Kemudian mereka meloncat dan lenyap dalam kegelapan malam, meninggalkan kediaman keluarga Xiao.
Setelah mengobati luka-lukanya, Yu Kai dan Xiao Fang kemudian membetulkan penutup peti mati dengan memasang paku baru.
Situasi pun kembali dengan normal dan semua orang kembali mengikuti upacara berkabung itu.
Xiao Kai berlutut dan diikuti oleh keluarganya di depan Biksu Ji dan juga Kwe Cheng, untuk menghaturkan terima kasih.
"Maafkan kami bila penyambutan kami kurang hormat kiranya anda sekalian adalah dua orang penolong besar yang tidak saja sudah melindungi kehormatan keluarga kamib sekalian juga menolong keselamatan kami." ucap Xiao Kai dengan sopan.
"Amitabha...! tidak ada urusan tolong-menolong. Xiao Chen memang sudah meninggal dunia, Dia adalah sahabat baik kami, sehingga keluarganya sama dengan keluarga kami sendiri. Disamping itu perbuatan jahat memang harus dicegah. Kami hanya memenuhi kewajiban belaka," jawab ucap Biksu Ji yang segera mengangkat bangun tubuh Xiao Kai.
"Ha-ha-ha....! Xiao Cheng dahulu di waktu hidupnya terkenal suka sekali mencampuri urusan orang lain dengan membantu kaum lemah, sehingga musuh-musuhnya tidak terhitung banyaknya. Kami yakin Sahabat kami Xiao Chen di pihak yang benar, jadi kami tidak akan tinggal diam kalau ada orang yang berani mengganggu jenazahnya." ucap bocah tua nakal yang menjelaskan.
"Kami sekeluarga menghaturkan banyak terima kasih." ucap Xiao Kai yang mewakili keluarganya.
Biksu Ji dan juga Kwe Cheng menganggukkan kepala dan mereka mengulas senyum ramah pada Xiao Kai.
Setelah peti mati ditutup rapat, kembali mereka menjaga peti mati. Xiao Yu menambah dupa di perapian lalu terdengar suaranya berkata perlahan,
"Kakek, sayang sekali orang-orang jahat dapat datang setelah kakek pergi! Kalau kau masih hidup dan menghajar mereka, alangkah akan senangnya aku menonton." racau Xiao Yu.
"Heh-heh, gadis cilik! kau sepatutnya menjadi murid Biksu Ji. Sama-sama berhati lembut!" seru Kwe Cheng yang menghampiri Xiao Yu.
"Xiao Yu ini berbakti dan mengenal kasih sayang." ucap Biksu Ji yang sudah duduk kembali menghadapi meja, menyandarkan tongkatnya yang berat di pundaknya.
"Ayah, kalau kakek hidup lagi aku tidak akan menangis!" seru Xiao Yu yang kemudian meneteskan air matanya.
"Xiao Yu diamlah, yang sudah tiada tak akan kembali lagi. Kita doakan semoga kakek tenang dialam sana." ucap Xiao Kai dengan lembut pada putrinya.
Tiba-tiba terdengar suara melengking di udara, suara yang bernada tinggi. Seakan-akan ada sesuatu terbang di angkasa lalu perlahan-lahan turun dan mengitari tempat itu.
"Sreeeet......weeeeng.....!"
Xiao Kai dan Xiao Fang saling pandang, dan semuanya melihat sebuah benda berwarna emas melayang diatas mereka.
Keduanya melirik ke arah berdirinya sahabat ayah mereka, Biksu Ji dan Kwe Cheng yang keduanya sudah berhenti bercakap-cakap. Bahkan kini sudah duduk diam dan sedang mengawasi pergerakan benda berwarna emas diatas mereka,
"Celaka! Bawa anak-anak masuk!" teriak Xiao Kai. Dan saat itu beberapa anak telah roboh terguling, dan mendapati disetiap dada mereka terdapat bekas sayatan benda tajam. Bergelimanglah mayat-mayat disekitar tempat itu yang semuanya bersimbah darah.
"Amitabha ..!"
Biksu Ji memuji nama Buddha dan duduk bersila sambil memejamkan kedua mata dan mulutnya berkomat-kamit membaca doa.
Kwe Cheng atau si bocah tua nakal yang juga sedang duduk bersila dan mengatur pernapasan, serta terus mengawasi pergerakan benda emas yang terbang mengitari mereka.
"Brugh...!"
Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dan ternyata dua tubuh manusia dilempar dari luar menimpa meja sembahyang.
Ternyata kedua orang itu adalah si golok pembasmi Naga dan juga istrinya Souw Kwat si duri beracun, yang tubuhnya kini telah menjadi mayat.
Tak berapa lama terdengar sebuah suara dari kegelapan.
"Xiao Chen, aku datang akan menagih hutang! Seluruh keluarga Xiao harus aku tumpas habis, semua pelayan dan tamu-tamunya tak satupun boleh lolos!" seru suara seorang wanita yang sangat merdu namun membuat bulu tengkuk berdiri.
Xiao Kai dan Xiao Fang sudah menyambar pedang dan melompat ke depan pintu untuk menyambut musuh yang mengerikan itu.
Musuh yang datang kali ini benar-benar luar biasa dan agaknya hendak membuktikan ancamannya, yaitu menumpas habis seluruh isi rumah keluarga Xiao.
Sebagai bukti Kim Jun dan Sauw Kwat yang baru saja keluar telah terbunuh dan mayatnya dilemparkan kembali masuk ke rumah keluarga Xiao.
Namun demi melindungi keluarganya, Xiao Kai dan Xiao Fang tidak merasa takut dan bersiap-siap untuk melawan dengan taruhan nyawa.
"Xiao Kai dan Xiao Fang berhati-hatilah!" seru Biksu Ji dan beberapa saat kemudian Biksu Ji dan juga Kwe Cheng itu telah berdiri di samping Xiao Kai dan juga Xiao Fang.
Tiba-tiba terdengar jeritan-jeritan ngeri dari dalam rumah. Dengan cepat mereka menengok dan saat itu dari pintu dalam muncul salah satu kerabat wanita keluarga Xiao yang yang menghampiri Xiao Kai dan juga Xiao Fang, dengan tubuhnya berlumuran darah.
"Tuan...tuaan....! celaka, semua.... semuanya dibunuh!" seru kerabat wanita keluarga Xiao itu, yang sampai di situ ia terguling dan menghembuskan napasnya untuk terakhir kalinya.
"Apa! Musuh menggunakan memancing harimau keluar dari sarang !" teriak Bocah tua nakal yang melihat kejadian yang ada dihadapannya.
Yang disebut siasat memancing harimau keluar dari sarang adalah siasat perang yang maksudnya memancing keluar penghuni atau pun penjaga kota, sehingga kotanya sendiri menjadi tidak terjaga dan mudah diserang dari lain jurusan.
Tidak hanya keluarga dan pelayan, tetapi bahkan segala macam binatang peliharaan seperti ayam, burung, anjing dan kucing yang berada di belakang rumah ini, semuanya dibunuh tanpa ampun lagi.
Mendengar teriakan Bocah tua nakal itu, beberapa murid perguruan beranjak ke belakang untuk melihat kejadian itu. Akan tetapi, mereka berhenti dan terbelalak memandang orang yang keluar dari pintu dalam.
Dia seorang wanita yang usianya kurang lebih lima puluh tahun. Wajahnya masih cantik dan kulit mukanya putih sekali sampai seperti tidak ada darahnya. Pakaiannya serba hitam dari sutera tipis.
Tangan kanannya memegang sebuah kipas berwarna emas Wanita ini berjalan keluar dari dalam rumah dengan langkahnya perlahan, namun langkah dan lenggang-lenggoknya seperti seorang wanita, yang genit sekali.
Para murid perguruan Pedang Naga itu, segera mengepung wanita itu.
Melihat para murid perguruan Seribu pedang yang datang dengan membawa pedang di tangan, wanita itu segera tertawa lebar.
"Ha....ha...., tua bangka Xiao Chen! Biarpun sudah menjadi mayat tetapi tentu arwahmu dapat melihat betapa malam ini aku berhasil membasmi seluruh isi rumahmu termasuk juga para tamu-tamum!" seru wanita itu.
Beberapa murid perguruan Pedang Naga kesal dan marah, mereka menerjang dan menyerang dengan senjatanya masing-masing.
"Jangan sembarangan!" seru Bocah tua nakal.
"Awas mundur kalian !" teriak Biksu Ji yang seperti khawatir akan keselamatan keluarga dan murid sahabatnya.
Namun teriakan dua orang ini terlambat. Yang nampak hanyalah tibuh-tubuh yang tergeletak dan bersimbah darah.
...~NR~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
yukai
2023-03-27
2