Semuanya menyimak apa yang dikatakan Biksu yang mendapat julukan Biksu Gila itu.
"Siapa bilang hidup adalah kesenangan? Hidup adalah sengsara, karena siapa terlahir, tentu akan mengalami segala macam penderitaan, kepahitan hidup, kekecewaan, kedukaan, sakit dan mati. Yang dapat mengatasi kematian dan kelahiran barulah bahagia. Ha...ha...ha...!" ucap Bocah tua nakal yang kemudian tertawa, hal itu sebenarnya hanyalah palsu belaka sebagai kedok untuk menyarnbunyikan penderitaan yang
sebenarnya dia alami.
"Kenapa kamu berpura-pura tertawa kalau bathin menangis, Sahabatku bocah tua nakal?" tanya Biksu Ji yang penasaran.
Perseteruan kedua orang aneh itu makin menjadi. Karena yang mereka bicarakan adalah urusan kematian dan amat mendalam maka Xiao Kai dan adiknya Xiao Fang tak berani mencarnpuri percakapan mereka.
Xiao Kai membiarkan saja dua orang tua itu saling debat, dan mereka sibuk menyambut tamu-tamu lain yang berdatangan untuk memberi penghormatan terakhir kepada jenazah ayahnya Kwe Cheng.
Kini yang menjaga peti mati adalah Xiao Kai, Xiao Fang dan serta ketiga pendekar aneh yang duduk menghadapi meja hidangan dan juga arak.
Tak lama kemudian berkelebat bayangan hitam dan tahu-tahu di depan peti mati telah berdiri dua orang. Yang seorang berumur enam puluhan tahun serta bertubuh tinggi besar.
Di punggungnya tampak sebatang golok besar, Orang kedua seorang wanita, usianya lima puluh tahun, di wajahnya yang putih dan cantik itu tampak goresan pedang, dari pipi kanan sampai ke dagu sehingga muka yang cantik itu tampak menyeramkan.
Wanita cantik ini membawa sebatang pedang di pinggang kirinya. Begitu tiba di depan peti, kedua orang ini memandang peti mati dengan mata beringas. Yang lelaki berkata, dengan suaranya yang menyeramkan.
"Xiao Chen, kami berjanji sepuluh tahun akan mengadakan perhitungan. Malam ini tepat sepuluh tahun. Siapa kira kau tidak menepati janji dan telah mati. Hendak kulihat apakah kau benar-benar mampus ataukah hanya berpura-pura mati karena takut akan pembalasan kami! seru laki-laki muka kuning ini melangkah maju. Tangan kanannya bergerak hendak memegang peti mati.
Xiao Kai dan Xiao Fang yang menjaga peti mati dan tadinya sudah bersiap.siap hendak membalas penghormatan orang-orang, mendadak terkejut mendengar ucapan itu.
Xiao Kai segera melompat berdiri diikuti oleh Xiao Fang.
"Tahan dulu ! Siapapun tidak boleh mengganggu peti ayah kami!" seru Xiao Kai dengan lantang.
Laki laki muka kuning ini memandang kepada Xiao Kai dan Xiao Fang dengan penasaran.
"Hemm, kalian ini tentunya putera dari si tua Xiao bukan?" tanya laki-laki yang berwajah kuning itu.
"Iya, memang benar!" jawab Xiao Fang dengan apa adanya.
"Bagus, ayah harimau anaknya harimau pula. Tetapi kami bukan orang yang suka mengganggu harimau, kecuali harimau yang pernah mencakar kami. Aku mau melihat muka Xiao Chen tidak perduli kalian membolehkan atau tidak!" seru wanita yang berwajah mengerikan itu dengan menatap Xiao Kai dan juga Xiao Fang berkali-kali.
Setelah itu si muka kuning melanjutkan gerakan tangannya ke arah peti mati.
"Manusia jahat jangan kurang ajar!" tiba-tiba Xiao Fang tidak dapat menahan sabarnya lagi. Kemudian dia menerjang ke arah lambung kiri si muka kuning itu.
"Bagus Xiao Chen, bukan aku yang menghina orang muda, tapi anakmu yang menyerangku!" seru si muka kuning berkata sambil menangkis dengan tangan kirinya, sedang tangan kanannya tergerak terus ke arah peti mati.
"Krakk...!"
Terdengar suara keras, dan bersamaan dengan terbongkarnya tutup peti mati. Tubuh Xiao Fang terlempar hingga beberapa meter dan jatuh di atas tanah.
Xiao Kai sangatlah marah dengan orang yang telah menghina ayahnya, dia melihat Xiao Fang melawan laki-laki itu dan dia melihat begitu lihainya sang lawan. Terutama ketika menangkis serangan Xiao Fang.
Tak disangka Xiao Fang tersudut dan sudah terlempar jauh, dan bersamaan dengan itu tangan kanan si muka kuning itu sekali memukul dengan jari terbuka sudah dapat membongkar tutup peti mati yang rapat dan amat kokoh kuat itu.
Sementara itu si muka kuning mendengus kesal, karena sikap Xiao Kai membuat si muka kuning tidak berani memandang rendah pada Xiao Kai
"Siapa kau, dan apa tujuan kalian ke sini?" tanya Xiao Kai yang penasaran.
"Aku adalah Kim Jun si Golok pembasmi Naga, dan dia isteriku Souw Kwat yaitu si Duri beracun. Ketahuilah kalau delapan tahun yang lalu ayahmu telah mencampuri urusan kami yang tidak ada sangkut pautnya dengan dia, sehingga melukai kami berdua. Sayang sekali ternyata ayahmu telah benar-benar sudah mampus dan rnengeluarkan bau busuk!" jawab Kim Jun si Golok pembasmi Naga dengan kecewa.
"Kurang ajar! Tutup mulutmu!" hardik bentak Xiao Fang yang marah sekali.
"Wett....wett....weeet...!"
Tiba-tiba terdengar desir angin menyambar, dan dengan cepat Xiao Fang mengelak menghindari beberapa duri kecil yang menyambar di atas kepalanya.
Dan duri-duri itu menabrak dinding dan akhirnya jatuh ke tanah, dengan tiba-tiba ada asap yang mengepul.
"Wanita keparat!" seru Xiao Fang yang memaki sambil memberi pembalasan pada penyerangnya tadi.
Souw Kwat tersenyum sinis dan menangkis setiap serangan Xiao Fang. Begitu kedua tangan bertemu secara aneh jari tangan nyonya itu sudah menotok jalan darah di pergelangan tangan Xiao Fang.
Xiao Fang pun terkejut, dia berusaha mengelak dan menarik kembali lengannya dengan gerakan cepat sehingga lengannya tidak tertotok, tapi hanya kesemutan saja. Dan jika sampai terlambat sedikit saja tentu tangannya akan lumpuh.
"Hi-hi-hi, kau terkejut ?" tanya si wanita berjuluk Duri beracun itu, sambil tersenyum lebar. Pandangannya tajam penuh arti.
"Sayang sekali, ayah dulu tidak menggurat lehermu sampai putus!" seru Xiao Fang dengan geram.
Dugaan Xiao Fang kalau wanita ini bukan orang baik-baik. Sambil membentak dia menerjang dengan pukulan bertubi-tubi. Namun dengan mudahnya wanita itu rnengelak dengan gerakan lincah sekali.
Melihat adiknya sudah bertanding melawan musuh, Xiao Kai juga tidak tinggal diam.
"Walaupun Ayah sudah meninggal tetapi kami sebagai puteranya yang tidak akan mundur melawan penjahat!" seru Xiao Kai dengan geram.
"Bagus!' seru Kim Jun dengan miringkan tubuh menghindari pukulan Xiao Kai yang mengarah ke arah dadanya dan kemudian dia membalas dengan menusuk ke arah iga Kim Jun.
"Eh, kau boleh juga!" seru si golok pembasmi Naga itu yang kemudian merendahkan tubuh lalu menendang secara tiba-tiba.
Xiao Kai meloncat mundur, namun lawannya mendesak terus dengan gerakan jurus tendangan bertubi-tubi dengan kedua kaki secara bergantian. Dan Xiao Kai segera mundur beberapa langkah sambil menungkis, berusaha menangkap kaki Kim Jun. Keadaan menjadi berbalik.
Si Golok pembasmi Naga segera merobah gerakan kakinya dengan serangan pukulan sehingga Xiao Kai kerepotan untuk menangkisnya.
Setiap kali lengan Xiao Kai menangkis, ia merasa tubuhnya tergetar dan lengannya nyeri, pertanda bahwa Xiao Kai masih kalah tenaga dengan lawannya.
Sementara Xiao Fang yang melawan wanita yang berjuluk Duri beracun itu, rupanya dia terdesak setelah wanita itu melakukan penyerangan dengan cepat.
Gerakannya benar-benar cepat menyambar-nyambar.
Baru belasan jurus saja Xiao Fang sudah terhuyung-huyung.
Namun Xiao Fang tidak gentar. Ia lalu menyerang lagi penuh kemarahan.
Souw Kwat masih saja tertawa-tawa mengejek dan tubuhnya berkelebatan, terus menyerang Xiao Fang.
Suasana rumah kuno dan besar itu porak poranda dan para kaum wanita dan anak-anak bersembunyi ke tempat yang mereka anggap aman.
...~NR~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments