggal pelaksanaan nya saja." Jawabnya suster.

"Oke," Arya mengangguk.

Kemudian suster pun membalikan tubuhnya membawa langkahnya dari sana.

Arya beranjak, melihat jarum jam di tangan masih ada waktu untuk bersantai sekitar tiga puluh menit lagi.

Dia berjalan keluar dengan baju kebesarannya. Mengayunkan kaki di koridor rumah sakit sambil melihat-lihat suasana sekitar.

Kedua netranya menemui seseorang yang rasanya dia kenal.

''Siapa dia? berasa kenal?" gumamnya sambil menghentikan langkahnya.

"Oh, iya wanita yang kemarin mobilnya mogok itu, ya dia? sedang apa di sini? ah. Masa bodo mau apa juga, bukan urusan ku!" Arya melanjutkan langkahnya ke depan.

Namun samar-samar terdengar suara yang memanggil namanya.

"Arya? kamu kah?" suara yang memanggil nama Arya sehingga pemuda itu menoleh dengan cepat.

Kepala Arya langsung menoleh ke sumber suara. Dimana gadis yang kemarin bertemu itu memanggil namanya. "Kau memanggil ku?" Arya menunjuk hidungnya yang mancung.

"Iya, kamu. Si pemuda ganteng, kok kamu ada di sini, sedang apa?" sapa gadis itu yang memiliki nama lengkap Angelica.

"Em, iya, aku sedang main-main saja di sini!" ucap Arya sambil mengamati penampilannya.

"Main-main, main apaan?" gumamnya dalam hati. Setelah melihat dirinya yang mengenakan baju kebesaran dokter tersebut.

"Main-main atau ... kerja? apa kau sekarang dokter?" selidik Lica sambil menatap ke arah Arya dengan tatapan yang meneliti, pemuda itu dengan penampilan rapi dan baju kebesaran dokter, bila dia bukan dokter! paling tidak seorang mantri.

"Em, kau sendiri sedang apa di sini?" Arya balik bertanya sambil celingukan.

"Aku, sedang mengantar oma yang kontrol kesehatannya. Oya, kamu belum menjawab pertanyaan ku, kau bekerja di sini ya?" jawabnya sambil mengulang pertanyaan yang dia ajukan.

"Em, Oya Sorry. Aku harus pergi." Arya langsung berlalu setengah berlari sambil melihat jam tangannya.

Lica menatap punggung pemuda tersebut dengan bibir yang menunjukan senyumnya. Hatinya terasa bahagia bisa melihat pemuda tersebut.

Sementara Arya, semakin melebarkan langkahnya menuju ruang op. Karena sebentar lagi op akan dilaksanakan dan pasien pun sudah siap dan berada di ruangan itu.

"Aduh, hampir saja aku lupa." gumamnya sambil menggeleng.

Dokter lain pun sudah berkumpul di sana. Arya langsung berganti pakaian tugasnya seperti yang lain.

"Ayo, Dok? semangat!" kata dokter senior yang akan ikut serta dan dai dokter yang paling muda dalam tugas sekarang ini ....

.

Jangan lupa subscribe ya?

Makasih

Terpopuler

Comments

Ummi Alfa

Ummi Alfa

Arya ini duplikatnya banget Dimas ya.... seorang dokter, jadi inget sama Dimas sedih aku ndak nyangka aja hidupnya harus berakhir tragis bersama Naya.
Thor...gimana tuh nasib Kayla yang lagi dalam bahaya karena pengaruh obat? makin penasaran aja..
Tetep semangat Thor....

2023-03-28

1

Nur Lizza

Nur Lizza

lanjut thor

2023-03-13

1

Maulana ya_Rohman

Maulana ya_Rohman

apa kabarnya adiknya Arya ya🤔🤔🤔🤔🤔

2023-02-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!