Arunika mengangguk setuju. memang benar pada awalnya terasa perih namun berhasil menciptakan kenikmatan. dan ia melakukannya lagi dan berulang kali hingga suasana di dalam ruangan ini benar-benar terasa panas. padahal suhu AC telah diatur sedemikian rupa.
Aku akan mengajarkanmu banyak hal, Arunika. dan beruntungnya aku menjadi yang pertama bagimu untuk mencoba satu gaya, dan akan aku ajarkan banyak gaya padamu.
Tapi--bagaimana kalau dia mencobanya dengan lelaki itu? aaaih! serba salah! rasanya--tubuh perempuan ini sudah menjadi milikku seutuhnya. batin Virendra
Tiga jam berkolaborasi hebat yang terjadi akhirnya telah usai. dan kini keduanya telah terlelap begitu pulas dalam balutan selimut dan saling memeluk. terasa nyaman, bersamaan rasa lelah yang mendera membuat mereka dengan mudahnya masuk ke alam mimpi.
Arunika mengerutkan keningnya, kepalanya mulai bergerak ke kanan dan ke kiri. keringat yang telah mengering kini mulai muncul membasahi permukaan kulit dahinya. entah apa yang terjadi, seolah ia tengah menghadapi mimpi buruk didalam tidurnya.
Arunika tidak tahan lagi, kepalanya terasa sakit. berusaha mencoba membuka kedua kelopak matanya, dan seketika itu ia terduduk dengan nafas tersengal-sengal seperti habis dikejar-kejar setan
"Apa itu?"
Virendra terbangun dari tidurnya setelah merasa terganggu oleh gumaman dan gerakan dari sisinya. Ia menyipitkan mata melihat Arunika telah terduduk sembari mengatur pernapasan. Seperti ada yang tidak beres, Virendra bangun sembari menyalakan lampu hingga terang benderang.
"Kamu kenapa?" Virendra tampak khawatir, segera ia menuangkan air mineral ke dalam gelas yang terletak diatas nakas. Virendra memang selalu menyediakan satu gelas beserta teko kaca berisi air mineral jika saja ia merasa haus
Virendra menyodorkannya kepada Arunika.
"Minumlah." ucapnya, diangguki oleh perempuan tersebut sembari meraih segelas air putih
"Aku mimpi, kepalaku dibuat sakit." ujarnya
"Mimpi buruk?"
"Sepertinya,"
"Yasudah, itu cuma bunga tidur, biasakan baca do'a sebelum tidur." Virendra mengusap pundak Arunika alih-alih ingin menenanginya
Perempuan itu mengulum senyum kepadanya, ia mengangguk dan kemudian menaruh gelas yang ia pegang diatas nakas.
"Ayo tidur."
Arunika dan Virendra kembali melanjutkan tidurnya, memeluk wanita disisinya dengan erat seolah takut untuk terlepas. sedangkan Arunika hanya diam dalam posisi telentang menatap langit-langit kamar, pikirannya masih berusaha mengingat kejadian barusan di alam mimpi.
"Tidur." lirih Virendra, mengecup pucuk kepala Arunika
Subuh pun telah tiba, Arunika terbangun dari tidur panjangnya yang cukup nyenyak malam itu, setelah melewati mimpi aneh yang ia rasakan. entah mimpi apa, ia pun tidak mengerti. Sekilas sesuatu banyak terjadi didalam hidupnya selama ini. segera ia mengusap wajahnya dengan kasar berusaha untuk menepisnya.
"Udah jam lima lewat, aku harus balik nih." gumamnya, yang segera turun menjuntaikan kakinya ke lantai marmer yang begitu dingin akibat suhu Ac di ruangan itu
Arunika mendorong pintu kamar mandi, lampu yang menyala ia hiraukan. perempuan cantik itu menerobos masuk menuju ruang shower berada. yang ditutupi pintu kaca bening. melihat ada sesuatu yang janggal, Arunika mengucek kedua matanya cepat-cepat. alangkah kagetnya ia melihat tubuh polos Virendra sedang duduk diatas kloset, lalu meraih tissu dan mengusapnya pada area belakang tubuh.
"Virendra!" pekiknya, segera menutup kedua matanya
"Kamu ngapain? nggak tau ada orang di dalam?" tanya Virendra
"Aku mau mandi, maaf, nggak tau." Arunika melenggang pergi meninggalkannya. baru dua langkah berjalan, perempuan itu kembali dibuat kaget, pasalnya Virendra tak akan membiarkan perempuan ini pergi dari tempat ini.
Dalam tubuh keduanya yang masih polos, Virendra memeluknya dari belakang. mengendus aroma wangi yang menguar dari tubuh Arunika dan seketika berhasil membuatnya candu. Istri orang memang menggoda,melebihi perawan diluar sana. tangannya pun tidak tinggal diam, terus bergerilya menelusuri tiap lekuk tubuhnya
"Jangan mulai, saya mau balik."
"Sebentar saja." lirihnya, mampu membuat sosok didekapnya mulai terbawa arus sentuhan. Hingga terjadilah sebuah peristiwa panas pada subuh itu
"Nggak mau sarapan disini dulu?" tawar Virendra sembari mengusap rambutnya dengan pomade
"Nggaklah. Kasihan Rama, sendiri mulu. lagi pula hari ini aku mulai masuk kan?" Arunika baru teringat
"Ah, iya." Virendra mengangguk
"Hmmm, yasudah aku berangkat. aku sudah pesan ojek online soalnya." Arunika buru-buru meninggalkan kamar ini
"Tunggu, Run! saya saja yang mengantar kamu." cegat Virendra, ia turut menyusul mengejar perempuan itu
Arunika membalikkan tubuhnya ke belakang sambil mendelik melihat lelaki itu menyusulnya.
"Saya yang akan mengantarmu." ucapnya penuh penekanan, Virendra langsung menggenggam tangan mungil itu
Sebelum ia masuk ke dalam mobil milik Virendra, Arunika terlebih dulu meminta maaf kepada Bang Ojol dengan perasaan tidak enak hati. tampak jelas di raut wajahnya yang memelas. Bang Ojol pun mengerti, apa lagi dirinya diberikan sejumlah uang yang cukup besar dari Virendra. mau perempuan ini bersamanya atau tidak, itu tidak jadi masalah. Ia malah beruntung di subuh hari telah mendapatkan rejeki nomplok.
Selesai urusan, Virendra menarik lengan Arunika untuk segera berangkat
"Kamu baik banget sih ngasih Mas tu tiga ratus ribu? harganya kan cuma dua puluh," Arunika bingung
"Hitung-hitung sedekah pagi." jawab Virendra, seketika mampu membuat Arunika terdiam takjub sambil tersenyum
~Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments