"Tuan, menurut aturan baru setelah dadu diputar orang mulai memasang taruhannya. Apakah nona tetap memasang angka ganjil dan tidak dirubah lagi?" tanya Mao Chow yang penasaran.
Pemuda itu menggelengkan kepala sambil menatap tajam wajah orang pemilik rumah judi itu yang juga memandang para tamu lainnya.
"Baiklah! Karena tuan ini memasang angka ganjil berarti bertaruh langsung dengan aku, maka harap tuan sekalian untuk kali ini berhenti dulu dengan pasangan tuan sekalian!" seru Mao Chow.
Tanpa menanti jawaban orang.orang itu ia telah mendekati mangkok, kedua tangannya dipentang dan kini tangan itu menggetar. Melihat hal itu, pemuda baju merah itu pun bangkit berdiri, kedua tangannya terletak di atas meja.
"Awas, lihat baik-baik ! Mangkok dibuka satu.... dua........ tiga.....!" seru Mao Chow yang dengan tangan kanannya mengangkat mangkok dan tangan kirinya menekan meja.
Semua mata melibat ke atas meja judi itu dan mereka semua melongo. Jelas tampak betapa biji dadu itu
mcmperiihatkan angka tiga, jadi angka ganjil.
Secara aneh sekali biji dadu itu bergerak dan menggelimpang ke samping sehingga kini angka empat yang berada di atas. Namun hanya sebentar saja karena kembali biji dadu menggelimpang ke angka tiga, lalu bergerak-gerak sedikit, hampir terbalik ke angka empat tetapi seolah-olah tidak kuat dan miring lagi kembali ke angka tiga terus tidak bergerak-gerak lagi.
Pemuda itu beradu pandang dengan bandar yang kini sudah menaruh kedua tangan di atas meja pula. Wajah Mao Chow yang hitam menjadi makin hitam, matanya yang tinggal satu melotot serta muka itu kini penuh keringat.
"Hemm, angka tiga adalah angka ganjil bukan? Jadi akulah yang menang!" seru si pemuda itu dengan suaranya nyaring.
Kini para tukang pukul yang jumlahnya belasan orang saling pandang dan semua memandang kepada Mao Chow sambil meraba gagang golok, menanti perintah dari Mao Chow.
Namun Mao Chow tidak memberi isyarat apa-apa, hanya menghapus peluhnya kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Ha...ha...ha....! tuan benar-benar hebat ! Hayo bayar seratus dua puluh lima keping emas kepada tuan ini!" seru Mao Chow dan para pembantunya tersipu-sipu mengambil uang dari dalam karena persediaan di depan tidak cukup untuk membayar kekalahan yang begitu banyak.
Para tamu saling berbisik membicarakan pertaruhan yang besar-besaran dan keadaan biji dadu yang amat aneh tadi. Mereka sama sekali tidak tahu bahwa tadi telah terjadi adu tenaga tenaga dalam yang seru antara Mao Chow dan pemuda baju merah itu melalui tekanan tangan mereka pada permukaan meja.
Setelah uang pembayaran selesai dihitung dan ditumpuk di atas meja di depan gadis itu,
"Apakah tuan masih berani untuk melanjutkan perjudian ini?" tanya Mao Chow dengan senyum sinisnya itu menatap gadis yang ada dihadapannya.
"Boleh, siapa takut!" balas pemuda itu dengan entengnya.
"Awas bisa saja kali ini kau bisa kalah, tuan!" seru Mao Chow yang tetap dengan senyum sinisnya.
'Kalau tidak menang, tentu kalah. Apa bedanya cepat putar, aku akan mempetaruhkan semua uangku ini!" seru pemuda itu sembari tersenyum penuh arti.
Diantara para tamu ada yang menjadi pucat mukanya yang melihat pertaruhan itu, sedangkan di sudut rumah judi itu seorang gadis yang menyamar menjadi pria itu tetap memperhatikan dengan seksama jalannya perjudian itu.
Semua tamu berdiri seperti terpaku pada lantai dan melihat sambil menahan napas.Karena inilah judi besar-besaran yang pernah mereka lihat.
Mao Chow menggerakkan kedua lengannya secara aneh sekali, seperti orang bersilat. Kedua tangan itu bergerak ke sana ke mari dengan amat cepatnya sehingga orang-orang tidak bisa melihatnya lagi, sewaktu ia mengambil mangkok dan kemudian dengan cara bagaimana pula ia menaruh dadu ke dalamnya.
Tiba-tiba saja sudah diputarnya mangkok itu dengan gerakan-gerakan cepat dan aneh.
Pemuda itu hanya memandang dengan senyum tetap mengejek dan senyumannya melebar ketika tiba-tiba Mao chow menurunkan mangkok di atas meja dengan mulut di bawah.
"Brakk...!"
"Silahkan pasang tuan!" seru Mao Chow dengan rasa penasarannya.
Kemudian pemuda berbaju merah itu mendorong semua uangnya ke angka dua.
"Aku mempertaruhkan semua ini atas angka dua!" seru gadis itu.
Kembali para tamu menjadi berisik. Bukan main beraninya nona itu mempertaruhkan atas angka dua, tentu saja kesempatan menang jauh lebih kecil dari pada kalau memasang angka ganjil atau genap.
Akan tetapi kalau ia menang bandar harus membayar empat kali lipat, berarti akan membayarnya seribu keping emas. Bisa bangkrut kali ini rumah judi itu kalau pasangan itu kena.
Wajah yang hitam itu kini menjadi agak hijau, mata yang tinggal satu menjadi agak merah.
"Memasang atas angka dua? Bagus! Sekali ini kamu akan kalah, tuan! Lihatlah!" seru Mao Chow yang kemudian dia menggerakkan tangannya dengan cepat sekali lalu membuka mangkok itu.
"Ah, terlalu banyak engkau mengerahkan tenaga sampai dadunya terbawa ke atas!" seru pemuda itu yang bersamaan dengan diangkatnya mangkok ke atas.
Semua orang memandang dan berseru heran karena di bawah mangkok itu tidak ada apa-apanya.
Akan tetapi si muka hitam yang kini mengeluarkan tenaga hebat dan pemuda itu hanya tersenyum-senyum dan keduanya berdongak memandang ke atas.
Semua orang juga ikut memandang ke atas dan di langit-langit ruangan itu, tepat di atas meja judi, dadu itu telah menempel di langit-langit dan memperlihatkan angka dua.
"Aneh! Angka dua .....!" seru beberapa tamu yang melihat kejadian itu.
"Angka dua...!"
Gadis itu tidak memperdulikan teriakan-teriakan ini lalu berkata, suaranya tegas dan nyaring.
"Mao Chow lekas bayar kekalahanmu seribu keping emas !" seru gadis itu dengan senyum lebarnya.
Mao Chow terkejut sama sekali tak percaya, dan maklum bahwa pemuda itu yang kelihatannya lemah, agaknya memiliki kepandaian yang hebat.
Kemudian dengan kecepatannya ia sudah mengantongi dadu pertama dan ketika hendak membuka mangkok, ia sengaja menaruh dadu lain dengan angka satu di atas.
Tak disangka dengan kepandaian yang luar biasa, entah secara bagaimana ia tidak tahu, dadu itu telah diterbangkan oleh pemuda itu ke atas, menempel langit-langit dan memperlihatkan angka dua yang sesuai apa yang dipasangnya.
"Hayo lekas bayar uangku!" seru pemuda itu yang menatap Mao Chow dengan tajam.
"Tangkap pemuda pengacau ini!" Mao chow berteriak dengan geramnya.
Sepuluh tukang tukang pukul dan pegawainya segera mencabut golok serta mengepung pemuda itu. Sementara pemuda itu hanya tersenyum lebar, berbeda dengan para tamu yang kini berlarian keluar serta ada pula yang mepet di sudut dengan muka pucat dan tubuh menggigil.
"Wah, bakalan seru nih!" gumam dalam hati Xiao Yu yang masih berada di sudut rumah judi itu dan terus mengawasi keseruan di meja judi itu.
"Eh, apakah kalian semua ini sudah tidak mau hidup lagi?" tegur pemuda itu.
...~NR~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
allura
Nona?
2023-05-07
3
allura
gadis?
2023-05-07
2
Cyrus Red🥀Bryan Kennedy🔱🎻
keren pria baju merah
2023-02-28
3