Setibanya di rumah Kayla, langsung gadis itu di papah Devan ke kamarnya. Diikuti oleh bi Meri.
Bi Meri sudah tidak aneh melihat Kayla yang pulang dini hari dan dalam keadaan mabuk seperti itu.
"Sebaiknya Aden pulang saja, biarkan Nona istirahat!" titah bi Meri pada Devan yang masih duduk di tepi tempat tidur Kayla.
Devan memandangi wajah gadis itu yang cantik dan terpejam. Devan berdiri berniat pergi.
Tetapi tangan pemuda itu ditangkap oleh Kayla. "Jangan pergi sayang, temani aku di sini. Atau kita pergi ke surga yo? kita akan pergi ke sana kan?"
Devan merasa senang bila Kayla mencegahnya pulang, dia melihat ke arah bi Meri yang menyuruhnya pulang.
"Aden, pulang saja!" lagi-lagi bi Meri menyuruh Devan untuk pulang.
"Sayang ... jangan pulang, jangan dengar orang itu, siapa dia?" Kayla melotot ke arah Bi Meri yang tidak gentar dengan plototan mata Kayla.
"Aden, apa kalian mau di grebeg warga ha?" tanya bi meri terutama pada Devan yang langsung menciut. Walau sedikit kecewa.
Depan pun pergi dan bi Meri menutup pintu kamar Kayla. Sementara waktu. Kayla memekik memanggil Devan supaya pemuda itu tetap menemaninya.
Bi Meri mendongak ke atas, setelah menutup pintu utama. "Dasar, Non ... kapan kau akan sadar, hampir tiap malam keluyuran. Saya jadi ingat Bu Kanaya, dia begitu baik dan lembut. Jauh bumi dan langit dengan sifatnya non Kayla, ya Tuhan ...."
Pagi-pagi, Bu Hesa sudah bangun dan berada di dapur tengah menikmati sarapannya. "Kayla pulang jam berapa? semalam!"
Bi Meri menoleh. "Dini hari, dan biasa mabuk." Jawabnya.
Bu Hesa menghela nafas dengan panjang. Mendengar kata Bi Meri barusan.
"Saya bingung, gimana caranya agar bisa merubah sifatnya itu?" keluh bu Hesa sambil menyesap minumnya. Dia kehabisan akal untuk bisa merubah kepribadian cucu kesayangannya itu.
Bi Meri hanya menoleh dan tidak ingin berkata-kata, karena bagi dirinya. Bu Hesa itu terlalu memanjakan Kayla dulunya dan pada akhirnya anak itu keras kepala serta pemalas. Bahkan tidak punya sopan santun juga.
"Apakah saya terlalu memanjakannya? atau saya harus gimana?" bu Hesa kembali berkeluh kesah.
"Mungkin saja seperti itu, Bu." Balas bi Meri cuma itu saja yang dia ungkapkan karena percuma panjang lebar juga.
"Gimana kalau saya sudah tidak ada? kalau dia seperti ini terus?" Bu Hesa lagi-lagi menghela nafas yang terasa begitu berat baginya.
Bi Meri lalu meneruskan pekerjaannya yang lain dan menjauhi majikannya itu.
Sekitar pukul empat sore, Kayla terbangun dan mengibaskan selimutnya, bangun sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing dan penglihatan pun sedikit berkunang-kunang.
"Aduh ... kepalaku kok pusing banget ya?" gumamnya sambil mengingat kejadian semalam.
Lalu dia berdiri memaksakan diri berjalan ke kamar mandi, rasanya ingin mandi dan berendam. Sepertinya akan lebih segar bila berendam.
Setelah beberapa lama berendam dalam bathub, Kayla beranjak dan benar saja sekarang sudah lebih segar dan pusingnya pun berangsur menghilang. Kemudian berpakaian dan mengenakan wewangian di tubuhnya. Lalu menyambar tas nya dan meninggalkan kamar nya itu.
"Sayang, Kayla! kau baru bangun Nak?" sapa sang oma ketika Kayla menapakkan kakinya di lantai dasar.
"Iya, Oma. Oya Oma saldo ku dah tipis nih, TF ya segera," balas Kayla yang ujung-ujungnya meminta uang juga.
"Kay, Oma rasanya baru kemarin lusa deh mentransfer kamu uang, kok sudah habis lagi sih?" lirih bu Hesa sembari menatap intens ke arah cucunya itu.
"Aduh Oma ... kan uangnya di pakai lah, bukan penunggu kartu ATM saja," ucap Kayla sembari membuka tudung saji dan melihat yang ada di meja, dia icip dan rasanya sangat dingin.
"Kayla ... sebaiknya kamu sekarang mulai merubah diri ya? Nak. Kau sudah dewasa dan sudah sepantasnya mandiri, gimana kalau Oma ini sudah tiada? siapa yang akan menjaga dirimu dan bertanggung jawab akan dirimu?" bu Hesa berkata lirih.
"Bi? Bi Meri? sini, apaan ini pada dingin? panaskan! saya mau makan, kerja gitu saja gak becus." Kayla melotot pada bi Meri yang langsung menghampiri.
"Wajar lah Non ... kan masaknya juda tadi siang. Sekarang jam berapa? wajarlah kalau sudah dingin, bukan tidak becus," jawabnya bi Meri membela diri.
"Saya tidak perlu jawaban dari kamu ya, yang saya mau! panaskan segera, cepat?" bentak Kayla yang hampir melempar makanan yang di piring itu, namun bi Meri segera mengambilnya.
"Iya, Non. Sabar? Bibi juga mau panaskan dan tidak usah membentak, Non. Saya juga mendengar." Bi Meri menghangatkan semua masakan.
Bu Hesa hanya terdiam dan menggelengkan kepalanya melihat kelakuan cucunya tersebut.
Selesai makan. Kayla bersiap untuk pergi. Dia menyambar tasnya dan mencari kunci yang kebetulan ada.
"Mau kemana kay?" tanya bu Hesa sambil berjalan mengikuti Kayla yang berjalan melintasi pintu utama.
"Aku mau ketemu Abang, dia kurang ajar sekali lama tidak ke sini kan? Oma pun belum ketemu dia kan sudah lama ya?" balas Kayla sambil membuka pintu mobil Mersi merah tersebut.
"Iya, mungkin abang mu sedang sibuk, menjadikan dia belum sempat datang ke sini." Timpal bu Hesa sembari berdiri di teras.
"Aku pergi oma," Kayla menyalakan mesin setelah memakai bell safety.
"Hati-hati sayang jangan ngebut," pesan bu Hesa sambil melambaikan tangannya.
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi sehingga dalam sekejap mata, mobil tersebut hilang dari pandangan wanita sepuh itu.
Kayla menyalakan musik dari tiv rekorder mobil dan kepalanya bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri. Maju mundur. Seiring dengan hentakan musik, namun matanya tetap fokus ke depan tentunya.
Suasana sore yang indah dan sebentar lagi sunset dari barat. menghiasi indahnya sore ini. mobil terus melesat melewati kendaraan-kendaraan lainnya yang berlalu lalang di jalan raya tersebut.
Setibanya di pelataran Vila, mobil Kayla berhenti, sejenak dia terdiam sambil memperhatikan tempat sekitar yang tampak sepi bagai tak berpenghuni namun sangat bersih dan bunga-bunga pun menghiasi sekeliling Vila tersebut.
Lalu kemudian Kayla turun dari mobilnya tersebut dan mendekati teras, berdiri di ambang daun pintu. Kebetulan pintunya tidak terkunci sehingga Kayla nyelonong aja ke dalam, dengan manik mata mengamati setiap sudut ruang tersebut.
"Sepi amat nih Vila, tidak ada orang ataupun suara musik atau televisi gitu?" gumamnya Kayla sambil terus berjalan.
Melihat ke arah dapur yang kosong, tidak ada orang ataupun bau masakan. Langkah Kayla berhenti di depan salah satu kamar yang dia rasa itu kamar kembarannya, Arya.
Dengan tidak ragu, Kayla mendorong handle pintu sambil berkata. "Abang ...."
.
Ayo, subscribe. Masih sepi nih, jangan lupa like komen dan lainnya
Makasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Ummi Alfa
Mungkin karena beda didikan waktu kecilnya dengan Arya, Kayla tumbuh menjadi anak yang keras kepala dan pemalas.
Andai bunda Naya masih ada tentu Kayla ndak akan tumbuh menjadi gadis seperti saat ini. Jadi kangen bunda Naya yang lembut.
Semoga aja suatu saat nanti Kayla bisa berubah syukur2 dia hijrah ya...
Tetep semangat Thor.....
2023-03-28
1
Maulana ya_Rohman
semoga ada yang mau m3nuntun Kayla yang lebih baik.... gak terjerumus lebih dlm lagi🤲🤲🤲🤲🤲🤲🤲🤲🤲
di kabulkan ya thor😟😟😟😟😟😟😟😟
2023-02-19
1
Kurniaty
Kira kira ada gak ya si Arif dikamarnya,semoga Arif bisa merubah sifatnya Kayla biar jadi lebih baik lagi ya thoor.
Sukses thoor & lanjut.
2023-02-19
1