Melihat pemuda itu sudah memasang, sekali pasang lima belas keping perak. Para tamu yang lainnya ikut pasang pula. Ada yang pasang ganjil, pasang genap, ada pula yang memasang nomer-nomer tertentu.
Setelah semua orang menaruh pasangan di atas meja, si bandar kurus yang tadi terseyum dengan gerakan kilat dan sambil mengeluarkan seruan nyaring, membuka mangkok itu.
Dan jelas tampak dadu itu menggeletak di atas meja dengan nomor empat di atasnya. Bandar kurus itu menggaruk semua uang pasangan, kecuali pasangan pada angka genap dan pasangan pada angka empat yang mendapat hadiah sebagaimana mestinya.
Pemuda itu yang kehilangan pasangannya itu masih tenang saja, bahkan memperbesar pasangannya lagi sampai menjadi lima puluh keping perak sekali pasang.
Semuanya terbengong dan Inilah main judi besar-besaran. Sekali dua kali gadis itu menarik kemenangan. akan tetapi setelah ia mulai memasang dengan taruhan besar sampai seratus keping perak sekali pasang, ia selalu kalah sampai akhirnya habislah semua uang peraknya.
Namun dengan sikap tenang pemuda itu masih terus memasang kini malah mulai menggunakan uang emas.
Para tamu menjadi tegang. Ada yang merasa kasihan kepada pemuda tampan ini. Ada yang diam-diam memakinya bodoh.
Akan tetapi yang lebih tegang adalah si bandar judi yang kurus itu, juga para bandar lain yang menonton.
Dan sekarang pemuda tampan itu
memasangkan semua sisa uangnya pada nomor lima. Taruhan yang dipasangkan adalah dua puluh lima keping emas.
Kalau menang, berarti bandar harus membayar empat kali jadi seratus keping emas dan hal ini berarti pula bahwa semua kekalahan pemuda itu akan dapat ditebus.
Melihat bahwa para tamu lain kehilangan nafsunya memasang melainkan lebih suka menonton pemuda yang luar biasa itu berjudi dengan tambah gila-gilaan, dan bandar kurus itu menjadi semakin gelisah.
Dengan teriakan nyaring ia membuka mangkok penutup dan dadu meperlihatkan angka lima.
Di antara para tamu ada yang bersorak, dan ributlah mereka membicarakan kemenangan ini.
Bandar gendut menghapus peluh dengan saputangannya dan para pembantunya menghitung uang pembayaran kepada yang menang.
Pemuda itu tetap tersenyum dengan tenang, kemudian memasang lagi dengan taruhan yang membuat semua orang membelalakkan mata.
"Saya pasang seratus lima puluh keping emas!" seru pemuda itu dengan wajah tenang.
"Gila ......!"
'Sekali kalah, habis dia !"
"Masa' sebegitu banyak dipasangkan semua ?"
Bermacam-macam komentar orang, akan tetapi gadis itu tersenyum lebar dan menoleh ke belakang ke arah para tamu yang menonton.
"Namanya juga berjudi. Akibatnya hanya dua macam. Menang atau kalah. Kecil besar sama!" ucap pemuda itu dengan mengulas senyumnya.
Bandar kurus itu menatap jumlah uang yang dipertaruhkan pada tulisan "ganjil" dengan mata
melotot dan ia tidak segera memutar dadunya.
Agaknya Bandar kurus itu mulai merasa ragu-ragu dan takut jika kalah, karena bisa saja keadaan berbalik,
"Ayo lekas putar. Kenapa kamu ragu-ragu? Apakah bandar takut kalah?" tanya pemuda itu dengan nada mengejek.
"Ha...ha....!" semua tamu tertawa karena memang lucu kalau ada bandar judi yang takut kalah.
"Eh, bandar kurus! Kamu kenapa? Kalau ragu-ragu jangan main, biar aku melayani pemuda ini!"
Terdengar suara parau. Semua orang menengok. Kiranya dia seorang laki-laki usia lima puluh
tahun bertubuh tinggi besar bermuka hitam, pakaiannya mewah dan matanya buta yang sebelah kiri.
Melihat orang ini, si kurus cepat-cepat mengundurkan diri.
"Maafkan tuan. Karena taruhanmu luar biasa besar, maka saya menjadi ragu- ragu dan gugup. Majikan kami datang, biarlah majikan kami sendiri yang menjadi bandar!" ucap bandar kurus itu dengan sopan.
"Hm, majikan kamu berarti pemilik perjudian ini ya?" gumam pemuda itu seraya menatap laki-laki usia lima puluh tahun bertubuh tinggi besar bermuka hitam, pakaiannya mewah dan matanya buta yang sebelah kiri itu.
Pemuda itu memandang tajam dan kini semua tamu juga mengenal si muka hitam yang buta sebelah matanya itu.
Dia adalah Mao Chow yang berjuluk Beruang mata Satu, seorang tokoh besar dunia pejahat di kota Ang Keng, bahkan terkenal di seluruh negeri dan kini setelah banyak mengumpulkan harta lalu hidup sebagai orang kaya raya di kota Ang keng.
Restoran serta rumah judi itu adalah miliknya. Tadi memang ada pegawai secara diam-diam memberi laporan perihal pemuda yang berjudi dengan taruhan luar biasa itu, maka ia lalu datang sendiri buat melihatnya khawatir kalau-kalau yang datang itu adalah seorang musuh serta sengaja mau mencari gara-gara.
Hatinya lega ketika melihat seorang pemuda yang tidak ia kenal juga sikapnya seperti seorang pemuda biasa, akan tetapi melihat caranya bertaruh, timbul kekhawatirannya kalau-kalau rumah judinya akan bangkrut maka cepat-cepat menyuruh si kurus mundur dan maju sendiri sebagai bandarnya.
"Tuan memasang ganjil dengan taruhan semua uang tuan, Ingat kalau nona kalah berarti tuan takkan dapat melanjutkan perjudian ini lagi," kata Mao Chow itu dengan suaranya yang parau, akan tetapi dengan sikap tenang.
"'Kalau aku kalah, ambil semua uang ini, kenapa masih komentar lagi? Uangku boleh habis, tetapi apakah perhiasan-perhiasanku ini tidak laku untuk dipasangkan?" tanya pemuda itu seraya membuka buntalan dan terdengar orang berseru kagum ketika terlihat perhiasan-perhiasan emas permata yang indah-indah dalam sebuah bungkusan.
"Ha...ha....ha...! tuan benar-benar seorang penjudi ulung yang tabah. Bagus hari ini kami menerima kunjungan seorang tamu terhormat. Hei pelayan! lekas bawa ke sini arak yang paling baik untuk tuan ini!" seru pemilik perjudian itu yang kemudian memanggil pelayannya.
Tak berapa lama datanglah pelayan yang membawa apa yang menjadi permintaan majikannya itu.
Setelah itu si pelayan menuangkan arak dan mempersilakan majikan dan pemuda itu untuk minum.
"Sekarang kita mulai, tuan memasangkan semua uang itu untuk angka ganjil?" tanya Mao Chow yang mengingatkan lagi.
"Betul dan cepatlah kau putar dadunya!" jawab pemuda itu sambil tersenyum dan terlihat sangat tenang.
Kemudian pemilik rumah judi itu menggulung lengan bajunya ke atas, kemudian tangan kanannya memegang mangkok dan memasukkan dadu dengan tangan kiri ke dalam mangkok itu.
Mao Chow yang matanya yang tinggal satu memandang tajam ke arah dadu yang mulai ia putar-putar di dalam mangkok.
Makin lama makIn cepat dadu terputar dan dengan telapak tangan kirinya dia menutupi mulut mangkok sambil memutar terus. Gerakan kedua tangannya sedemikian cepat sehingga bagi mata para tamu, kedua lengan yang besar dan berotot itu telah berubah menjadi banyak demikian pula
mangkoknya membuat para penonton menjadi pusing.
Namun pemuda itu memandang tetap dengan tersenyum, namun kali kini senyumnya seperti orang mengejek. Bagaikan kilat cepatnya. Mao chow kini membentak keras dan mangkoknya saat tertelungkup di atas meja dengan biji dadu di dalamnya.
"Brakk...!"
Kemudian Mao chow memandang pemuda itu dengan peluh dikeningnya.
"Tuan, menurut aturan baru setelah dadu diputar orang mulai memasang taruhannya. Apakah nona tetap memasang angka ganjil dan tidak dirubah lagi?" tanya Mao Chow yang penasaran.
...~NR~...
...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel ini....
...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....
...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....
...Terima kasih...
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
allura
Nona?
2023-05-07
2
Radiah Ayarin
siip Thor lanjut kan semangat
2023-02-28
4