Kembali ke Tujuh Belas Tahun Yang Lalu

Suatu hari di dalam sebuah rumah kuno, yang terdapat di lembah Seribu Pedang. Terdengarlah suara raungan tangisan yang memanggil-manggil nama orang yang sudah meninggal itu.

Sampai seakan suara orang yang menangis itu tak terdengar lagi karena sudah sehari semalam ia terus, menerus menangis, tanpa rnemperdulikan orang yang melayat.

Rumah kuno itu adalah tempat tinggal keluarga Xiao, dan yang meninggal dunia adalah Kakek Xiao.

Kakek Xiao adalah bukan orang biasa melainkan pendekar tua Xiao Chen yang selama puluhan tahun telah, terkenal di dunia persilatan.

Semua mengenal kakek Xiao Chen dengan nama julukan Pendekar Pedang Naga dari Lembah Seribu Pedang. Dan banyak pula hartawan yang kikir dan jahat tewas di ujung pedang pendekar pedang Naga. Para hartawan yang menjadi pejabat di pedesaan, banyak sekali yang korupsi dan menindas rakyat.

Sepak terjang kakek Xiao Chen yang membela rakyat dan kaum lemah ini, tentu saja membuat kakek Xiao Chen dicintai dan disegani oleh rakyat dari kalangan menengah ke bawah.

Setelah berusia delapan puluh tahun kakek Xiao Chen mengundurkan diri dari dunia persilatan. Dan memilih hidup tenang untuk mengurus perguruan Pedang Naga yang ada di lembah Seribu Pedang.

.

Di perguruan Pedang Naga ini, ia hidup bersama dua orang anak dan dua orang cucunya, yang dimana kedua putranya itu membantu Kakek Xiao Chen dalam mengelola perguruan Pedang Naga itu.

Di saat kakek Xiao Chen rneninggal, Xiao Yu baru berusia tiga tahun. .

Sementara itu rumah kediaman keluarga Xiao itu sudah diberi tanda berkabung dengan kertas dan kain putih. Jenazah kakek Xiao Chen telah dimasukkan ke dalam peti mati dan diletakkan pada ruangan bagian depan.

Di meja sembahyang yang berdiri di depan peti mati, di samping lilin dan asap dupa serta hio yang mengebul memenuhi ruangan.

Gadis cilik yang bernama Xiao Yu itu tak bisa menangis keras, tetapi masih bercucuran air mata dan terisak-isak, matanya merah memandang peti mati, tangannya mengelus-elus peti dan bibirnya bergetak-gerak, seakan-akan berbicara dengan kakeknya yang berada di dalam peti itu.

Sebagai seorang mantan pendekar terkenal dan perguruannya yang sudah mencapai ratusan murid itu, tentu saja banyak yang datang untuk mamberikan penghormatan terakhir pada jenazah kakek Xiao.

Keesokan pagi harinya telah datang seorang tamu, Ayah dan saudara-saudaranya sudah keluar menyambut tamu itu.

Tapi tamu yang datang kali ini sikapnya luar biasa dan tidak seperti tamu-tamu yang lain.

Dia sudah tua, kurang lebih tujuh puluh tahun usianya.

Dari cara berpakaiannya nampak compang-camping dan lusuh, sementara di punggungnya terdapat sebuah guci arak berbentuk bulat dengan leher panjang dan mulut tersurnbat kain kuning, di pinggang kiri tergantung sebatang tongkat pendek dari bambu kuning.

Dialah Kwe Cheng Si Bocah tua Nakal yang datang ke rumah duka, itu dengan bernyanyi-nyanyi dan diseling suara terkekeh-kekeh.

'Ha-ha-ha...! Xiao, kau benar-benar enak sekali pergi menuju kebebasan derita hidup. Tinggalkan julukan yang kosong melompong, terbebas urusan dunia yang serba palsu. XII Chen yang waktu hidup berjuluk Dewa Pedang Naga. Ha... ha... ha..! bukankah itu nama kosong belaka! Dewa seharusnya tidak mengenal mati! ha-ha ..ha, mana pedangmu! Sayang sekali kenapa sebelum pergi kenapa tidak pamit lebih dahulu kepadaku?" racau orang tua itu yang terkekeh.

Semua orang yang hadir melayat kakek Xiao Chen tak menjawabnya, tapi mereka memandang pengemis itu dengan raut wajah marah.

Kakek yang mereka hormati telah meninggal, janazahnya pun masih berada di dalam petinya. Dan sekarang orang tua itu berani dengan terang-terangan menghina Ayah, kakek dan pahlawan mereka dengan kata-kata yang aneh.

"Hai dasar bocah! Pasti kamu cucu dari Xiao Chen bukan?" tanya pengemis tua yang bernama Kwe Cheng itu yang melihat Xiao Yu yang nampak paling berduka disamping peti jenazah Kakek Xiao Chen.

Gadis kecil yang sedari tadi menangis di samping peti mati kakeknya itu hanya menganggukkan kepalanya, tidak bersemangat untuk menjawab pertanyaan si Pengemis tua itu. Dan dia tetap saja menangis.

"Kenapa menangis? dasar bocah cengeng kau! Masa' kakekmu yang terbebas dari hukuman saja kau sambut dengan tangis? dasar bodoh! Dasar cengeng!" seru pengemis tua itu yang memarahi Xiao Yu.

Bocah tua nakal itu kemudian mengetuk-ketukan tongkat pendeknya di atas lantai dan terus meracau.

"Manusia hidup lunak dan lemas,

kalau mati menjadi kaku dan keras. Segala mahluk dan tanaman hidup

lunak dan lemas, kalau mati menjadi kering dan mudah patah. Kaku dan keras adalah kematian, lunak dan lemas adalah teman kehidupan."

Bocah tua nakal itu berhenti meracau, kemudian meminum arak yang dibawanya. Setelah itu dia tertawa terbahak-bahak dan menurunkan guci araknya.

"Xiao Chen, ayo kita minum arak!" seru Bocah tua nakal itu dengan menggerakkan guci araknya dan dari dalam guci yang mulutnya sudah terbuka itu memercik arak yang berbau khas dari arak itu.

Bocah tua nakal itu mendekatkan mulut guci itu ke rnulutnya dan terdengar suara menggelogok ketika arak yang berwarna merah masuk ke mulutnya. Kemudian dia menyimpan kembali guci araknya dan tanpa dipersilakan untuk duduk, bocah tua nakal itu telah duduk di atas sebuah bangku yang tak jauh dari tempatnya berdiri.

Di dalam hati kedua putera Xiao Chen sangat marah sekali, tapi karena sikap pengemis tua ini tidak memusuhi jenazah ayah dan mereka. Bahkan kata-kata yang keluar dari mulut pengemis tua itu pun mernbayangkan kalau dia adalah sahabat kakek Xiao Chen.

Tiba-tiba Xiao Yu bangkit dari bawah peti mati di mana tadi ia tadi berlutut, kemudian menghampiri bocah tua nakal itu dan Xiao Yu masih saja terisak.

"Orang tua, ma'af jika kakekku sudah tidak dapat menyambut kedatangan anda, beliau sudah meninggal." ucap Xiao Yu, dan sampai di sini tak tahan lagi dia kembali menangis.

"Hei, bocah menyebalkan! Bocah cengeng! Siapa yang bilang Xiao Chen meninggal? Apa kau tahu benar?" tanya pengemis tua itu dengan serius.

Mendengar hal itu, Xiao Yul menengadah memandang wajah pengemis tua yang duduk di kursinya.

Kwe Cheng si Bocah tua nakal itu sangat terkejut, mana kala dia melihat raut wajah Xiao yu yang simpatik, berbentuk bulat seperti bulan purnama dan putih bersih.

Sepasang matanya yang kini merah karena terlalu banyak menangis itu lebar dan bening. Cahaya di wajah gadis itu tajam dan penuh akan kejujuran serta kemurnian hatinya.

"Orang tua, kakekku sudah meninggal. Banar-benar sudah tak ada lagi di dunia ini. Beliau tak akan lagi bisa menjawab setiap pertanyaan kita dan juga dia sudah tidak bernapas lagi. Kalau tidak meninggal masa' dimasukkan ke dalam peti mati?" ucap dan tanya Xiao Yu yang saking herannya terhadap sikap dan ucapan pengemis tua itu.

"Ha....ha....ha bocah cengeng! Kau seperti yang tahu saja, apa itu mati dan apa itu hidup. Sebelum hidup dari mana dan sesudah mati ke mana?" ucap Kwe Cheng yang sudah tentu bocah berusia sembilan tahun itu akan terlongo karena kebingungan mendengar pertanyaan yang tidak mungkin terjawab oleh orang pandai sekalipun.

"Tuan mohon maafkan puteriku yang bodoh ini berani bersikap kurang ajar. Mohon tanya, siapakah tuan ini?" tanya Xiao Kai, ayah Xiao Yu seraya menarik tangan puterinya itu.

...~NR~...

...Mohon dukungannya dan terima kasih telah memberikan Like/komentar/rate 5/gift maupun votenya untuk novel ini....

...Semoga sehat selalu dan dalam Lindungan Allah Subhana wa Ta'alla....

...Aamiin Ya Robbal Alaamiin....

...Terima kasih...

...Bersambung...

Terpopuler

Comments

Julianso

Julianso

mantap thor

2023-04-29

1

lihat semua
Episodes
1 Mengawali Perjalanan
2 Mengawasi Pria baju Merah
3 Perseteruan Pria baju Merah dengan Bandar Judi
4 Perseteruan Pria baju Merah dengan Bandar Judi ll
5 Setan Kipas Merah
6 Kembali ke Tujuh Belas Tahun Yang Lalu
7 Tujuh belas tahun yang lalu
8 Tujuh belas tahun yang lalu ll
9 Tujuh belas tahun yang lalu lll
10 Tujuh belas tahun yang lalu lV
11 Tujuh belas Tahun Yang Lalu V
12 Tujuh belas Tahun Yang Lalu Vl
13 Tujuh belas Tahun Yang Lalu Vll
14 Kembali ke Masa Setelah Sepuluh Tahun ; Hilangnya Pengantin Wanita
15 Kekejaman Setan Kipas Merah
16 Mendatangi Rumah Duka
17 Menuju Toko Pakaian
18 Mengejar Setan Kipas Merah
19 Mengejar Setan Kipas Merah ll
20 Berada di Istana Tengah Hutan
21 Melawan Empat Perompak Buaya Merah
22 Melawan kepala pelayan
23 Melawan musuh bebuyutan
24 Melawan Musuh bebuyutan ll
25 Berjuang melawan kabut asap beracun
26 Ling Ling yang melarikan diri
27 Ulah Setan Kipas Merah
28 Penyamaran yang mulus
29 Dua Murid Biksu Gila
30 Kekalahan murid Biksu Gila
31 Xiao Yu Siuman
32 Xiao Yu menyelamatkan murid Biksu Ji
33 Tiga pertempuran
34 Melawan musuh bebuyutan
35 Akhir dari Si Kipas emas penebar Maut
36 Membebaskan Setan Kipas Merah
37 Memulai Perjalanan
38 Xiao Yu Si Pendekar Tanpa Gelar
39 Pulang kampung ; Tikus Kuburan
40 Si Bayangan Dewa dan Delapan Raja Timur Laut
41 Si Bayangan Dewa dan Delapan Raja Timur Laut ll
42 DiInterograsi Si Bayangan Dewa
43 Menjadi Pelayan Si Bayangan Dewa
44 Perjalanan Pelayan dan Majikan
45 Menuju ke Sungai Huang Ho
46 Bertemu dengan Pengemis bersabuk sutra merah
47 Berseteru Dengan Pengemis Sabuk Sutra Merah Tingkat Tiga
48 Mengalahkan Pengemis sabuk sutra merah
49 Di Rumah Makan
50 Lagi-lagi melawan Pengemis sabuk Sutra Merah
51 Perjalanan menuju ke Pohai
52 Pelarian Setan Kipas Merah
53 Usaha Dua Biksu
54 Malam hari di atas perahu
55 Mendapat tantangan
56 Menuju ke markas para perompak
57 Situasi perjamuan
58 Sambutan dari tuan rumah
59 Peseteruan dengan Sumpit
60 Masih berseteru dengan Sumpit
61 Lawan Yang Tangguh
62 Lawan yang Tangguh ll
63 Memancing kemarahan Lawan
64 Kelihaian Lidah tak bertulang
65 Perlawanan si Pelayan
66 Hadiah dua ekor kuda
67 Perjalanan Murid Biksu Ji
68 Pertemuan murid biksu Ji dan murid si bocah tua nakal
69 Cinta tumbuh di saat perjuangan
70 Gejolak asmara dua pasang pendekar
71 Pilih dia atau kami
72 Beristirahat di tepi sungai
73 Menghadapi Raja Pengemis
74 Menghadapi Raja Pengemis ll
75 Menghadapi Raja Pengemis lll
76 Perjanjian Lama
77 Siok Lan yang tertangkap
78 Siok Lan yang tertangkap ll
79 Usaha Yu Tian membebaskan Majikannya
80 Usaha Yu Tian membebaskan Majikannya ll
81 Mengacau dan Mengecoh para prajurit
82 Kemunculan Setan Kipas Merah
83 Kemunculan Setan Kipas Merah ll
84 Majikan mencari pelayannya
85 Majikan yang mengikuti saran pelayannya
86 Pengintaian si setan kipas merah
87 Perlawanan Setan Kipas Merah
88 Perlawanan Setan Kipas Merah ll
89 Panglima pengganti di Markas An Bun
90 Siok Lan Mengintai Xiao Yu
91 Perseteruan Tiga gadis sakti
92 Usaha Setan Kipas Merah yang Mendamaikan Perseteruan 3 Gadis Sakti
93 Ungkapan hati setan kipas merah
94 Kembalinya Yu Tian
95 Mendadak Diserang
96 Melawan Panglima Thian Sung
97 Dulu Kawan sekarang Lawan
98 Satu persatu Tumbang
99 Tewasnya Biksu Gila dan Bocah tua Nakal
100 Membuka Jati Diri
101 Bersiap melawan si Cambuk Besi,
102 Tewasnya si Cambuk Besi
103 Xiao Yu melawan Thian Sung
104 Xiao Yu Melawan Thian Sung ll
105 Pengakuan kekalahan Thian Sung
106 Titik Terendah Siok Lan
107 Siok Lan terkena Tipu Daya
108 Siok Lan ditahan di ruang bawah tanah
109 Xiao Yu masuk perangkap
110 Jarum Lima Racun
111 Sama-sama terkena Racun
112 Mencoba Melarikan Diri
113 Ditolong Setan Kipas Merah
114 Pengorbanan Setan Kipas Merah
115 Akhir Yang Bahagia
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Mengawali Perjalanan
2
Mengawasi Pria baju Merah
3
Perseteruan Pria baju Merah dengan Bandar Judi
4
Perseteruan Pria baju Merah dengan Bandar Judi ll
5
Setan Kipas Merah
6
Kembali ke Tujuh Belas Tahun Yang Lalu
7
Tujuh belas tahun yang lalu
8
Tujuh belas tahun yang lalu ll
9
Tujuh belas tahun yang lalu lll
10
Tujuh belas tahun yang lalu lV
11
Tujuh belas Tahun Yang Lalu V
12
Tujuh belas Tahun Yang Lalu Vl
13
Tujuh belas Tahun Yang Lalu Vll
14
Kembali ke Masa Setelah Sepuluh Tahun ; Hilangnya Pengantin Wanita
15
Kekejaman Setan Kipas Merah
16
Mendatangi Rumah Duka
17
Menuju Toko Pakaian
18
Mengejar Setan Kipas Merah
19
Mengejar Setan Kipas Merah ll
20
Berada di Istana Tengah Hutan
21
Melawan Empat Perompak Buaya Merah
22
Melawan kepala pelayan
23
Melawan musuh bebuyutan
24
Melawan Musuh bebuyutan ll
25
Berjuang melawan kabut asap beracun
26
Ling Ling yang melarikan diri
27
Ulah Setan Kipas Merah
28
Penyamaran yang mulus
29
Dua Murid Biksu Gila
30
Kekalahan murid Biksu Gila
31
Xiao Yu Siuman
32
Xiao Yu menyelamatkan murid Biksu Ji
33
Tiga pertempuran
34
Melawan musuh bebuyutan
35
Akhir dari Si Kipas emas penebar Maut
36
Membebaskan Setan Kipas Merah
37
Memulai Perjalanan
38
Xiao Yu Si Pendekar Tanpa Gelar
39
Pulang kampung ; Tikus Kuburan
40
Si Bayangan Dewa dan Delapan Raja Timur Laut
41
Si Bayangan Dewa dan Delapan Raja Timur Laut ll
42
DiInterograsi Si Bayangan Dewa
43
Menjadi Pelayan Si Bayangan Dewa
44
Perjalanan Pelayan dan Majikan
45
Menuju ke Sungai Huang Ho
46
Bertemu dengan Pengemis bersabuk sutra merah
47
Berseteru Dengan Pengemis Sabuk Sutra Merah Tingkat Tiga
48
Mengalahkan Pengemis sabuk sutra merah
49
Di Rumah Makan
50
Lagi-lagi melawan Pengemis sabuk Sutra Merah
51
Perjalanan menuju ke Pohai
52
Pelarian Setan Kipas Merah
53
Usaha Dua Biksu
54
Malam hari di atas perahu
55
Mendapat tantangan
56
Menuju ke markas para perompak
57
Situasi perjamuan
58
Sambutan dari tuan rumah
59
Peseteruan dengan Sumpit
60
Masih berseteru dengan Sumpit
61
Lawan Yang Tangguh
62
Lawan yang Tangguh ll
63
Memancing kemarahan Lawan
64
Kelihaian Lidah tak bertulang
65
Perlawanan si Pelayan
66
Hadiah dua ekor kuda
67
Perjalanan Murid Biksu Ji
68
Pertemuan murid biksu Ji dan murid si bocah tua nakal
69
Cinta tumbuh di saat perjuangan
70
Gejolak asmara dua pasang pendekar
71
Pilih dia atau kami
72
Beristirahat di tepi sungai
73
Menghadapi Raja Pengemis
74
Menghadapi Raja Pengemis ll
75
Menghadapi Raja Pengemis lll
76
Perjanjian Lama
77
Siok Lan yang tertangkap
78
Siok Lan yang tertangkap ll
79
Usaha Yu Tian membebaskan Majikannya
80
Usaha Yu Tian membebaskan Majikannya ll
81
Mengacau dan Mengecoh para prajurit
82
Kemunculan Setan Kipas Merah
83
Kemunculan Setan Kipas Merah ll
84
Majikan mencari pelayannya
85
Majikan yang mengikuti saran pelayannya
86
Pengintaian si setan kipas merah
87
Perlawanan Setan Kipas Merah
88
Perlawanan Setan Kipas Merah ll
89
Panglima pengganti di Markas An Bun
90
Siok Lan Mengintai Xiao Yu
91
Perseteruan Tiga gadis sakti
92
Usaha Setan Kipas Merah yang Mendamaikan Perseteruan 3 Gadis Sakti
93
Ungkapan hati setan kipas merah
94
Kembalinya Yu Tian
95
Mendadak Diserang
96
Melawan Panglima Thian Sung
97
Dulu Kawan sekarang Lawan
98
Satu persatu Tumbang
99
Tewasnya Biksu Gila dan Bocah tua Nakal
100
Membuka Jati Diri
101
Bersiap melawan si Cambuk Besi,
102
Tewasnya si Cambuk Besi
103
Xiao Yu melawan Thian Sung
104
Xiao Yu Melawan Thian Sung ll
105
Pengakuan kekalahan Thian Sung
106
Titik Terendah Siok Lan
107
Siok Lan terkena Tipu Daya
108
Siok Lan ditahan di ruang bawah tanah
109
Xiao Yu masuk perangkap
110
Jarum Lima Racun
111
Sama-sama terkena Racun
112
Mencoba Melarikan Diri
113
Ditolong Setan Kipas Merah
114
Pengorbanan Setan Kipas Merah
115
Akhir Yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!