Virendra bersiap-siap menyalakan mesin mobilnya hingga terdengar deru mesin yang siap untuk kembali berkelana. semuanya terlihat sudah ready, seatbelt telah terpasang dimasing-masing tubuh keduanya. Tak perlu menunggu lama memgingat semburat garis cahaya di Cakrawala mulai muncul di langit sana, Virendra langsung menekan pedal gas mobil dan melaju meninggalkan pekarangan Villa
Kendaraan roda empat itu melesat sempurna menerobos dan menguasai jalanan raya yang lengang kala menjelang fajar itu. tiada macet yang menjadi penghalang, yang bisa mengulur waktu berharga bagi keduanya.
Arunika mengerutkan keningnya merasa bingung, pasalnya Virendra mulai mengendalikan mobilnya dengan pelan ditengah-tengah perjalanan. hingga berhenti tepat di depan sebuah gerai.
"Kenapa berhenti?"
"Beli bubur dulu, disini enak lho."
"Eh tapi--
Sayang sekali kalimat Arunika menggantung tatkala lelaki tersebut telah turun duluan tanpa mau mendengarkannya.
"Ini, untuk kamu dan dia." Virendra menyodorkan kantung kresek yang berisi dua box bubur ayam yang langsung menguarkan aroma wangi begitu semerbaknya. dan wanginya membuat Arunika merasa lapar
"Hmmm, benar katamu. enak, dari wanginya saja sudah tercium." begitu girangnya Arunika, membuat pria disampingnya merasa gemas
"Nanti aku beli lagi, ya? sarapan kamu itu dulu." ucap Virendra sembari mengacak-acak rambutnya
"Terima kasih, aku jadi merepotkanmu."
Itu kan mauku, merepotkan gimana coba. Batin Virendra
Laki-laki nih, lama-lama buat aku jatuh cinta entar saking baiknya.
Ah tidak-tidak! dia ini lelaki kurang ajar yang pernah mampir di hidupku! bisa-bisanya bermain sama istri orang. batin Arunika bermonolog
Beberapa menit berlalu akhirnya mobil yang ditumpangi Arunika telah tiba di pekarangan Rumah Sakit, perempuan itu segera turun membawa sekantung bubur ayam. Ia melenggang pergi stelah pamit kepada Virendra, dengan langkahnya yang terburu-buru.
Arunika merasa tidak enak kepada suaminya, terlalu lama ia meninggalkan lelaki tersebut seorang diri di Rumah Sakit ini.
"Sayang, aku balik." Arunika melenggang masuk
Rama yang sehari-harinya hanya di Kamar, berbaring, berselonjor, menonton televisi, kini Arunika tercenung melihat sang suami duduk di kursi roda seraya memandang pemandangan diluar sana. siapa yang memindahkannya? tidak mungkin sendiri, pikir Arunika.
"Baru bisa pulang?" ketus Rama, terdengar kurang mengenakkan bagi Arunika.
Arunika tersenyum kecut, ia tahu suaminya pasti kesal karena ditinggal terlalu lama.
"Maaf, aku harus ijin dulu sama dia baru boleh pergi." ucapnya
"Hmmm," gumam Rama, tidak suka dengan jawaban itu
"Siapa yang mindahkan kamu ke kursi? apa Dokter udah besuk?" tanya Arunika
"Udah, baru aja." jawabnya tanpa memandang wajah sang istri
Dia marah sekali, gimana aku mau kerja. batin Arunika yang seketika hatinya mencelos melihat sikap sang suami
"Jangan marah, besok aku pulang cepat, aku janji." Arunika berjongkok dihadapan Rama dengan raut wajah memelas
"Aku pengen setelah selesai sama dia kamu harus langsung pulang." pintanya
Arunika terdiam sejenak mendengarnya
"Mana ada ojek online pas dinihari. kalau taksi uang kita nggak ada lagi," pungkas Arunika
"Dan pula--aku nggak pandai bawa motor ninja kamu." ungkapnya
Ya, Arunika tidak pandai mengendarai sepeda motor milik Rama, walaupun ia sendiri bisa mengendarai motor matic. namun sayangnya dirinya tidak memiliki itu, sang suami selalu mengantar jemputnya bekerja atau kemana pun.
"Hhh ...." terdengar embusan napas yang keluar dari mulut suaminya
"Tapi mulai malam ini kamu harus balik kemari dan aku nggak mau pulang ke rumah orang tuaku!" tegasnya
"Kalau soal itu nanti ku pikirkan. masalahnya kamu harus pulang ke Tangerang. lagi pula kalau disini nggak akan ada yang jaga kamu, aku kerja seharian, tau nggak!"
"Aku nggak mau tau, Run. aku suamimu, bukan dia! seharusnya kamu nuruti aku."
"Hhh!" Arunika menghempaskan bokongnya dengan kasar diatas sofa
Serba salah, entah harus pada siapa Arunika menurut. disisi lain Rama adalah suaminya yang memang wajib ia turuti, berbakti dan menghormati. disisi lain pula Virendra adalah atasannya, sosok yang akan membayar mereka seharga dua milyar sesuai perjanjian itu. apakah harus ia pergi diam-diam lagi? apakah ia juga harus belajar membawa motor ninja milik suaminya? rasanya tidak mungkin, motor itu sangat sulit untuk ia jamah
"Baiklah, aku akan menuruti maumu. tapi jangan salahkan aku kalau dirimu sulit tinggal sendiri tanpa adanya aku."
Arunika mendorong kursi roda yang diduduki oleh Rama memghampiri sofa, keduanya menikmati sarapan bersama-sama dalam keheningan. permintaann Rama masih terngiang-ngiang di pikirannya, ia akan pulang setelah pergumulan itu selesai. Arunika berpikir, apakah ditengah malam begitu masih ada ojek online? jika harus mengeluarkan uang tidak masalah, hanya saja apakah jasa itu masih beroperasi.
Hari semakin terik, sang mentari telah menguasai bumi dengan penerangan oleh sinar cahayanya yang menyengat. sudah saatnya Arunika harus kembali ke rutinitas biasa yang ia lakoni. bekerja demi mencari pundi-pundi uang untuk kehidupannya.
"Aku berangkat, ya? kamu jaga diri." pamit Arunika dan kemudian menyalimi punggung tangan suaminya dengan takhzim
"Ya." Rama mengangguk. masih terlihat raut kesal di wajahnya
~Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments