Arunika masih dihantui rasa bersalah oleh sikap Rama yang tidak bersahabat. rasa serba salah pun memenuhi perasaannya. walau sebenarnya ia ingin meninggalkan perjanjian itu, tapi rasanya itu tidak mungkin untuk dilakukan karena Virendra telah melunasi biaya pengobatan Rama. jika mereka berniat untuk kabur, jelas keduanya akan mudah tertangkap oleh Virendra. Arunika juga tak ingin bermain curang karena hal ini.
"Aku turuti maumu, jangan cemberut mulu." Arunika menguyel-uyel pipi suaminya dengan gemas
"Hm. berangkat sana, nanti telat." usirnya
"Baiklah, cup!" Arunika menimggalkan bekas ciuman di pipi suaminya, alih-alih agar pria itu kembali ceria seperti biasanya.
Dalam perjalanan selama lima belas menit sebelum kemacetan parah menerjang, Arunika yang mengenakan celana levis dan baju kaos dilapisi cardigan, telah tiba di pelataran Gedung yang menjulang tinggi hampir menembus awan. Perusahaan Aksara Group yang baru dikendalikan oleh pria bernama Virendra, sang Boss mesum tak punya hati tapi ternyata cukup menyenangkan.
Keadaan sekitar masih cukup lengang disaat waktu yang masih menunjukkan pukul tujuh pagi. baru beberapa orang masuk ke dalam Gedung ini, termasuk Arunika. mungkin saja karena jabatan sebagai Cleaning Service, memgharuskan karyawannya untuk datang sedikit lebih cepat.
Gaya modern dengan interior megah disetiap sisi gedung, Arunika melangkahkan kakinya dengan cepat menuju pintu lift yang akan mengantarkannya ke lantai lima, lantai yang ditempati beberapa divisi. di lantai itu juga tempat posisinya bekerja dalam mengepel, membersihkan perabotan, bahkan membantu pegawai untuk memfotocopykan berkas-berkas yang membutuhkan salinan. dan Arunika bisa melakukannya disebuah ruangan yang menyediakan mesinnya agar lebih mudah dan terjangkau.
Ting!
Pintu lift terbuka, menuntun Arunika kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang ganti dan loker yang disatukan.
"Arunika!" teriak seseorang dari belakang, perempuan itu membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa yang menyapa
"Sekar." tampak senyum semringah terukir di bibir manisnya. Arunika terlihat sangat senang melihat teman kerjanya datang dengan antusias menghampiri
Keduanya berpelukan setelah jarak terkikis. "Kamu kembali? bukannya seminggu ambil cuti?"
Arunika menggelengkan kepalanya. "Nggak jadi. Presdir Virendra nggak membolehkan libur selama itu," jawabnya dengan lesu
Arunika menghembuskan napasnya dengan kasar. ia terpaksa masuk kerja setelah libur tiga hari lamanya.
"Is, dasar si Boss kok gitu banget. padahal dia tau kan kalau suamimu kecelakaan?"
"Tau. kan aku minjam uang untuk pengobatan Rama,"
"Ya ampun ... padahal sebenarnya Tuan Virendra itu baik lho, tinggi toleran dan pasti memberi cuti tanpa batas. tapi--kok kamu enggak, ya?" teman Arunika itu pun bingung dan semakin bertanya-tanya
"Aw ah, gelap." Arunika mengendikkan bahunya, malas memikirkan lelaki itu yang tidak berlaku adil padanya.
"Tapi nggak apa-apa sih, ada temanku jadinya." seru Sekar sembari mengulum senyum lebar. ia merangkul lengan Arunika membawanya ke ruang ganti.
Disisi lain Virendra mendengus kesal melihat perempuan dihadapannya tengah menikmati sarapan dengan begitu antusias. Asmita, teman perempuan terdekatnya, datang terlalu pagi hanya karena ingin bertemu.
"Cepat makan! aku mau pergi," desak Virendra yang telah menghabiskan sarapannya hingga licin
"Yaudah, pergi aja. aku mau tidur di rumahmu." katanya, Asmita menginginkan istirahat setelah baru saja pulang dari Klub, tempatnya bekerja.
"Asmita, setelah meninggalnya kekasihku itu, kau ingin mengambilku darinya?" tanya Virendra dalam bidik pandangan tak pernah lepas dari wajah wanita itu
Seketika saja Asmita terhenyak, ia menghentikan kegiatannya sebentar. "Aku tak bermaksud merebut kamu, aku mendekatimu karna aku ingin menghiburmu yang berduka atas kematiannya, sepupuku itu. bertahun-tahun dia memyembunyikan penyakitnya tanpa kau ketahui, dia nggak ingin melihatmu sedih. dan sekarang niatku cuma menghiburmu sampai perasaan ini datang untukmu, Veer."
"Lupakan dia, terima aku, Veer." Asmita memggenggam erat tangannya
"Maaf." Virendra langsung menarik tangannya kembali
Dan seketika itu pula Assisten Romeo datang, melihatnya datang mendekat, Virendra lekas bangkit dan meninggalkan perempuan itu seorang diri.
"Tuan, Nona Asmita?"
"Biarkan saja." Virendra tak mengacuhkannya dan terus melangkah menuju pintu utama
Sedangkan Asmita berdecak kesal memerhatikan kepergian sosok lelaki incarannya tersebut. ia terus mengumpat tidak jelas dan bahkan mengeluarkan kata-kata kotor
"Perempuan nggak tau diri!" Virendra berdecih merutuki Asmita
"Kalau anda benar nggak suka, tegaskan jangan mengganggu lagi, Tuan. atau perlu saya cari security untuk menjaga villa?" seru Assisten Romeo
"Tidak perlu, Rom. malahan dibalik ini ada tujuanku." Virendra menyunggingkan senyum beringas di sudut bibirnya
"Baiklah, Tuan. saya mengerti."
Tanpa terasa mobil yang dikendarai oleh sang Assisten, telah tiba di pelataran Gedung nan mnjulang tinggi milik keluarga Virendra. berdiri sejak puluhan tahun yang lalu oleh Almarhum Kakek hingga menjadi lebih maju lagi di era Ayah Virendra. dan sekarang Virendra lah yang memegang kendali atas bisnis turun temurun Kakeknya.
Pria tampan berusia seperempat abad ini merapikan tata jasnya hingga membuatnya terlihat sangat cool. melangkahkan kaki menaiki beberapa anak tangga dan kemudian mengangguk menyambut sapaan beberapa karyawan yang berpapasan dengannya.
Setiap sudut tempat pandangan Virendra terus menelisik mencari sosok wanita yang telah menemani malamnya dua hari ini. Arunika, pegawai cleaning service yang teramat polos dalam urusan ranjang. seketika ia cekikikan di dalam hati mengingat tingkahnya yang benar-benar tidak paham dalam bercinta. padahal Arunika telah bersuami, tapi seperti masih sosok perawan yang masih suci.
Tak dapat menemui sosok tersebut, seketika saja Virendra teringat jika wanita itu telah ia pindahkan ke lantai lima sejak beberapa bulan yang lalu. Virendra hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala atas kepikunannya.
Entah pikun atau efek pesona Arunika, seakan langsung membuatnya lupa sama perintahnya kepada Kepala Cleaning Service.
"Tuan, anda mau ke mana?" tegur Assisten Romeo kala melihat Tuannya menekan tombol yang bukan tempat tujuan mereka
"Kau duluan saja," titahnya, yang segera diangguki oleh lelaki tersebut
Benda segi empat yang menampilkan pantulan tubuh penghuni disetiap sudutnya, melesat ke atas dengan kecepatan rata-rata. mengantarkan mereka ke tempat tujuan dengan jalur cepat yang dinamakan lift. dalam beberapa detik saja, lift yang dinaiki Virendra telah berhenti tepat di lantai lima, tujuannya untuk mampir menemui seseorang. siapa lagi kalau bukan Arunika, perempuan pemuasnya untuk dua minggu ke depan.
Virendra melangkah maju setelah pintu terbuka otomatis. para pegawai yang mulai sibuk bekerja sontak terperangah melihat kedatangan pewaris Aksara tersebut. mereka semua bangkit berdiri, menunduk hormat kepadanya.
"Tuan, ada yang bisa dibantu?" salah seorang karyawan menghampirinya. siapa tahu Tuan Virendra membutuhkan sesuatu atau ingin memerintahkan mereka semua untuk melakukan suatu hal.
"Tidak ada, bekerjalah. saya hanya ingin memeriksa kinerja kalian." ucapnya
Mendengar kalimat itu, para pegawai yang berada dekat dengannya langsung memulai pekerjaan dengan baik dan benar. jika tidak, mungkin sesuatu yang ditakutkan akan terjadi.
Ke mana dia? batin Virendra, mencari sosok Arunika yang berhasil membuang-buang waktunya di lantai ini
Hampir cukup jauh ia berjalan menelusuri lantai ini, seketika perasaannya lega melihat sosok yang ia cari tengah menyeka keringat sembari memegang gagang pel. Arunika berada diambang pintu toilet, sepertinya perempuan itu baru saja menyelesaikan tugasnya.
"Malang sekali." gumamnya terkekeh
Virendra mempercepat langkahnya menghampiri wanita tersebut. namun--ia kembali terpaku kala Arunika memasuki toilet wanita. apakah ia harus menyusulnya untuk ikut masuk atau hanya memandangnya sejak beberapa detik lalu? entahlah. tidak mungkim juga ia menunggu wanita itu diluar, yang entah kapan akan keluarnya.
Arunika membilas wajahnya dengan air keran di wastafel, memandang wajahnya yang tampak lesu kurang bertenaga. padahal sudah tiga hari ia libur, tapi tubuhnya merasa kurang untuk itu.
~Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments