"Apa itu?"
"Jangka waktu tidur bersamaku bertambah hingga dua minggu."
"Apa!! bukannya cuma satu minggu?" lantas Arunika langsung kaget mendengar persyaratan yang diluar dugaannya, dua minggu adalah waktu yang sangat lama baginya.
"Saya bilang kan, bertambah. dan itulah syarat dari saya. tidak ada bantahan apapun lagi, semuanya sudah deal dengan kesepakatan ini. kamu butuh uang dua milyar, saya butuh selimut hangat untuk menghangatkan seluruh tubuhku."
Kemudian Virendra mendekat pada Arunika,
"Dua milyar itu tidak sedikit, Sayang ... dan waktu dua minggu sangatlah singkat." bisiknya tepat didaun telinga milik wanita disisinya
Virendra menyeringai, sedangkan Arunika berdecak kesal dibuatnya
"Akan kita mulai malam nanti, Sayang." bisiknya lagi
"Jangan! suami saya baru saja siuman, nggak ada yang jagain." tolak Arunika mengibas tangannya dihadapan lelaki ini
"Cih! lelaki manja." gumamnya berdecih
"Apapun alasanmu, yang jelas nanti malam akan kita mulai ritualnya! ini alamat rumah saya, dan kamu harus tiba pukul delapan malam." Virendra tetap memaksa, menyodorkan kartu namanya yang juga tertera sebuah alamat kediaman
Arunika menyambut kartu tersebut dengan raut wajah yang bingung.
"Tapi, bagaimana dengan suami saya jika dia butuh sesuatu?"
"Mana saya tau, yang jelas lakukan dulu perjanjian kita, baru akan saya biayai pengobatannya!" Virendra masa bodoh, yang jelas menikmati tubuh itu adalah tujuan utamanya. apa pedulinya dengan orang lain, dirinya bukan butuh orang sekarat yang sedang tersiksa itu, melainkan dialah yang butuh bantuannya.
Arunika menatap tajam pada Virendra, rasa kesal telah menguasai seluruh hatinya. Pria ini sungguh tak berempati sampai tidak memberikan peluang untuknya merawat sang suami. lelaki yang terbujur kaku diatas ranjang itu tidak bisa melakukan apapun mengingat keadaan kakinya yang baru saja ditangani oleh para Dokter.
Raut wajahnya tampak tidak bersahabat memandang wajah tampan yang menyeringai bak iblis, tanpa pamit sedikit pun Arunika melengos dan mengayunkan kedua kakinya melenggang pergi meninggalkannya. Virendra masih betah mengukir senyum seringaian, bermain dengan wanita bersuami sepertinya sesuatu yang beda dan langka, dan ia menyukainya sebelum pergumulan itu akan terjadi. bahkan fantasinya mulai berperan didalam otak mesumnya, sesuatu yang gila dan liar akan pecah saat malam nanti.
Dua hari ini Arunika tidak bekerja akibat kemalangan yang terjadi. setelah mendapat kabar mengenaskan dan sebelum pergi, Ia lebih dulu berpesan kepada kepala bagian untuk memberikannya izin hingga beberapa hari ke depan.
Kini wanita cantik berparas rupawan itu telah menginjakkan kaki di kamar yang ditempati Rama, lelaki itu tampak tertidur pulas tanpa terganggu oleh kehadirannya.
"Maafkan aku, Mas, sesudah makan malam nanti aku akan pergi menemuinya. aku janji akan kembali secepat mungkin." lirih Arunika sembari menggenggam tangan sang suami
Arunika kembali terdiam merenungi nasibnya kelak sampai uang itu ia dapatkan. kini harta yang ia punya adalah sebuah cincin pernikahan pemberian Rama. Wanita malang itu pun menunduk, memandang dalam-dalam cincin maskawin yang sedang ia elus.
"Mungkin ku jual dulu cincin ini untuk sementara waktu, sampai dua milyar itu kami dapatkan." ucapnya kepada diri sendiri
"Setidaknya uang itu bisa kami gunakan secukup mungkin. hhh .... cobaan yang berat engkau timpakan pada kami, Ya Rabb." Arunika menatap ke langit-langit ruangan dengan napas yang ia embus secara kasar
***
"Jadi kamu akan pergi malam ini?" tanya Rama seusai menelan santapan malam yang disuapi oleh Arunika
Arunika mengangguk lemah. "Maaf, ya, malam ini aku tidak bisa menemani kamu. tapi kalau mau ngemil buah dan minum, aku taruh tepat disamping kamu biar tidak payah untuk menggapainya." ujarnya
Rama mengangguk. "Sudah kamu bilang sama dia kalau harus pakai pengaman, kan?" Rama kembali mengingatkan
"Sudah kok, tapi--waktunya ditambah jadi dua minggu." ucap Arunika, ia menundukkan kepalanya tidak berani menatap mata itu, apa lagi raut wajah suaminya yang pasti tengah menahan amarah
Rama mengeram kesal, bisa-bisanya lelaki itu mengambil kesempatan diatas penderitaan orang lain. andaikan saja dirinya tidak cacat dan tidak lemah seperti ini, sudah dipastikan lelaki tersebut akan ia hajar sampai babak belur
Sepertinya aku harus menyuruh anak-anak untuk menghajar lelaki itu! batinnya mengeram
"Siapa dia?"
~Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Lenisulastri
Kasihan memang ujian dalam rumah tangga sangat berat..😂😂
2023-08-10
0