Bab 8

Arunika membersihkan tubuh suaminya dengan kain yang telah direndam dengan air biasa, air dari keran toilet kamarnya. dengan telaten ia mengerjakannya, memandikan pria itu dengan cara mengusap tubuhnya dengan kain. mau bagaimana lagi, Rama belum bisa mandi seperti orang pada umumnya. mengingat luka di kaki dan kepala yang belum kering.

"Kamu nggak kerja?" tanya Rama

Arunika menggelengkan kepalanya. "Kemarin aku ambil cuti, jadi Boss cuma bisa kasih tiga hari doang. besok deh baru bisa kerja." jelasnya

Arunika mengingat kejadian tadi malam sebelum percintaan di mulai, jika ia meminta izin pada kepala bagian sampai seminggu ke depan. namun nyatanya, Virendra si pria mesum itu hanya memberikannya libur sampai hari esok, yang berarti hari inilah jatah cutinya yang terakhir.

"Apa Boss kamu nggak tau kalau suamimu lagi sakit? bisa-bisanya cuma tiga hari." decak Rama

Arunika mengulum bibirnya kuat-kuat. "Aku hanya pegawai biasa dan rendahan, Mas. bisa dipecat kalau kelamaan libur. lagi pula setelah mendapatkan izin dari Dokter kalau kamu boleh pulang, aku akan menitip kamu ke Rumah orang tuamu." imbuhnya

Rama tertegun. "Apa orang tua ku tahu kalau aku mengalami kecelakaan?"

"Belum tau, aku takut mereka panik. jadi--nanti sajalah aku beritahu kalau kamu sudah mendingan dan dibolehkan pulang."

"Hmmm ..." gumam Rama. "Ohya, ponselku di mana, Yang?"

"Ah iya!" Arunika baru teringat, saat ponsel suaminya dipulangkan oleh Dokter kepadanya ketika operasi akan berlangsung. Ia pun merogohnya dari dalam tas, seketika wajahnya menjadi sendu dan itu tak luput dari perhatian suaminya.

"Kenapa?" tanyanya

"Ponselmu, layarnya retak. semoga saja masih nyala, deh." adu Arunika, menekan tombol on/off dibagian sisi kanan ponsel

"Alhamdulillah ... bisa!" ucapnya begitu gembira, kemudian ia memberikannya kepada Rama.

"Syukurlah." ucap Rama

Arunika mengulum senyum memandang senyuman dibibir suaminya. "Kamu bisa main ponsel kalau nggak ada aku lagi. maaf, ya, aku baru ingat sama ponsel kamu."

"Nggak apa-apa, lagian ada tv juga. oh iya, bagaimana percintaannya? pasti menyenangkan, bukan?"

"Jangan bahas yang kayak gini!" tukas Arunika, menuangkan air putih dari dalam teko ke gelas miliknya lalu menenggak air mineral tersebut agar membasahi tenggorokannya yang kering. didalam hati, ia merasa ngilu jika harus menceritakan percintaan terlarangnya kepada sang suami, cukuplah ia saja merasakan sakit dan juga menanggung kesalahan, jangan sampai harus berbagi rasa ini kepada suaminya. Perilakunya sungguh bejat, tidak berbeda dengan ****** diluar sana

"Hei, ayolah ... ceritakan padaku,"

"Kami cuma ngobrol, itu doang." Arunika berusaha mengelak, ia mulai sibuk memgambil baskom yang terbuat dari seng, kemudian berjalan ke kamar mandi untuk mengambil air. Ia akan memandikan sang suami dengan cara mengusap tubuhnya

"Aku nggak percaya, Run." Rama tergelak

"Aku baru balik, Mas, jangan buat keributan!" geram Arunika sembari melangkah menghampiri suaminya

Arunika mulai melakukan kegiatannya dengan telaten terhadap tubuh suaminya yang masih kaku diatas ranjang brankar.

"Kau memang payah untuk bercerita, yasudahlah!" Rama pun pasrah

Semoga aja tu cowok merasa nggak puas, secara Arunika ini gampang udahan. sekali ******* aja udah cukup buatnya sampai aku sendiri merasa kurang. Wajar sih nih cewek nggak hamil-hamil. batin Rama bermonolog

"Selesai! kamu mau makanan Rumah Sakit atau aku belikan bubur saja diluar?" tanya Arunika yang merasa sudah sangat lapar, berharap kantin sudah buka diwaktu yang masih gelap ini

"Bubur diluar aja, sekalian cemilan, ya?"

"Oke, Yang. moga aja kantinnya udah buka." Arunika mengulum senyum, ia bangkit dari duduknya

"Pasti udah, cepat kembali!"

Arunika menganggukkan kepalanya, kemudian melenggang pergi keluar dari ruangan ini dengan diantar oleh pandangan sang suami yang tak pernah lepas memerhatikannya

Rama menarik napas perlahan berusaha melepaskan beban sakit hati yang dirasakannya. Pedih memang, membayangkan sang istri merajut cinta dengan pria lain yang tidak ia kenal. Rama belum tahu siapakah sosok laki-laki yang tidak berhati, merebut harta miliknya dengan bayaran yang mereka pinta.

Apakah harus senang atau bersedih? disisi lain Rama merasa senang karena ia akan mendapatkan uang sejumlah dua milyar diluar pengobatannya, setelah perjanjian mereka selesai ia bisa berfoya-foya kembali bersama teman-temannya. Namun disisi lain, hatinya merasa ngilu dan sedih, tubuh istrinya telah terbagi kepada pria asing. Jujur ia pun tidak rela, tapi karena keadaan yang sempit begini mengharuskan mereka menerima tawaran pria tersebut.

"Tunggu! apa jangan-jangan??"

~Bersambung~

Terpopuler

Comments

Dewi Purwanti

Dewi Purwanti

dasar suami durjana is3 berkorban banyak mikirin berfoya-foya gila lu ram,...

2023-04-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!