"Bisa-bisanya kau menciumku didepan orang lain!"
Plak!
Sekali lagi Arunika menampar wajah Virendra, lagi-lagi Virendra harus bersabar menghadapi wanita ini. Pria itu mengelus pipinya yang sudah dua kali mendapatkan hadiah tak terkira dari tangan mungil milik Arunika. pipinya terasa panas, tapi sama sekali tidak membuat Virendra marah padanya. Ia memaklumi wanita ini bersikap seperti ini, karena ia pun sadar dirinya juga sudah sangat lancang.
"Anggap ini hukuman untukmu." lirih Virendra
"Romeo, keluar dulu!" titah Virendra kepada Assisten Romeo
"Baik, Tuan." dan ia pun menurut, berlekas beranjak dari kursi kemudi
Kini hanya tersisa mereka berdua, Arunika dan Virendra, berdiam diri didalam mobil tanpa siapapun. menciptakan ruang untuk berbicara agar lebih leluasa diantara mereka. Arunika masih kesal, terlihat jelas dari raut wajahnya yang merasa malu dan geram akan pria disampingnya ini. Arunika menyedekapkan kedua tangannya di dada, sesekali melirik pria disampingnya
"Hukuman apa? saya tidak punya salah pada anda. bukannya saya sudah menepati perjanjian kita pada pada malam itu? jadi ngapain lagi kesini, masih kurang emangnya?" ketusnya berbicara panjang lebar tanpa henti
Virendra menarik napasnya dalam-dalam, ia tatap lekat wajah cantik dihadapannya dengan pandangan yang tidak biasa, seolah ada sesuatu yang tersirat dan tersimpan rapat dalam lubuk jiwa.
"Siapa yang suruh kamu pergi dari kediaman saya tanpa izin, hah? seharusnya kamu siapkan pakaian kerja saya, lalu bangunin seperti yang kamu lakukan pada suamimu!"
Arunika tercengang mendengar omelan yang dikeluhkan pria asing ini. ya, pria asing yang tiba-tiba sok akrab padanya.
"Hah? Jangan halu kamu, Tuan!" ejeknya, menatap sinis kepada Virendra
Masa bodoh dengan status mereka sebagai atasan dan bawahan, Arunika tidak akan bersikap lembek bila dirinya diperlakukan selancang itu oleh orang lain, bahkan bukan suaminya pula. apalagi ini--dirinya disuruh untuk menyiapkan segala perlengkapan kerja yang dibutuhkan lelaki asing ini. tidak, Virendra bukan suaminya dan itu bukanlah kewajibannya.
"Oh iya, perjanjian kita hanya diatas ranjang, menghangatkan tubuhmu, bukan? ku rasa itu sudah cukup. permisi," peringat Arunika, ia membuka pintu disisinya kemudian keluar dari sarang menyeramkan itu
Virendra terus memperhatikan kepergian Arunika yang melangkah begitu cepatnya, ia menggeleng-gelengkan kepala sembari mengulum senyum seringaian, entah apa yang dipikirkan lelaki itu
"Galak sekali, dia semakin membuatku tertantang dengan sikapnya. oh astaga--bahkan aku terobsesi sama bini orang," Virendra tidak menyangka
Lenyap sudah wujud raga perempuan itu ditelan oleh tembok yang memisahkan mereka. Valendra berdehem kala Assisten Romeo telah masuk ke dalam mobil dengan pandangan aneh yang ditunjukkan kepada Tuannya
"Ke kantor."
"Baik, Tuan."
Mesin mobil berhasil dinyalakan, Assisten Romeo mulai menjalankan tugasnya untuk menekan pedal gas. membawa Tuannya pergi dari tempat ini dengan sejuta kebingungan.
"Kenapa lama sekali?" tanya Rama yang mulai gusar tatkala Arunika meninggalkannya terlalu lama
Waduh, alasan apa, ya? batin Arunika
"Hmmm, sebenarnya lelaki yang menolong kita datang kemari ingin membicarakan sesuatu," ucap Arunika dengan jujur, ia tidak bisa berbohong kepada suaminya dan itu terasa sulit
"Bicara apa?" Rama sangat ingin tahu
"Aku lancang sekali pergi tanpa izin dan meninggalkannya sendiri di Hotel." jawabnya dengan yakin
"Ck! siapa kali dia mentang-mentang orang kaya, berkuasa, terus mau menguasai istriku juga? sialan!" umpat Rama berdecak kesal, membayangkan istrinya diatur seperti itu sudah membuat jiwa premannya keluar
"Sudahlah, aku bekerja dengannya. yang namanya bawahan harus nurut sama Bossnya, bukan?" Arunika menggenggam erat tangan suaminya, mengusap lembut punggung tangannya berusaha menentramkan perasaan pria ini
"Ya, kamu dibawahnya disepanjang malam." sindir Rama, menatap kesal pada istrinya, tersirat pula tatapan jijik yang dilemparkan kepada Arunika walaupun tidak menunjukkannya dengan jelas
Arunika menekan salivanya dengan kasar mendengar kata sindiran itu. kini suasananya telah menjadi canggung, perasaan berdosa lagi-lagi menyelimuti hatinya. Arunika menunduk memandang tubuhnya yang sudah kotor oleh sentuhan pria lain, seketika ia merasa jijik melihat dirinya sendiri.
"Maaf." kata Arunika
"Hahahaha .... sudahlah, aku nggak marah kok, lagi pula ini salahku yang sudah menyusahkan kamu."
Terkadang aku marah dan kesal, terkadang aku juga takut jika kamu berpaling dariku, Run. batin Rama
"Aku jadi merasa jijik sama tubuhku sendiri, Ram. aku takut kamu nggak sudi lagi menyentuhku." lirih Arunika, tanpa terasa air matanya langsung jatuh membasahi pipinya. seketika sambaran kilat yang dilakukan Virendra tepat di bibirnya kembali memenuhi memorinya
"Dasar bodoh! kamu tidak menjijikkan, Arunika. sudahlah, jangan menangis lagi." Rama mengulurkan kedua tangannya, bersedia menyambut tubuh sang istri yang sepertinya butuh ketenangan dalam pelukkan
Arunika langsung menghambur memeluk suaminya, tentu saja dengan penuh kehati-hatian agar tidak melukai lelaki itu
"Hiks hiks hiks, aku udah nggak pantas lagi dijadikan istri."
~Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments