Sertifikat

Kini Kayla berbaring kembali dan terpejam sesaat mengingat kekasihnya yang katanya sudah tiada. “Aku mau cepat pulang.”

“Iya Nanti kalau kau sudah pulih dan diperbolehkan pulang.” Arya menimpali dan kemudian dia membuka tas selempang yang dia bawa.

“Bukannya kau mau ke luar?” Maria menoleh pada Arya yang memang siap sudah siap-siap untuk pergi ke BANK.

“Iya, Tante. Aku mau pergi dulu?” Arya pergi untuk ke BANK mau mengalihkan rekening bu Hesa ke rekeningnya, kalau ke rekening nya Kayla! semua khawatir habis seketika.

“Emang kau mau kemana?” selidik Kayla sambil menatap tajam ke arah Arya yang sedang berjalan mendekati pintu.

“Dia mau mengalihkan isi rekening oma ke rekening nya abang mu.” Kata Maria sambil mendudukan dirinya di dekat Kayla.

“Apa? buat apa di alihkan. Agar aku tidak bisa minta lagi ha? terus aku gimana kalau tidak di beri sama oma?” bentak Kayla.

“Kamu mau punya uang? bekerja. Cari duit sendiri.” Arya menoleh dari dekat pintu yang tinggal melintasi pintu itu.

“Kerja, kau bilang aku harus bekerja di saat kaki ku seperti ini? bunuh saja lah aku sekalian, buat apa juga aku hidup dengan kondisi seperti ini dan uang pun tidak punya. Buat apa coba harta orang tua kita? kan buat anak-anak. Bila kau akan mengekangnya.” Kayla dengan nada tinggi.

“Kan nanti bila kau sehat kau bisa bekerja. Dan aku bukan ingin mengekang mu, namun ingin hidup mu lebih terarah. Itu saja. hidup mu harus lebih teratur, bukan seperti kemarin-kemarin. Jangan mentang-mentang kau masih muda hura-hura dan kelayapan tiap malam dan juga tidak perduli dengan orang sekitar.” Ujar Arya sambil berjalan melintasi pintu.

“Abang tunggu? tapi bila uang kau yang pegang itu pasti, aku di batasi, aku tau akal mu itu,” teriak Kayla lagi.

“Kay-Kay, berisik, ganggu orang gimana sih?” Maria menegur Kayla yang teriak-teriak.

“Masa bodo. Ini mulut ku bukan mulut Tante, jadi jangan banyak bacot.” Kayla tampak marah.

“Kau gila Kay. Kau tidak tahu cara bicara dengan siapa, kau itu bagai orang yang tidak pernah sekolah. Gak punya sopan santun.” Maria tampak geram dengan tingkahnya Kayla.

Arya yang sedang melajukan motornya dengan cepat menuju BANK, tekad dia semakin kuat untuk memegang semua aset yang di pegang oleh oma nya ke rekening pribadinya sendiri, dikarenakan bila di alihkan ke Kayla semua akan hancur. Mungkin tidak ada buat jangka panjang.

Setelah melawati proses yang lumayan panjang, akhirnya kelar juga dan Arya menuju pulang ke Vila dulu untuk mengambil baju ganti.

“Aku harus ke Vila dulu nih untuk mengambil baju ganti dan ada sesuatu yang harus aku amankan.” Kebetulan sertifikat rumah atas nama orang tuanya dia bawa di dalam tas.

Arya harus antisipasi benar-benar, takutnya Kayla masih di masa-masa yang seperti yang sudah-sudah. Apalagi kalau oma sudah tidak ada, dia mengundang teman-temanya ke rumah dan melakukan sesuatu di luar dugaan. Dia terlalu parno tentang adiknya tersebut.

Selang beberapa puluh menit kemudian, Arya pun tiba di Vila nya Deri yang tampak sepi karena Deri pasti bekerja. Arya pun masuk dan langsung ke kamarnya. Menyimpan semua surat-surat di tempat yang dia rasa aman.

Ketika dia turun dengan niat untuk ke dapur, perut terasa lapar dan haus. Terdengar suara bel terdengar! Membuat Arya mengerutkan keningnya. “Siapa dia?”

Arya pun bergerak cepat, setengah berlari mendekati pintu. Dan ketika terbuka alangkah kagetnya dia, karena yang berdiri di depan pintu itu membelakangi namun berasa kenal.

Rambutnya panjang terurai dan kepirang-pirangan dengan tubuh body gold. Lalu berbalik pada tuan rumah yang diam tak bergeming, gadis itu mengulas senyumnya pada Arya yang terbengong-bengong.

Arya heran kenapa Lica datang ke Vila ini? tahu dari mana tau alamat ini, sebab dia sendiri tidak pernah memberikan alamat. Jangankan alamat, nomor ponsel aja belum pernah tukeran kok.

“Apa aku tidak akan di persilakan masuk atau duduk gitu?” suara Lica sambil terus mengulas senyumnya.

“Oh iya, sorry? duduk?” Arya menunjuk ke arah sofa yang ada di teras.

Lica pun menoleh yang Arya tunjuk dan mengayunkan langkahnya ke sana bersama wajah yang sumringah. “Makasih?”

Arya pun keluar dan lantas duduk di sofa panjang yang di duduki oleh Lica.

“Aku heran, berasa terkejut. Kok kamu ada di sini sih? berasa gimana gitu?” ucap Arya sambil mengontrol rasa gugup nya.

“Terkejut ya? aku cari alamat ini. Dan aku dengar kau sedang berkabung dan aku ikut berduka cita ya?” Lica menatap lekat ke arah pemuda tersebut.

“Oh iya, makasih. Kau sudah mengucapkan itu dan ... tau dari mana kalau aku tinggal di sini?” selidik Arya sembari memicingkan matanya.

“Hi hi hi ... aku tanya-tanya sama dokter di rumah sakit. Oya aku bawakan makanan nih buat kamu.” Lica memberikan paper bag ke Arya sebuah paper bag yang berisi kue tar yang rasa coklat kesukaan Arya.

“Ini. lah tau sih aku suka kue yang berbau coklat?” Arya mengintip dan mengeluarkannya.

“Iya dong aku tahu kesukaan mu,” ucap Lica sambil mesem.

“Makasih ya?” Arya menatap lekat yang bikin Lica salah tingkah dengan tatapan itu.

“Em, makan?” Lica menunjuk kue agar Arya makan segera.

“Ya, aku makan ya?” Arya langsung melahapnya. Kebetulan dia sangat lapar sekali.

Lica melihat kearah Arya yang sedang memakan kue darinya dengan perasaan yang teramat senang.

“Aku tau dia suka sama aku dan aku akan pergunakan ini dengan baik.” Gumamnya Arya dalam hati sambil menatap ke arah Lica yang terdiam dan juga memandangi ke arah dirinya.

Tangan Arya bergerak ke arah Lica sambil memegangi kue dan menyuapi gais itu.

Lica tidak percaya dan bikin dia salah tingkah. Namun dia pun membuka mulutnya menerima suapan dari tangan Arya. Hatinya dibuat berbunga-bunga dengan perlakuan dari arya yang manis.

‘Oya, ngomong-ngomong. Orang tua mu dimana?” tanya Arya menyelidik.

“Em ...” sejenak, Lica melamun. “Orang tua ku sudah tiada, dan aku dibesarkan oleh oma ku.”

“Oya, oma mu ... yang selalu dengan mu?” Arya menerka dan itu memang pasti.

“Iya, itu benar. Dia adalah oma ku yang sangat sayang padaku, banget-banget.” Tambahnya Lica sembari menunjukan senyumnya yang ceria.

“Oma mu ... bernama siapa?” Arya semakin menyelidik.

“Nama nya oma Mahdalena. Aku pun sangat menyayangi nya. kamu, siapa yang kamu sayangi?” kini Lica yang bertanya ....

...🌼----🌼...

Tanpa harus Arya dekati. Lica masuk sendiri ke kandang Arya yang mempunyai niat untuk mengorek siapa Oma dan dirinya.

Terpopuler

Comments

Kurniaty

Kurniaty

Lica sepertinya tipe cewek yang agresif nih,kalau cewek yang kalem kan gak mau ya datang kerumah sih cowok.
Sukses thoor & lanjut.

2023-03-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!