Desiran ombak pantai berlari-lari saling mengejar satu sama lain mencapai daratan, menyentuh dua pasang kaki yang sedang melangkah menyusuri bibir pantai sembari menikmati sejuknya semilir angin yang menerpa wajah. suasananya begitu menyenangkan, membuat hati tentram terasa damai kala memandang jauh luasnya lautan, desiran ombak yang menenangkan, apalagi angin yang berembus kencang teramat menyejukkan.
Arunika menghentikan langkah kakinya tatkala ia ingin menghayati kenikmatan yang Tuhan berikan. Arunika merentangkan kedua tangannya ke samping, menarik napas menghirup udara sejuk sebanyak-banyaknya, kemudian ia tahan sekian beberapa detik, setelahnya ia lepaskan secara perlahan. dan ini mampu membuatnya rileks.
Hal itu tidak luput dari perhatian Virendra yang terus memandangnya sedari tadi. tatapannya tak pernah lepas dari wajah cantik dihadapannya. Ia kagum, sekilas ada senyum yang tersungging dibalik sudut bibirnya
"Ini menyenangkan, tau? kamu tau aja cara menyenangkan hati perempuan." ucap Arunika, sontak membuyarkan lamunan Virendra
"Benarkah?"
"Iya. aku suka sama Pantainya, disini tenang dan nggak banyak orang. malahan ditempat kita berdiri nggak ada orang satu pun." ujar Arunika
"Sengaja membawa kamu ditempat sepi, supaya suara ombak nggak bercampur dengan manusia." Virendra, melakukan hal yang sama dengan Arunika
"Hmm, makasih, ya?" Arunika mengulum senyum menoleh ke samping
"Makasih? aku nggak butuh itu dalam sebuah kalimat."
Arunika mengernyit heran. "Jadi?"
"Tenagamu dan kelihaianmu dalam menguasaiku diatas ranjang." ketusnya, menyeringai sembari memandang raut wajah Arunika yang mendelik
"Kau menjerumuskanku, Tuan. kadang aku merasa berdosa telah melakukan hal seperti ini dibelakang suamiku." Arunika mendudukkan tubuhnya diatas pasir, menekuk kedua kakinya lalu ia peluk seolah itu akan memberikannya kehangatan. Virendra juga melakukan hal yang sama.
"Tapi--ya, gimana lagi, dengan cara itu mendapatkan uang secara kilat dari seorang lelaki tak berhati." sindirnya
Virendra tersenyum miris, hatinya mencelos dan merasa ngilu mendengarnya
"Maaf, ya? aku nggak tau mengapa ini terjadi. rasanya--ada daya tarik dari tubuhmu untukku. kadang aku merasa kasihan dan bersalah, tapi aku juga senang bersamamu."
"Kamu pintar mengambil situasi." ucap Arunika
Kemudian mereka terdiam sejenak
"Kamu tau, banyak wanita diluar sana yang mengkhianati suaminya sendiri. mencari kesenangan bersama pria lain. entah mungkin karena kurang mendapat kepuasan dari suami, hingga mereka mencari pelampiasan dengan lelaki lain. ada pula mereka melakukan itu demi mendapatkan uang."
"Kamu, suamimu tau dan mengijinkan kamu, kan?"
Arunika menganggukkan kepalanya
"Setidaknya ada rasa tenang dihatimu setiap jalan dan berdua bersamaku, jika pun suamimu melihat kita, dia paham apa yang sedang kamu lakukan bersama pria lain."
Arunika hanya menyimak, ada benarnya juga.
"Hanya dua minggu kok, Run. setelah kita berpisah, anggap kita nggak saling kenal. hubungan kita hanya sebatas Boss dan OG, dan aku--akan menaikkan gajimu setiap bulannya."
"Hah? tidak perlu. dua milyar itu sudah cukup." cegat Arunika, Virendra hanya tersenyum menanggapinya
"Ohya, apa dia baik padamu?" pertanyaan bersifat privasi itu akhirnya meluncur dari mulut Virendra. tiba-tiba saja ia ingin mengetahui hal itu
Arunika terdiam sejenak memikirkannya,
"Ya, dia sangat baik dan penyayang."
Walaupun--juga ngeselin hatiku. batinnya
"Syukurlah. pertahankan suamimu," Virendra menepuk-nepuk pundak perempuan yang bersamanya
Suasana yang tercipta pun terasa kaku dan canggung setelah mengobrol pembahasan yang konyol. keduanya saling diam menciptakan keheningan, hanya deru ombak yang bersahutan di udara. keduanya terbenam dalam pikiran masing-masing, memikirkan hal lain yang hanya mereka mengetahuinya.
Arunika mencoba mengikis sepi, ia menoleh menatap Virendra yang tampak melamun memandang luasnya lautan.
Tumben dia diam, batinnya
"Tuan." tegur Arunika
Virendra tersadar, ia terjaga dari lamunannya. "Ya?"
"Jangan melamun, nanti kesambet, lho. katanya--jin itu bersemayam ditempat yang seperti ini." nasihat Arunika
Virendra terkekeh mendengarnya, "Tidak, tenang saja. aku hanya memikirkan seseorang di masa lalu, dia meninggalkanku setelah aku pulang dari London." hatinya teriris ngilu saat mengetahui kenyataan dan ia harus menerimanya
"Kekasih atau teman?"
"Kekasih, wanita yang selalu bersamaku sejak kami duduk di kelas 1 SMA."
"Wow! lama banget," Arunika terkesima mendengarnya
Virendra tersenyum miris, hatinya terasa ngilu bila mengingatnya.
"Dia selingkuh, kah?" tanya Arunika, entah kenapa ia jadi ingin tahu. beruntungnya sang Boss cukup terbuka padanya
"Tidak. dia meninggal,"
"Innalilahi ..." dan Arunika pun merasa sedih dan bersalah
"Maaf, ya, aku nanya yang nggak etis gini sama kamu."
"Sudahlah, nggak apa-apa. aku suka berbagi cerita pada orang terdekatku, dan kamu sosok yang dekat dan ku percayai." ungkapnya, yang langsung dilempar senyum oleh Arunika
"Hah!!" Virendra mengembuskan napas dengan kasar, dadanya terasa berat. "Disini semakin dingin, dan aku takut kamu masuk angin. ayo pergi!" ajaknya, Virendra bangkit berdiri dan mengulurkan tangan kehadapan Arunika
Arunika melihat tangan itu yang bersiap untuk menyambutnya. ia tempelkan telapak tangan mereka, lalu Virendra menarik Arunika hingga perempuan itu berdiri dengan sempurna.
"Apa kita ke Villa-mu?" tanya Arunika, mengingat hari telah pukul sembilan malam
~Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments