Angin segar

"Tapi saya yakin kalau lambat laun dan kita pasti akan bertemu dengan orang tersebut, cuma entah kapan atau di mana-mananya. Tapi itu pasti," Aldo dengan yakinnya.

"Bener itu, aku juga yakin kalau si Mahdalena itu akan menampakan dirinya di hadapan kita." Tambahnya Endro sebelum dia menikmati makannya.

"Aku tambah penasaran, yang mana sih orang nya?" Arya di bikin tambah penasaran dibuatnya.

Di saat sedang menikmati makannya. Kedua netra Endro menemukan seseorang sedang berjalan dengan wanita muda di tuntun malah. Wanita tua itu jelas Endro mengenalnya, biarpun sudah di makan usia.

Namun tidak demikian dengan ingatan Endro tentang wanita tersebut, dan setelah netra Endro yang melongo. Kini giliran Deri yang melepas tatapannya pada wanita tua itu yang menorehkan kenangan pahit.

"Ada apa sih? melongo begitu?" Aldo merasa heran dan lalu menoleh pada yang mereka Deri dan Endro pandangi. Alangkah terkejutnya Aldo, saat melihat ke arah kursi yang di sana, dimana wanita yang pernah mereka kenal berada di sana dengan gadis yang katanya kenalan Arya.

"Ada apa sih? kalian itu serius amat! dan Arya pun menoleh pada suatu tempat dan tentu Arya mendapati Lica di sana bersama omanya.

Deri, Endro dan Aldo mengeratkan rahangnya, mengingat tuduhan kalau insiden yang menimpa d

Dimas dan Kanaya adalah ulah mahdalena yaitu wanita tua yang berada di sana itu. Ketiganya saling beradu pandang dan saling bergumam. "Mahdalena."

Jelas Arya terkejut dengan gumaman ketiga om nya tersebut. "Apa, Om? yang mana dan yang Om maksud itu wanita yang sudah mencelakai ayah dan bunda?"

Lagi-lagi ketiganya saling bertatap dengan sangat serius dan dalam hati masing-masing merasa marah.

"Iya. Dia yang sudah pernah berusaha meracuni bunda mu tersebut." Ungkap Deri dengan nada marah.

"Apa? Om jangan bercanda. Gak lucu, wanita itu adalah omanya, Lica Om!" Arya setengah tidak percaya.

"Jadi kau mengenalnya?" tanya Aldo menatap ke arah Arya.

Arya mengangguk. "Iya, dia omanya Lica dan aku tidak mengenalnya sih ... cuma tau saja." Jawabnya Arya sambil melirik ke arah Lica yang sedang makan dengan oma nya.

"Kau ingin tau bukan? siapa dan yang mana orang yang sudah mencelakai orang tua mu itu," ucap Deri sambil terus memandangi Mahdalena.

"Iya, dia lah orang nya, wanita yang berhati iblis." Tambahnya Endro yang di tuju kan kepada Arya yang kini diam tak bergeming.

"Tidak bercanda bukan, Om? apa yakin dia orang nya! jangan-jangan itu Fitnah." Rasanya Arya tidak mempercayai itu.

"Arya ... kau mau percaya atau meragukan kami, itu hak kamu. Yang jelas ... kami bertiga yakin kalau dialah orang nya, Dia Mahdalena musuh kita." Tambahnya Aldo dengan jelas.

"Kamu jangan buta karena cinta kawan ... cinta ya cinta dan pakta tetap pakta, dan setiap orang punya masa lalu. Omanya Lica adalah wanita licik dan mempunyai hati yang jahat." Kini giliran Endro yang berkata dengan tegas.

"Kalau kau tidak percaya sama kami bertiga ... silakan buktikan sendiri, cari tahu data wanita licik itu dan barulah kau akan percaya sama kami. Orang yang sudah menyayangi kamu selama ini." Jelasnya Deri. Pria itu tampak kesal dengan ucapan dari Arya yang seolah meragukan mereka bertiga.

"Bu-bukan begitu, Om. Maaf ... bila aku berkata salah barusan." Arya menyatukan kedua tangan nya di dada. "Terus kita harus gimana?"

"Rasanya ... kita masih membutuhkan bukti yang lebih banyak dan akurat. Kita tidak bisa menuduhnya begitu saja soal insiden tersebut, kalau soal racun itu sih sudah terbukti di laboratorium ya?" Deri menoleh pada dua sahabatnya itu,

"Iya bandar itu, eh bener maksudnya ..." Endro membenarkan dan Aldo pun mengangguk.

"Kenapa tidak di laporkan waktu itu?" selidik Arya pada ketiga pria tersebut.

"Ehem, kira-kira ... dia masih ingat kita gak ya?" ucap Endro dengan suara pelan dengan menoleh ke arah mereka bertiga.

Ketiganya menoleh dan yang keduanya menggeleng seraya berkata tidak tahu, kemudian wanita sepuh itu datangi mereka berempat.

"Anak muda. Benarkah kau pernah menolong cucu saya?" tanya wanita sepuh itu yang tiada lain dan tiada bukan, adalah Mahdalena.

Arya berdiri sambil menoleh pada Lica yang tersenyum padanya. Kemudian arya mengalihkan pandangan pada wanita tersebut dan dalam hati berkata. "Aku akan mencari tahu siapa dirimu dan benarkah kau yang sudah membuat orang tua ku meninggal? aku akan membuat perhitungan atas semau ini."

Mahdalena menatap pemuda itu yang hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan nya.

"Dia dokter, Oma dan Oma ini juga dia seorang dokter." Lica menunjuk ke arah Endro. Kalau Aldo ... kebetulan Lica belum mengenalnya.

Bu Mahdalena mengedarkan pandangannya pada ketiga pria itu dan rupanya Mahdalena sudah mulai lupa siapa mereka bertiga.

"Oya, kenapa kau tidak menjawabnya anak muda?" Mahdalena kembali melihat ke arah Arya yang terdiam.

Lalu Arya mengangguk pelan. Tanpa mengeluarkan suaranya.

"Makasih ya? kau sudah menolong ku?" ucap Mahdalena kembali.

Arya Lagi-lagi mengangguk.

"Ya sudah kami pergi dulu! dan saya mengundang mu untuk makan malam di rumah," Mahdalena menatap ke arah Arya menunggu jawaban.

Sementara Arya menoleh pada Deri, Endro dan Aldo yang mengangguk seolah menyetujui.

Kemudian Arya pun mengangguk pelan. "Baik, saya akan datang dan kirim saja alamatnya. Dan sebelumnya terima kasih atas undangannya?"

Lica tersenyum senang mendengar percakapan Oma dan pria yang dia taksir tersebut.

"Iya nanti cucu saya akan kirim kamu alamat rumah saya." kemudian mahdalena dan cucunya itu pun pergi.

Tinggallah keempat pria itu yang saling bertukar pandangan.

"Yess, kau bisa masuk ke sana dan cari tuh info sebanyak-banyaknya! agar kamu tahu kebusukan dia di masa mudanya." Kata Deri yang tampak merasa dendam pada seseorang tersebut.

"Yaps, bener itu. Kau harus bisa menyelam sambil minum air.'' Tambahnya Endro dan Aldo mengangguk.

"Oke, aku akan berusaha semampu ku dan mohon dukungan dari kalian bertiga!" Arya merasa mendapatkan angin segar.

"Tentu, Om akan mendukung mu selalu!" Deri mengulurkan tangannya pada Arya sambil mengepal.

Begitupun dengan Aldo yang banyak diam pada akhirnya berbicara. "Om akan selalu mendukung mu, dan jangan pernah berkecil hati. Kau masih punya kami. Dan adik mu akan om tangani, biar dapat berjalan lagi."

"Iya, bandar. Eeh benar itu. Biar om Aldo yang menangani kasus adik mu yang terancam kelumpuhan sementara itu. Om Aldo kan ahli tulang, bunda mu pun dulu om Aldo juga yang nangani. Dan akhirnya dia bisa lebih baik ya, Der?" Endro menoleh pada Deri.

Deri mengangguk pelan. Dan memutar memorinya, membayangkan ke masa-masa silam ....

...🌼----🌼...

Mana nih dukungannya reader ku tercinta yang semoga sehat selalu dan di mudahkan rejekinya 🤲

Terpopuler

Comments

Ummi Alfa

Ummi Alfa

Hm... ternyata panjang umur orang di cari mereka selama ini ternyata omanya Lica, tapi sayang kayanya bu Mahdalena tidak mengenali mereka bertiga sebagai sahabat Dimas.
Jangan2 Lica ini anaknya dari wanita yang di suruh nikah sama Dimas lagi. Kemungkinan itu ada....
Thor.... Kayla jodohin sama om Deri aja. kasian jomblo mulu saking dalemnya juga tuh cintanya sama Naya. Jadi kangen Naya sama Dimas.
Tetep semangat thor...

2023-03-31

2

Kurniaty

Kurniaty

Betah banget sih Deri gak menikah sampe saat ini,siapa ya kira kira yang bisa meluruhkan hati Deri semoga ada seseorang yang bisa menaklukkan hati Deri ya author.
Sukses thoor & lanjut.

2023-03-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!