Bab 2

Arunika menangis histeris disebuah taman, ia begitu bingung akan meminjam uang tambahan kepada siapa. Mertuanya, tidak mungkin. Ia tidak ingin menyusahkan mereka, apalagi mengetahui kondisi putranya. Lagi pula--mana mungkin mereka memiliki uang sebesar itu. Yang ada hasilnya nihil dan akan memperkeruh suasana.

"Apa yang harus aku lakukan? hiks hiks hiks,"

"Pinjam uang ke bank, mana mungkin. tidak ada jaminan yang akan aku gadaikan."

"Arunika harus apa, Ya Rab? nggak mungkin aku menerima tawaran gila itu." Ia menggelengkan kepalanya sembari menyeka air mata yang merembes deras menyapu kedua pipinya. Ia benar-benar bingung, jika biaya rumah sakit tidak dilunasi, suaminya akan dipulangkan dalam kondisi yang tidak memungkinkan.

Lama ia berdiam diri di taman, hiruk piruk kendaraan terdengar ramai dan riuh disekitarnya, namun bukan berarti mengganggu kesendiriannya yang sedang terbawa oleh lamunan. Bahkan air matanya pun sudah mengering akibat terlalu lama melamuni nasib sial yang menimpanya.

Tit tit tit!

Arunika tersentak kaget dan Ia hampir terlonjak tatkala bunyi klakson yang terdengar nyaring ditelinga berhasil membuyarkan lamunannya. Ia menoleh ke belakang, wajah pria gila itu kembali memenuhi indra penglihatannya.

Arunika melengos, membuang wajahnya ke arah lain sembari melangkahkan kaki ingin meninggalkan tempat tersebut.

"Pria nggak tau malu, nggak punya muka dan nggak ada harga diri! bisa-bisanya Tuan Aska menyerahkan pimpinan kepadanya." Arunika terus berdecak disela langkahnya, tidak peduli dengan statusnya sebagai seorang pegawai yang sudah bersikap kurang baik kepada atasannya. Namun karena sikap pria itulah yang membuat sikap hormatnya telah mati.

"Arunika!" teriak Virendra, ia keluar dari kendarannya, berniat ingin mengejar. namun sayang sekali, perempuan tersebut telah lebih dulu menaiki ojek yang kebetulan mangkal ditepi jalan.

"Oh, ****!" umpat Virendra

Virendra Aksara, baru saja menginjak usia 25 tahun, lulusan S2 di Universitas ternama luar negeri. Setahun terakhir ia masih bergelut dalam melatih diri untuk menjadi seorang pimpinan di perusahaan ayahnya. hingga tepat pada usia 25 tahun, sang pemilik perusahaan langsung menyerahkan pimpinan kepada sang putra, Virendra.

***

Arunika termenung menatap tubuh suaminya yang terbujur kaku diatas ranjang brankar dengan alat infus yang menusuk kulit punggung tangan kekarnya, perban putih meliliti dahi dan juga betis kiri kakinya, terlihat sungguh malang sekali.

Arunika mengerjap-ngerjapkan kedua mata, sepasang netranya terasa berat dan perih sehabis menangis. Ia membungkuk, menyandarkan kepalanya pada ranjang milik suaminya. hingga kemudian, ia memejamkan mata yang dirasa sudah sangat lelah.

"Arunika." lirih suara bariton yang terdengar lemah, Rama, sang pemilik suara memanggil-manggil nama istrinya. pria itu sudah siuman setelah berjam-jam terlelap karena efek bius yang masuk ke dalam tubuhnya. ia menoleh ke kanan, wanita yang ia cintai tengah terlelap disisinya. Rama mengulum senyum, tangannya terulur ingin mengelus puncak kepala sang istri.

Sesuatu menyentuhnya membuat ia terganggu, Arunika membuka kelopak matanya lalu menarik kepalanya.

"Kamu sudah siuman, Mas?" ia terkesiap sekaligus senang

Pria itu mengangguk.

"Aku panggil Dokter, ya?" tanpa menunggu jawaban, Arunika berlari ingin memanggil Dokter

Pria itu sedang diperiksa keadaannya, Arunika kembali bingung memikirkan biaya pengobatan yang belum lunas. lagi dan lagi perempuan itu kembali melamun dan membawa bebannya entah kemana. hingga Arunika tersadar kala dokter menyapa dan memberitahukan keadaan suaminya.

Arunika berdiri disamping Rama, tangannya yang bergetar mencoba untuk menggenggam tangan sang suami. menatap mata Rama saja sungguh membuat jantungnya berdegup kencang, bibirnya sedikit bergetar kala kalimat demi kalimat ingin ia lontarkan. namun, hal ini harus ia ungkapkan sekarang juga, tidak mungkin untuk terus mengulurnya.

"Ada apa?"

Aaah, ternyata pria itu berhasil menangkap keraguan sang istri

"Hmmm, Mas, i-izinkan aku--menyerahkan tubuhku kepada seseorang, cuma satu minggu. hanya dengan cara itu kita bisa mendapatkan uang secara kilat."

Pertanyaan tak senonoh akhirnya tercuat jua dari bibir Arunika. ucapannya terdengar lirih dan berat setelah merenung cukup lama akan ke mana lagi ia mencari biaya pengobatan suaminya yang baru saja selesai di operasi akibat kecelakaan tabrak lari ketika dia sedang menyeberangi jalan.

'Serahkan tubuhmu kepadaku, Arunika. just one weeks.'

~Bersambung~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!