Deri terus melajukan motornya dengan kecepatan sedang dan menemukan sebuah mobil yang rasanya dia kenal. Sehingga matanya mengamati mobil tersebut.
Namun pengendara nya lain, bukannya yang di kenal. Deri saat ini bertujuan ke rumah pak Sunder. Dia jadi ingin mengunjungi pria itu.
Namun ketika sudah sampai di sana, terlihat ada bendera kuning yang menandakan di sekitar sana ada yang sedang berduka. Deri pun turun dan melepas pandangan ke arah rumah pak Sunder yang tampak sepi tapi di dalamnya banyak orang.
“Siapa yang meninggal?” gumamnya Deri sambil mencoba melangkahkan kakinya ke dalam pekarangan.
“Permisi? Siapa yang meninggal? Apakah pak Sunder nya ada—“
“Beliau sudah meninggal,” orang tersebut langsung memotong pertanyaan dari Deri.
Degh.
“Apa? dia meninggal?” Deri tertegun berasa tidak percaya, sedangkan masih banyak pertanyaan yang ingin dia ajukan.
“Benar Tuan, beliau sudah meninggal. Permisi?” orang itu mengundur diri.
Deri mengangguk pelan, dengan masih bengong dia meneruskan langkahnya itu memasuki rumah terebut dan berbincang sebentar kalau yang meninggal itu adalah benar pak sunder. Akhirnya Deri ikut berbeda sungkawa.
“Saya ikut berduka atas wafatnya pak Sunder, semoga meninggalnya di terima di sisi yang maha kuasa.” Kemudian Deri pun berpamitan kembali.
Deri kembali menaiki si roda dua nya meninggalkan kediaman pak Sunder. Melaju dengan cepat ke Vila nya, dengan pikiran melayang, tadinya ada yang ingin dia tanyakan pada pria itu. Namun keburu meninggal sehingga tidak ada lagi yang bisa dia tanya tentang insiden tersebut.
Setibanya di Vila. Deri langsung memasuki Villanya dan langsung masuk kamar berdiri dekat jendela yang menghubungkan dengan pemandangan kebun buah, dulu Kanaya suka banget bermain di sana memetik buah langsung dari pohonnya.
Bibir Deri tertarik samping mengingatnya dan juga ketika Kanaya sedang ngidam pun dia yang mencari rujak yang Kanaya inginkan.
“Ternyata putra mu aku lah yang mengasuhnya, kini dia bersama ku selalu.” Gumamnya Deri sambil menyunggingkan bibirnya.
Terbayang di ruang mata, ketika pertama kali bertemu adalah di saat dia bekerja di rumahnya yang membuat lift kursi yang menggabungkan dengan tangga. Di situlah Deri sering memandangi wanita yang berwajah teduh dan lembut, terbayang juga setiap gerak dan senyumnya dan Kanaya itu persis mirip dengan kekasihnya yang meninggalkan dia di saat sedang cinta-cintanya.
Bibir Deri terus tersenyum tipis sambil menikmati minumnya. “Kau lah wanita yang nyaris sempurna buat aku. Kau persis kekasihku yang sangat aku cintai, Kanya. Aku tidak rela bila saja ada yang menyakiti mu sekalipun itu suami mu, tapi kenapa kau juga meninggalkan ku dengan begitu cepat”
Tiba-tiba Deri berteriak. “Kenapa kau begitu cepat meninggalkan ku seperti kekasih ku? bahkan kau meninggalkan kedua puta putri mu kenapa kau begitu cepat pergi. Kenapa?”
Rekk! Gelas yang dia pegang dan masih ada airnya hancur dalam genggaman. “Kau bukan kekasih ku dan juga bukan istri ku, tapi aku sayang sama kamu melebihi rasa sayang ku pada kekasih ku. Kenapa kau begitu cepat pergi? setidaknya kau menikmati masa-masa bahagia mu dengan putra putri mu dulu, kau tega meninggalkan mereka. Dan kau menghilang dari pandangan ku! kamu hilang dari pandangan mata ku, namun kau tetap ada di ingatan ku selalu, apalagi putra mu bersama ku.”
Sudut mata Deri berlinang air bening, telapak tangannya pun tak ayal mengeluarkan tetesan darah. Deri menangis mengingat sosok orang yang sangat dia sayang.
Tubuh pria itu luruh ke lantai duduk memeluk lutut, sosok pria yang kuat dan tegar juga cool itu di baliknya ada sisi rapuh. Mungkin ini yang membuat dia masih betah menadi perjaka tua, cintanya terbawa mati.
...----...
“Halo, mohon maaf apa benar ini kediamannya Nona Kayla?” suara dari ujung telepon yang menelpon ke ponselnya bu Hesa. Namun yang terima adalah Maria.
“Iya, benar ini nomor omanya,” jawab Maria sambil melirik ke arah bu Hesa dan Arya yang mengarahkan pandangan pada dirinya.
“Kami dari pihak rumah sakit, ingin mengatakan kalau Nona Kayla mengalami kemalangan di jalan xx dalam insiden tabrakan dengan truk dan kini dia sedang mengalami kritis di rumah sakit xx, hanya itu yang bisa kami kabarkan pada keluarganya. Terima kasih atas perhatiannya.”
Degh!
Suara seorang wanita dari sebrang sana yang sengaja suaranya kenceng jelas terdengar oleh bu Hesa. Dadanya terasa sakit dan sesak. “Kayla?” panggil bu Hesa dengan suara sangat rendah.
“Ya Tuhan ...” gumamnya Maria rasanya percaya dan tidak.
Begitupun dengan Arya, dia terbengong-bengong, ini benar atau sekedar penipuan? kalau nama rumah sakit nya sih ... itu rumah sakit tempatnya berkerja.
“Tante, aku mau cari info dulu ke pihak rumah sakitnya! Sebentar?” Arya segera mengambil ponsel dari sakunya.
Pandangan matanya Maria tertuju ke arah Arya dan penasaran itu benar atau tidak. Jangan sampai sudah bikin panik dan shock eeh ... Cuma tipuan.
Dada bu Hesa semakin sakit dan sesak bagai ada yang menimpa dengan batu besar. Memahat dengan alat yang tajam, tangan bu Hesa meremas dadanya yang terasa sakit itu. Penglihatannya berkunang. “Uh ... sakit, Kayla ....”
Saking sakitnya. Bu Hesa tubuhnya terkulai lemah dan akhirnya bugh! tidak sadarkan diri membuat Maria yang sadar ibunya pingsan, panik dan memanggil Arya yang sedang berjalan keluar dari kamar tersebut dan langsung menoleh ke arah omanya.
“Oma” Arya tidak sempat berbicara di telepon karena dia dengan cepat menghampiri omanya yang di peluk oleh Maria.
“Ibu? Ibu sadar?” Maria menepuk pipi sang Ibu agar sadar, dan juga menggoyangkan lengannya.
Tangan Arya menyentuh pergelangannya sang oma yang terasa dingin dan sudah tidak ada lagi denyut nadinya, jelas membuat Arya mematung tak bergeming.
Maria menatap ke arah Arya dengan pandangan meneliti dan bertanya gimana ini?
Arya menggeleng pelan. Lalu telunjuknya Arya mengecek pernapasannya sang oma, sama saja. Sudah tidak bernafas.
Maria semakin shock dan panik belum yakin dengan yang terjadi ini. Arya langsung membopong sang oma. “Mobil. Tante, Bibi mana kunci?” Arya berlari membawa sang oma di susul oleh Maria dengan perasaan berkecamuk tidak karuan, rasanya ingin menjerit dan menangis sejadi-jadinya.
Bibi pun panik melihat majikannya di bopong Den Arya yang tergesa-gesa sangat dan tubuh sang majikan pun tampak begitu lemah tak bertenaga bagai kapas terkena air.
Di dalam mobil, Maria yang memeluk kepala bu Hesa. Sementara Arya sendri yang membawa mobilnya dan supir di suruh bawa motor milik Arya menyusul ke rumah sakit.
Maria sudah tidak mampu lagi untuk menahan air mata yang terus memaksa meminta keluar membanjiri wajah nya ....
...🌼----🌼...
Ayo mana nih dukungan nya ya? semoga suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Ummi Alfa
Kasian keluarga Arya, gara2 mendengar Kayla kecelakaan, oma Hesa langsung shock aja dan menyebabkan dia meninggal.
Yang sabar dan ikhlas ya Ar... ujian bertubi2 datang.
Smoga dengan kematian Omanya ada hikmahnya, Kayla jadi sadar dan syukur2 kalau dia hijrah.
tetap semangat Thor....
2023-03-30
1
Maulana ya_Rohman
serangan jantuung krn syock😱😱😱😱😱😱😱😱
kapan ya thor si Kayla dewasanya🤔🤔🤔🤔🤔🤔....
kadang bikin greget ajah....
2023-03-07
1
Kurniaty
Dalam sehari Arya dapat musibah,Kayla kecelakaan & Bu hesa sudah gak ada/meninggal.
gimana ya reaksi Kayla bila sadar Omanya sudah tidak menemaninya lagi.
Sukses thoor & lanjut.
2023-03-02
1