Bab 13

Arunika terlelap dengan begitu pulas setelah menghabiskan waktu bersama suaminya, Rama, di Taman. rasa lelah telah mendera wanita itu yang duduk kelamaan menemani suaminya berjemur sembari mengobrol dan menikmati indahnya Taman Rumah Sakit. belum lagi aktivitas malam, tak dapat terlelap dalam jangka waktu yang cukup lama. hanya dua jam ia bisa tidur disisi Virendra.

"Sayang, pindah ke sofa sana, biar enakkan bobonya." lirih Rama yang melihat istrinya tertidur dalam posisi menelungkupkan kepala ditepi ranjang. Rama menepuk-nepuk pundak istrinya agar segera terjaga.

"Eeemh ... aku tertidur, ya?" ucapnya, lalu menguap panjang membuang udara yang memenuhi paru-parunya

"Kamu kecapek'an, bobo sana di sofa, lebih lapang." Rama mengendikkan kepalanya ke arah sofa yang hanya berjarak dua meter dari brankar

"Hmm," Arunika mengangguk, matanya benar-benar berat kali ini, dan ia memang butuh tidur beristirahat sebentar saja

"Nggak apa-apa, ya? kamu nonton aja,"

"Iya,nggak apa-apa. ini juga lagi nonton."

Arunika mengulum senyum, segera ia berpindah ke atas sofa lalu berbaring memanjang dan menutup tubuhnya dengan selimut. AC dalam ruangan benar-benar terasa dingin untuknya padahal hari itu terasa panas.

Melihat istrinya berselimut, Rama pun berniat menaikkan suhu AC agar tidak terlalu dingin.

Tok tok tok

Ketukkan pintu terdengar nyaring di indra pendengaran Rama yang sedang memainkan ponsel. seketika ia menoleh ke daun pintu dengan dahi mengernyit bingung. diliriknya Arunika, perempuan itu masih terlelap tanpa terganggu oleh suara apapun disekitarnya. apakah mungkin Dokter? tidak, Dokter baru saja datang mengunjunginya.

Rama bingung harus gimana, ia sama sekali belum bisa berjalan. dan kepalanya akan sedikit berdengung jika terlalu banyak menggerakkannya. terpaksa ia pun berteriak menyuruh seseorang yang mengetuk pintu segera masuk.

"Masuk aja!" sahutnya

Mendengar perintah dari dalam ruangan, handle pintu ditekan lalu daun pintu terdorong ke dalam ruangan. Rama tertegun melihat seorang kurir membawakan sesuatu ditangannya.

"Maaf, Pak. apa benar disini ruangan Pak Rama? istrinya, Nona Arunika?"

"Oh, ya, benar. ada apa, ya?"

"Ini ada kiriman dari seseorang." pria kurir itu mendekati Rama, menyodorkan dua buah bingkisan kepadanya

Segera Rama menyambut kiriman itu, dengan pikiran yang penuh tanda tanya di kepalanya. "Dari siapa?" tanyanya sembari membubuhkan tanda tangan diatas kertas penerima

"Maaf, Pak, pengirimnya merahasiakan nama."

"Hmm, baiklah, terima kasih." kemudian kurir itu pamit pergi setelah urusannya selesai.

Arunika yang baru tersadar dari tidur nyenyaknya, terhenyak kaget melihat seorang lelaki berjaket melenggang keluar setelah berpamitan kepada suaminya. Ia mendudukkan tubuhnya dengan perasaan gusar, kesadaran benar-benar belum terkumpul sepenuhnya pada diri Arunika

"Siapa? teman kamu? kenapa nggak bangunin?"

"Ssstt! minum dulu sana! itu cuma kurir dari Restoran kayaknya." ujar Rama setelah memerhatikan tulisan pada bagian belakang jaket yang dikenakan.

"Hah?" Arunika tercengang, segera ia menenggak air mineral

"Ini, untuk kamu." Rama memberikan bingkisan kepada Arunika, tertera nama untuk pemiliknya pada bagian pojok kanan box tersebut

"Terima kasih, apa kamu yang pesan makanan ke Restoran?" Arunika menyambutnya. Rama menggelengkan kepala, sedang dirinya saja merasa bingung siapakah gerangan yang mengirim ini

"Sudahlah, ayo kita makan siang, kebetulan aku lapar."

Arunika mengernyit heran. "Emang kamu belum makan?" tanyanya, melirik ke atas nakas tampak makanan dari pihak Rumah Sakit belum tersentuh sedikit pun. Arunika menggeleng-gelengkan kepala melihat suaminya, pasti pria itu tidak berselera ingin melahapnya.

"Dasar! lain kali makan pemberian pihak Rumah Sakit. lumayan lho itu, makanan protein yang bagus untuk kamu." omel Arunika

Rama memutar bola matanya, jengah. "Hambar, nggak ada rasa." pungkasnya.

"Ish! nggak mau cepat sembuh rupanya kamu tuh." desis Arunika, sembari membuka tutup box. dan bersamaan dengan itu, Arunika menatap takjub melihat seonggok nasi dengan lauk steak daging dan juga chicken kentucky beserta sambal dan lalapannya.

"Masha Allah ... rejeki anak sholehah emang." gumamnya merasa bersyukur. matanya berbinar-binar takjub dengan makanan yang dikirim Tuhan

***

Malam kedua pun tiba untuk Arunika, melakukan pekerjaan haram yang tidak pernah ia kira sebelumnya. demi melunasi hutang dengan menggadaikan tubuh, adalah jalan satu-satunya untuk mereka. Arunika memoleskan wajahnya dengan bedak padat andalannya, bukan brand mahal, tapi tidak pula murahan amat.

"Arun." panggil Rama, yang seharian penuh bersamanya

"Hmm?"

"Aku ada ide."

Arunika mengerutkan dahinya, sekilas melirik suaminya seperti tengah berpikir.

"Apaan?"

"Pemgobatanku udah dibayar lunas, kan?" tanya Rama, diangguki oleh Arunika

~Bersambung~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!