Tujuh belas tahun yang lalu

"Tuan mohon maafkan puteriku yang bodoh ini berani bersikap kurang ajar. Mohon tanya, siapakah tuan ini?" tanya Xiao Kai, ayah Xiao Yu seraya menarik tangan puterinya itu.

Bocah tua nakal itu sejenak memandang Xiao Kai, tapi tiba-tiba tangannya bergerak ke depan, jari telunjuk tangan kanannya menotok ke arah jalan darah di dada Xiao Kai.

Gerakan ini biarpun dilakukan sambil duduk, tetapi cepatnya bukan main dan sebelum jari itu menyentuh dada, angin pukulannya sudah menyambar dan Xiao Kai merasakan dadanya yang sangat dingin sekali.

Sebagai putera seorang pendekar, tentu saja Xiao Kai mempunyai kemampuan silat yang cukup tinggi. Karena itulah totokan yang mematikan ini dapat ditangkisnya, dengan cepat menekuk tubuh ke belakang tanpa merobah kedudukan kedua kakinya.

Kalau pun meloncat ia takkan dapat menghindarkan totokan itu. Dengan menggerakkan tubuh melengkung ke belakang, barulah ia dapat menghindar dari bahaya.

Setelah tubuh bagian atasnya terhindar dari serangan, barulah kedua kakinya menekan lantai dan tubuhnva terlempar ke belakang. Dia berjungkir balik membuat salto dua kali dan kakinya menginjak lantai lagi dengan ringan.

"Ha...ha....ha....!" tawa pengemis tua itu di setiap gerakannya.

"Kau ini mempunyai kepandaian kalau tidak ditinggalkan kepada anak cucu atau murid, untuk apa kau bawa pergi ke lubang kubur ! Kau terkenal sebagai Dewa Pedang Naga, tapi kenapa puteramu hanya begini saja kepandaiannya? sungguh memalukan amat memalukan!" seru Kwe Cheng dengan menggelengkan kepalanya.

Sementara itu Xiao Kai marah bukan main mendengar ejekan itu, tapi dia maklum bahwa bocah tua nakal ini mengejek bukan untuk menyombong.

Hal itu terbukti dari baju bagian dadanya, robek sebesar ujung jari. Jelas bahwa bocah tua nakal itu hanya mengujinya.

Kesabaran Xiao Kai telah habis, darahnya juga bisa mendidih dan memberi tanda dengan matanya pada adiknya Xiao Fang untuk mengusir bocah tua nakal itu.

Xiao Fang adalah adik satu-satunya Xiao Kai itu pun maju dan saat ini berhadapan langsung dengan Kwe Cheng.

"Tuan, lebih baik anda pergi dari sini. Kami sedang berduka, jadi jangan ganggu kami!" seru Xiao Fang dengan lantang.

"Ha ....ha....ha....! aku mau kemanapun itu terserah kaki ini melangkah! aku tak suka diatur-atur!" seru Kwe Cheng itu dengan tertawa lebar.

"Kurang ajar, dia tak bisa dikasih hati!" gumam Xiao Fang dengan menggerutu.

"Ada apa?"

"Apa yang terjadi?"

Para tetangga yang berdatangan untuk melayat, dengan terpaksa melihat pula kejadian itu. Mereka menjadi gelisah dan saling berbisik-bisik antara satu dengan yang lainnya.

"Kakek!" seru Xiao Yu yang tiba-tiba melangkah maju dan berhadapan dengan si bocah tua nakal itu..

"Kau berani menghina ayahku,orang gagah macam apa kau ini! Setelah kakekku tak ada, baru kau berani bikin ribut. Kalau kakekku masih hidup, tentunya sekali bergerak kau akan roboh!" seru Xiao Yu yang geram dengan wajah imutnya.

Kwe Cheng sejenak memandang ke arah gadis kecil itu dengan terkagum, lalu dia kembali tertawa.

"Ha-ha ha, bocah ingusan! ternyata kamu mewarisi keberanian kakekmu, sayang kau ini perempuan!" seru Kwe Cheng dengan terkekeh.

"Lagi pula Xiao Chen mana mau bertanding denganku Si Bocah tua Nakal! ha-ha-ha....!" lanjut Kwe Cheng itu yang terus tertawa.

"A...apa bocah tua nakal?" tanya Xiao Kai dan Xiao Fang yang hampir bersamaan. Keduanya sangat terkejut, karena sejak kecil dia sering mendengar nama itu yang selalu keluar dari mulut ayah mereka sebagai sahabatnya.

"Tokk...tokk...tokk....!"

Pada saat itu terdengar suara ketukan yang lumayan keras. Ketukan berirama yang datang dari luar pekarangan. Keras sekali ketukan itu seperti ketukan sebuah martil besar pada besi landasan.

Dan semua orang menengok keluar dan tampak-lah seorang Biksu yang bertubuh pendek gemuk, perutnya bulat seperti gentong, kepalanya yang bundar itu gundul kelimis.

Tubuh atasnya telanjang dan tubuh bagian bawahnya dililit dengan kain putih serta kain yang dislempangkan di bahu kanannya.

Biksu itu memegang sebatang tongkat dan suara ketukan nyaring itu adalah suara tongkat yang memukul tanah berbatu. Begitu masuk pekarangan Biksu itu menggerutu tetapi suaranya nyaring dan parau.

"Mengapa ada suara gelak tawa, mengapa orang dapat bergembira sedangkan dunia ini selalu terbakar. Kenapa kau tidak cari pelita, wahai engkau yang berselubung kegelapan?" ucap biksu itu. Yang terdapat sebuah ayat dari kitab suci "Dhamma Pada" kitab Agama Buddha.

"Ha...ha....ha....! Biksu Gila, kalau semua manusia ini pemurung seperti engkau, matahari dan bulan akan menjadi gelap sinarnya! Ha ..ha....ha..!" seru Kwe Cheng dengan nada mengejek.

Kembali Xiao Kai dan adiknya Xiao Fang terkejut memandang Biksu gundul itu. Nama julukan Biksu Gila itu sudah lama mereka dengar dan baru kali ini melihat orangnya.

Menurut penuturan mendiang ayahnya. Biksu ini bernama Ji Sun , seorang biksu yang mengembara untuk menyebarkan ajarannya dan juga berilmu yang sangat tinggi.

Dahulu kala sebelum menjadi biksu, Ji Sun sering mabuk-mabukan dan juga sering berkunjung ke rumah Borddil. Karena masa lalunyalah maka dunia persilatan memberi julukan Biksu Gila,

Biksu Ji menatap raut wajah Kwe Cheng, kemudian dia menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Amitabha....! Sahabat Kwe, sejak dahulu masih juga belum mendapatkan jaIan terang!" ucap Biksu Ji seraya menggelengkan kepalanya secara pelan-pelan.

"Haa...ha...ha...!" si bocah tua nakal itu hanya menjawab dengan tawanya.

Kemudian Biksu Ji melangkahkan kakinya menghampiri meja sernbahyang dan menjura dengan hormat ke arah peti mati.

Xiao Kai dan adiknya Xiao Fang kemudian membalas dengan salam hormat pada Biksu Ji.

'"Sahabat Xiao, sungguh menyedihkan sekali orang gagah dan baik seperti kamu meninggalkan dunia. Padahal masih banyak yang membutuhkanmu. Terlalu banyak orang jahat di dunia ini sampai penuh dan berjejalan. Betapa sulitnya mencari orang baik seperti-mu. Dunia amat kehilangan dengan ketiadaanmu. Semoga kamu tenang dialam sana. Amitabha!" ucap Biksu Ji dengan penuh khidmad.

Mendengar ucapan Biksu Ji, Xiao Yu kembali menangis meraung sambil memeluk peti mati kakeknya.

"Kakek ! Kenapa meninggal sebelum aku kuat menggantikan kakek di dunia persilatan, menjadi orang yang berguna?" racau Xiao Yu yang tentu saja menarik perhatian Biksu Ji.

Biksu Ji menatap gadis cilik dihadapannya itu, dan kedua matanya bersinar. Dia terkagum memandang Xiao Yu.

"Nona kecil, benarkah kamu ini cucu dari sahabat Xiao?" tanya Biksu Ji yang penasaran.

Xiao Yu tak menjawabnya, dan dia terus menangis sejadi-jadinya. Sementara itu Xiao Kai memberi jawabannya.

"Betul dugaan Biksu Ji, Xiao Yu ini adalah cucu yang bungsu dari ayah. Dan dia adalah puteri saya." ucap Xiao Kai dengan sikap hormatnya.

Biksu Ji menganggukan kepalanya, dan terus memperhatikan Xiao Yu.

"Xiao Yu adalah anak yang baik, kecil-kecil sudah mengenal berbakti pada orang yang lebih tua." ucap biksu Ji dengan lirih namun masih bisa didengarkan yang lainnya,

"Anak baik? iya anak baik yang suka menangis,sama dengan kakeknya, sama-sama tukang mengeluh dan menangis, menjemukan sekali!" seru Bocah tua nakal itu dengan senyum sinis.

"Di dunia ini mana ada orang jahat. Semua orang baik, hanya karena bodoh maka menyeleweng dari kebenaran. Orang yang bodoh itu segeralah bertobat, dan orang yang baik pertahankan lah kebaikannya." ucap Biksu Ji dengan tangan kanannya di dekatkan didadanya.

Semuanya menyimak apa yang dikatakan Biksu yang mendapat julukan Biksu Gila itu.

...~NR~...

...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel ini....

...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....

...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....

...Terima kasih...

...Bersambung...

Terpopuler

Comments

Julianso

Julianso

Semangat

2023-04-29

2

lihat semua
Episodes
1 Mengawali Perjalanan
2 Mengawasi Pria baju Merah
3 Perseteruan Pria baju Merah dengan Bandar Judi
4 Perseteruan Pria baju Merah dengan Bandar Judi ll
5 Setan Kipas Merah
6 Kembali ke Tujuh Belas Tahun Yang Lalu
7 Tujuh belas tahun yang lalu
8 Tujuh belas tahun yang lalu ll
9 Tujuh belas tahun yang lalu lll
10 Tujuh belas tahun yang lalu lV
11 Tujuh belas Tahun Yang Lalu V
12 Tujuh belas Tahun Yang Lalu Vl
13 Tujuh belas Tahun Yang Lalu Vll
14 Kembali ke Masa Setelah Sepuluh Tahun ; Hilangnya Pengantin Wanita
15 Kekejaman Setan Kipas Merah
16 Mendatangi Rumah Duka
17 Menuju Toko Pakaian
18 Mengejar Setan Kipas Merah
19 Mengejar Setan Kipas Merah ll
20 Berada di Istana Tengah Hutan
21 Melawan Empat Perompak Buaya Merah
22 Melawan kepala pelayan
23 Melawan musuh bebuyutan
24 Melawan Musuh bebuyutan ll
25 Berjuang melawan kabut asap beracun
26 Ling Ling yang melarikan diri
27 Ulah Setan Kipas Merah
28 Penyamaran yang mulus
29 Dua Murid Biksu Gila
30 Kekalahan murid Biksu Gila
31 Xiao Yu Siuman
32 Xiao Yu menyelamatkan murid Biksu Ji
33 Tiga pertempuran
34 Melawan musuh bebuyutan
35 Akhir dari Si Kipas emas penebar Maut
36 Membebaskan Setan Kipas Merah
37 Memulai Perjalanan
38 Xiao Yu Si Pendekar Tanpa Gelar
39 Pulang kampung ; Tikus Kuburan
40 Si Bayangan Dewa dan Delapan Raja Timur Laut
41 Si Bayangan Dewa dan Delapan Raja Timur Laut ll
42 DiInterograsi Si Bayangan Dewa
43 Menjadi Pelayan Si Bayangan Dewa
44 Perjalanan Pelayan dan Majikan
45 Menuju ke Sungai Huang Ho
46 Bertemu dengan Pengemis bersabuk sutra merah
47 Berseteru Dengan Pengemis Sabuk Sutra Merah Tingkat Tiga
48 Mengalahkan Pengemis sabuk sutra merah
49 Di Rumah Makan
50 Lagi-lagi melawan Pengemis sabuk Sutra Merah
51 Perjalanan menuju ke Pohai
52 Pelarian Setan Kipas Merah
53 Usaha Dua Biksu
54 Malam hari di atas perahu
55 Mendapat tantangan
56 Menuju ke markas para perompak
57 Situasi perjamuan
58 Sambutan dari tuan rumah
59 Peseteruan dengan Sumpit
60 Masih berseteru dengan Sumpit
61 Lawan Yang Tangguh
62 Lawan yang Tangguh ll
63 Memancing kemarahan Lawan
64 Kelihaian Lidah tak bertulang
65 Perlawanan si Pelayan
66 Hadiah dua ekor kuda
67 Perjalanan Murid Biksu Ji
68 Pertemuan murid biksu Ji dan murid si bocah tua nakal
69 Cinta tumbuh di saat perjuangan
70 Gejolak asmara dua pasang pendekar
71 Pilih dia atau kami
72 Beristirahat di tepi sungai
73 Menghadapi Raja Pengemis
74 Menghadapi Raja Pengemis ll
75 Menghadapi Raja Pengemis lll
76 Perjanjian Lama
77 Siok Lan yang tertangkap
78 Siok Lan yang tertangkap ll
79 Usaha Yu Tian membebaskan Majikannya
80 Usaha Yu Tian membebaskan Majikannya ll
81 Mengacau dan Mengecoh para prajurit
82 Kemunculan Setan Kipas Merah
83 Kemunculan Setan Kipas Merah ll
84 Majikan mencari pelayannya
85 Majikan yang mengikuti saran pelayannya
86 Pengintaian si setan kipas merah
87 Perlawanan Setan Kipas Merah
88 Perlawanan Setan Kipas Merah ll
89 Panglima pengganti di Markas An Bun
90 Siok Lan Mengintai Xiao Yu
91 Perseteruan Tiga gadis sakti
92 Usaha Setan Kipas Merah yang Mendamaikan Perseteruan 3 Gadis Sakti
93 Ungkapan hati setan kipas merah
94 Kembalinya Yu Tian
95 Mendadak Diserang
96 Melawan Panglima Thian Sung
97 Dulu Kawan sekarang Lawan
98 Satu persatu Tumbang
99 Tewasnya Biksu Gila dan Bocah tua Nakal
100 Membuka Jati Diri
101 Bersiap melawan si Cambuk Besi,
102 Tewasnya si Cambuk Besi
103 Xiao Yu melawan Thian Sung
104 Xiao Yu Melawan Thian Sung ll
105 Pengakuan kekalahan Thian Sung
106 Titik Terendah Siok Lan
107 Siok Lan terkena Tipu Daya
108 Siok Lan ditahan di ruang bawah tanah
109 Xiao Yu masuk perangkap
110 Jarum Lima Racun
111 Sama-sama terkena Racun
112 Mencoba Melarikan Diri
113 Ditolong Setan Kipas Merah
114 Pengorbanan Setan Kipas Merah
115 Akhir Yang Bahagia
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Mengawali Perjalanan
2
Mengawasi Pria baju Merah
3
Perseteruan Pria baju Merah dengan Bandar Judi
4
Perseteruan Pria baju Merah dengan Bandar Judi ll
5
Setan Kipas Merah
6
Kembali ke Tujuh Belas Tahun Yang Lalu
7
Tujuh belas tahun yang lalu
8
Tujuh belas tahun yang lalu ll
9
Tujuh belas tahun yang lalu lll
10
Tujuh belas tahun yang lalu lV
11
Tujuh belas Tahun Yang Lalu V
12
Tujuh belas Tahun Yang Lalu Vl
13
Tujuh belas Tahun Yang Lalu Vll
14
Kembali ke Masa Setelah Sepuluh Tahun ; Hilangnya Pengantin Wanita
15
Kekejaman Setan Kipas Merah
16
Mendatangi Rumah Duka
17
Menuju Toko Pakaian
18
Mengejar Setan Kipas Merah
19
Mengejar Setan Kipas Merah ll
20
Berada di Istana Tengah Hutan
21
Melawan Empat Perompak Buaya Merah
22
Melawan kepala pelayan
23
Melawan musuh bebuyutan
24
Melawan Musuh bebuyutan ll
25
Berjuang melawan kabut asap beracun
26
Ling Ling yang melarikan diri
27
Ulah Setan Kipas Merah
28
Penyamaran yang mulus
29
Dua Murid Biksu Gila
30
Kekalahan murid Biksu Gila
31
Xiao Yu Siuman
32
Xiao Yu menyelamatkan murid Biksu Ji
33
Tiga pertempuran
34
Melawan musuh bebuyutan
35
Akhir dari Si Kipas emas penebar Maut
36
Membebaskan Setan Kipas Merah
37
Memulai Perjalanan
38
Xiao Yu Si Pendekar Tanpa Gelar
39
Pulang kampung ; Tikus Kuburan
40
Si Bayangan Dewa dan Delapan Raja Timur Laut
41
Si Bayangan Dewa dan Delapan Raja Timur Laut ll
42
DiInterograsi Si Bayangan Dewa
43
Menjadi Pelayan Si Bayangan Dewa
44
Perjalanan Pelayan dan Majikan
45
Menuju ke Sungai Huang Ho
46
Bertemu dengan Pengemis bersabuk sutra merah
47
Berseteru Dengan Pengemis Sabuk Sutra Merah Tingkat Tiga
48
Mengalahkan Pengemis sabuk sutra merah
49
Di Rumah Makan
50
Lagi-lagi melawan Pengemis sabuk Sutra Merah
51
Perjalanan menuju ke Pohai
52
Pelarian Setan Kipas Merah
53
Usaha Dua Biksu
54
Malam hari di atas perahu
55
Mendapat tantangan
56
Menuju ke markas para perompak
57
Situasi perjamuan
58
Sambutan dari tuan rumah
59
Peseteruan dengan Sumpit
60
Masih berseteru dengan Sumpit
61
Lawan Yang Tangguh
62
Lawan yang Tangguh ll
63
Memancing kemarahan Lawan
64
Kelihaian Lidah tak bertulang
65
Perlawanan si Pelayan
66
Hadiah dua ekor kuda
67
Perjalanan Murid Biksu Ji
68
Pertemuan murid biksu Ji dan murid si bocah tua nakal
69
Cinta tumbuh di saat perjuangan
70
Gejolak asmara dua pasang pendekar
71
Pilih dia atau kami
72
Beristirahat di tepi sungai
73
Menghadapi Raja Pengemis
74
Menghadapi Raja Pengemis ll
75
Menghadapi Raja Pengemis lll
76
Perjanjian Lama
77
Siok Lan yang tertangkap
78
Siok Lan yang tertangkap ll
79
Usaha Yu Tian membebaskan Majikannya
80
Usaha Yu Tian membebaskan Majikannya ll
81
Mengacau dan Mengecoh para prajurit
82
Kemunculan Setan Kipas Merah
83
Kemunculan Setan Kipas Merah ll
84
Majikan mencari pelayannya
85
Majikan yang mengikuti saran pelayannya
86
Pengintaian si setan kipas merah
87
Perlawanan Setan Kipas Merah
88
Perlawanan Setan Kipas Merah ll
89
Panglima pengganti di Markas An Bun
90
Siok Lan Mengintai Xiao Yu
91
Perseteruan Tiga gadis sakti
92
Usaha Setan Kipas Merah yang Mendamaikan Perseteruan 3 Gadis Sakti
93
Ungkapan hati setan kipas merah
94
Kembalinya Yu Tian
95
Mendadak Diserang
96
Melawan Panglima Thian Sung
97
Dulu Kawan sekarang Lawan
98
Satu persatu Tumbang
99
Tewasnya Biksu Gila dan Bocah tua Nakal
100
Membuka Jati Diri
101
Bersiap melawan si Cambuk Besi,
102
Tewasnya si Cambuk Besi
103
Xiao Yu melawan Thian Sung
104
Xiao Yu Melawan Thian Sung ll
105
Pengakuan kekalahan Thian Sung
106
Titik Terendah Siok Lan
107
Siok Lan terkena Tipu Daya
108
Siok Lan ditahan di ruang bawah tanah
109
Xiao Yu masuk perangkap
110
Jarum Lima Racun
111
Sama-sama terkena Racun
112
Mencoba Melarikan Diri
113
Ditolong Setan Kipas Merah
114
Pengorbanan Setan Kipas Merah
115
Akhir Yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!