Bab 12

Virendra baru saja tiba di Aksara Group, perusahaan yang sedang ia pimpin selama setahun belakangan ini setelah berhasil lolos dalam seleksi menjadi pengelola selanjutnya yang diberikan oleh sang Ayah. penampilannya yang gagah dan maskulin mampu membuat siapa saja merasa kagum akan ketampanannya, tak urung mata tetap tak berkedip jika sosok itu sudah menampakkan wujud.

"Pagi, Tuan." sapa beberapa pegawai wanita

"Hm." dengan dinginnya Virendra hanya bergumam sembari mengangguk dengan senyum tipis yang samar, ia terus melanjutkan langkah diikuti oleh sang Assisten di belakangnya

"Apa saja jadwal kita hari ini?" tanya Virendra setibanya mereka didalam lift khusus Presdir

Assisten yang sedang memeriksa MacBook ditangannya, segera menjawab. "Ada pertemuan dengan klien di Resto xxx jam makan siang, lalu bertemu investor asal Brunei yang akan menyuntikkan dananya pada kita, tapi tunggu konfirmasi dari beliau dulu, Tuan. kemungkinan menjelang sore kita akan bertemu dengannya."

Virendra mengangguk paham, lalu kembali melangkah keluar setelah pintu lift terbuka

***

"Veer!" panggilan seseorang sontak menghentikan kegiatan Virendra yang begitu sibuk dengan tumpukan berkas yang harus ia resapi lalu menandatanganinya. Ia mendengus kesal, raut wajahnya terlihat muak melihat seorang wanita main menyelonong masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu lebih dulu.

Virendra menarik napas dalam-dalam, menghirup udara sebanyak-banyaknya untuk menetralisirkan perasaan yang begitu dongkol.

"Biasakan ketuk pintu dulu! masih beruntung kau bisa kemari seenaknya, kalau kesabaranku sudah habis udah ku perintahkan Security untuk mengusirmu!" peringat Virendra, ia sangat geram kepada wanita dihadapannya ini

"Hehehe, sorry, Beb. habisnya aku begitu rindu ingin bertemu denganmu," godanya, lalu menyodorkan sesuatu kehadapan Virendra

"Apa itu!"

"Cake kesukaanmu," jawabnya. Virendra segera memeriksanya dan melihat itu seketika ia terdiam dengan hati mencelos sakit. Virendra menatap dalam-dalam cake favoritnya yang sering ia nikmati dulu dari hasil karya seseorang, dan beberapa tahun terakhir ini tidak pernah lagi ia nikmati.

"Dari mana kau tahu itu kesukaanku? tapi maaf, sudah enggak lagi." Virendra menolaknya, kembali menyodorkan cake box tersebut kepada sang pemberi

"Dari sebuah buku, ku rasa kau tahu itu." ujar perempuan ini tanpa raut ekspresif yang biasa ia pamerkan

Virendra menghembuskan napasnya dengan berat, sesuatu menghantam hatinya yang terasa ngilu. memorinya pun seketika teringat akan masa lalu.

"Kau masih mengingatnya?"

"Kau mengingatkanku dengan makanan itu, Asmita!"

"Aku kira kau sudah lupa,"

"Sudah, tapi kau mengingatkanku lagi! pergilah, aku masih sibuk dan kau sangat menggangguku." usirnya

"Aku nggak mau pergi, pesankan coklat hangat untukku dong." pintanya dengan sedikit rengekkan

"Astaga!" Virendra mengusap wajahnya dengan kasar, segera ia raih gagang telepon lalu menelpon pihak Pantri agar masalah dengan wanita ini cepat selesai. Tugas yang begitu banyak benar-benar harus ia selesaikan sampai jam makan siang itu tiba.

"Pindahlah ke sofa dan habiskan cake itu! jangan menggangguku." titahnya, segera dituruti oleh perempuan yang bernama Asmita ini

Virendra kembali bekerja dengan tenang setelah melirik wanita di sofa sana tengah berselonjor sembari memainkan ponselnya. Ia pun menggeleng-gelengkan kepala, Asmita yang selalu mengejar perhatian dan cintanya tidak bisa ia balas sedikit saja. pernah suatu ketika Asmita menyatakan cinta padanya, dengan berat hati terpaksa Virendra menolak halus perasaan wanita ini. Ia belum bisa, ia belum tertarik pada wanita mana pun. hingga ia melihat sosok Arunika, seketika nalurinya menuntun hati untuk menyelidiki latar belakang Arunika. bahkan status bersuami pun ia juga mengetahuinya, sampai rasa tertantang untuk mencoba menaklukkan wanita tersebut akhirnya bisa ia jalani

Tok tok tok

"Masuk!" sahut Virendra, terdengar decitan pintu yang terbuka dari luar, menampilkan sosok Assisten Romeo dengan membawa dokumen ditangannya

"Sudah waktunya kita berangkat, Tuan." lapornya, sekilas melirik Asmita yang sedang bersantai di sofa

Virendra melirik Asmita, yang beberapa menit terakhir ini menemaninya tanpa gusar.

"Asmita, bisa kau pulang?"

"Hm? pulang?"

"Iya. aku ada pekerjaan lain diluar,"

"Ikut, boleh?" pintanya dengan senyum memelas

Virendra memutar bola matanya, jengah. "Maaf, nggak bisa. sebaiknya kamu pergi, sebelum Sekretaris ku yang mengusirmu."

"Hanya sekretaris, kan? nggak takut." ucapnya menantang

Lagi-lagi Virendra harus menghadapinya dengan penuh kesabaran. kemudian Virendra melirik sang Assisten yang hanya diam menyaksikan mereka. "Gendong dia, dan turunkan di jalanan." titah Virendra, kemudian ia melenggang pergi meninggalkan perintah untuk Assisten Romeo yang harus membawa perempuan itu dengan cara kasar

Assisten Romeo menurutinya, dengan cepat ia langsung mengangkat tubuh itu bagaikan tengah membawa sekarung beras di pundaknya.

"Lepas! aku bisa jalan sendiri, goblok!" Asmita meronta-ronta, memukul-mukul punggung pria yang mengangkutnya

"Inilah akibat anda tidak menuruti perintah Tuan, Nona."

"Heuh! yasudah, turunin, aku bisa jalan sendiri." pintanya, Assisten Romeo pun menurut lalu menurunkannya.

Mobil melesat sempurna meninggalkan Gedung tinggi hampir menembus awan yang berdiri kokoh di tanah Ibukota, juga meninggalkan Asmita di pelataran Gedung menyaksikan kepergian mereka sembari mencak-mencak kesal. tampak kentara dari wajahnya yang memberengut dan mengeluarkan umpatan untuk Virendra.

"Kurang ajar kau Veer! tengok aja nanti, kau akan bertekuk lutut padaku." gumamnya

~Bersambung~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!