Bab 5

Arunika terkesiap, ia mendongakkan kepala memandang wajah yang telah memerah menahan amarah. "Kamu mau apa? jangan macam-macam padanya!" Arunika mencegah keingin-tahuan suaminya, jika saja Rama mengerahkan teman-temannya untuk menghajar lelaki itu, sudah dipastikan uang milyar akan melayang dan mereka tidak akan mendapatkannya.

"Emang ada apa? kok kamu sampai takut!"

"Dia itu orang berkuasa, jika saja kamu ingin macam-macam padanya sudah dipastikan hasil kerjaku bakal sia-sia. dia tidak akan tinggal diam dan pasti mencari tahu teman-temanmu."

"Aku tahu akalmu, Ram, kamu menanyakan identitasnya untuk menghajar dia, bukan? sebaiknya jangan."

Arunika bangkit berdiri dan menaruh nampan makanan diatas nakas, kemudian memberikan segelas air putih kepada suaminya.

"Aku berangkat dulu, jika ingin buang air pencet ini, Suster akan datang untuk membantu."

"Hm."

Arunika yang tidak ingin berlama-lama lagi, bergegas mengambil tangan Rama lalu menyalimi punggung tangan suaminya.

Tiga puluh menit perjalanan menggunakan ojek online dengan biaya yang lebih hemat dan ekonomis, Arunika telah tiba didepan kediaman Virendra. Ia terpukau memandang kawasan tempat ini yang dikelilingi oleh pepohonan yang rindang, rerumputan yang luas, dan terdapat pula tanaman bunga serta kolam ikan.

Ia terkesima dan takjub, ditambah lagi udaranya sangat sejuk. siapa saja akan betah tinggal ditempat seperti ini, yang jauh dari hiruk piruk suara kendaraan.

"Yang benar saja pria gila itu tinggal disini, cuma ada satu rumah dan lebih banyak pepohonan. dia pria yang sangat misterius." gumamnya sembari melangkahkan kaki menuju pintu utama

Arunika semakin dibuat takjub sama isi rumahnya yang dihiasi oleh perabotan mahal, begitu pula dengan interior design yang tampak elegant dan modern. Arunika dibuat terkejut oleh suara bariton yang baru saja muncul dari belakang tubuhnya, ia terkesiap dan terlonjak kaget.

"Arunika!"

"Heh, iya!" sontak saja ia membalikkan tubuh menghadap pemilik suara itu

"Aaaish, mengagetkan saja." Ia mengelus-elus dadanya, hampir saja jantungnya copot dari tempat

"Ayo ikut saya!" ajak Virendra yang langsung menarik tangan wanita itu. disisi lain Bibi yang melihat kepergian mereka tampak tertegun.

"Apa kita langsung memulainya? saya baru saja sampai lho."

"Tentu saja harus dimulai secepat mungkin, saya tidak suka mengulur waktu." tegasnya, sembari melangkahkan kaki menaiki tangga dengan terburu-buru. bahkan wanita yang mengekorinya tampak berjalan terseok-seok.

Virendra menarik tubuh Arunika dengan kasar hingga membentur dada kekarnya, bersamaan dengan pintu kamar yang ia tutup kuat. Bibir manis menggoda itu langsung ia sambar tanpa ampun, tidak memberi jeda kepada Arunika untuk berkata sepatah kata pun.

Persengitan panas kian menggelora membentuk belenggu hasrat tak tertahankan, terlampiaskan begitu saja dalam kelegaan. Rembulan di cakrawala mencoba untuk mengintip dibalik remangnya sebuah bilik yang memiliki hawa panas didalamnya, suara merdu tercipta kian nyaring memancing gairah tubuh memberikan rasa semangat.

Setitik demi setitik pelu telah muncul dari balik kulit dua insan yang sedang bertempur di sebuah singgasana, pergerakan kasar terombang-ambing seiring gerakan cepat yang membahana.

Permainannya menyenangkan sekali, rasanya aneh--aku suka. Batin Arunika

"Kau milikku, Arun, ooooh!" desah Virendra disela pergulatannya

"Hmmm ... a-aku sudah bersuami,"

Virendra tersenyum menyeringai dengan raut wajahnya yang sudah lesu nan sensual, kemudian ia menjengit kala sesuatu didalam sana tengah berkumpul menjadi satu dan bersiap untuk menyembur lawannya

"Apa Tuan pakai pengaman?" Arunika terkesiap kala sesuatu didalam perutnya mulai merasakan kehangatan, bahkan sudah merasakannya sedikit

Virendra mengeleng sembari mengumpulkan kesadarannya.

"Sial!" sontak saja Arunika mendorong tubuh Bossnya dengan kasar, tentu saja dengan sekuat tenaga yang tersisa, hingga tubuh lemah pria diatasnya terjungkang ke belakang dan mendapati rudal besar mengeluarkan cairan kental berwarna putih yang menyembur deras mengenai bagian tubuh Arunika

"Arunika!!" teriak Virendra, lancang sekali wanita itu, pikirnya.

"Kan sudah saya bilang pada persyaratannya, apa anda lupa?" erang Arunika mengingatkan, segera ia pun bangun dan memungut pakaiannya yang berserakan di lantai, bergegas mengenakannya dengan terburu-buru sebelum pria itu kembali menyerangnya

~Bersambung~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!