Satu hari berlalu, penjaga keamanan yang ada di Kota Morez masih mencari pelaku utama yang menyebabkan para bangsawan mati dengan cara mengenaskan. Bahkan, berita sampai terdengar oleh Pemimpin Kota Morez.
Rindou masih mencari waktu yang pas untuk bergerak. Kini dirinya tengah menikmati makan siang di penginapan, dan tentu saja ia amat menikmatinya karena ada nasi putih sebagai pelengkap.
Ia mendengar kabar bahwa terdapat seorang bangsawan yang baru saja tiba di kota ini dengan satu keluarganya. Tapi itu bukan masalah, hal ini tidak mengganggu akan tujuan utamanya yang masih ia pikirkan.
Untuk mencari informasi yang lainnya, Rindou memutuskan untuk jalan-jalan sebentar mengelilingi Kota Morez sehabis makan siang. Penampilannya kini seperti manusia biasa, efek dari Companion telah lama hilang.
Rindou mengawali langkahnya dimulai dari pasar untuk menikmati makanan siap saji. Ketika ia pergi ke bagian selatan, ia menemukan berbagai toko rumahan yang tempatnya cukup tersembunyi dan agak sepi.
Rindou mulai mencari para preman maupun petualang untuk menghajar mereka dan mencari informasi secara paksa. Tentu saja, Rindou hanya mendapat informasi yang nihil.
“Sebaiknya pergi ke Guild, mungkin saja ada sesuatu.”
Ucapnya seraya berjalan lurus untuk memasuki jalan utama. Tetapi, langkahnya dihentikan oleh seseorang yang memanggilnya dari belakang.
Suaranya agak lembut dan Rindou sudah menduga bahwa orang yang memanggilnya adalah seorang perempuan. Ketika ia berbalik, dari tempat yang gelap muncul seorang perempuan berambut panjang putih keabuan dan belakangnya diikat sedikit menggunakan pita merah lalu warna matanya abu.
Mengenakan pakaian formal berupa kemeja putih dengan dasi pita berwarna merah serta ia mengenakan rok berlapis berwarna merah. Kedua tangannya menggunakan sarung tangan berwarna hitam, baunya harum dan Rindou sudah menduga bahwa ia salah satu dari bangsawan yang ada di Kota Morez.
“Apa kau ada perlu denganku?”
“Tidak, bukan itu. Aku mendengar bahwa kau akan pergi ke Guild, bolehkah aku ikut?”
Tanya perempuan tersebut, Rindou terdiam sebentar lalu mengatakan terserah seraya berbalik badan untuk pergi menuju Guild. Perempuan itu segera mengejar Rindou lalu berjalan di samping kanannya.
“Perkenalkan, namaku Liese Forded dari anggota keluarga Bangsawan Forded.”
“Namaku Rindou, apakah kau salah satu bangsawan yang pindah ke sini?”
“Eh!? Bagaimana kau bisa tahu!?”
Liese mulai heboh lalu menggoyang-goyangkan tangan kanan Rindou. Dirinya hanya menanggapi kelakuan Liese dengan menujunjukkan wajah kecut. Rindou menjelaskan bahwa bangsawan yang ada di Kota Morez sudah tidak aneh lagi dan informasinya akan tersebar dengan cepat.
“Apakah kau penasaran dengan para bangsawan yang tewas? Pelakunya masih belum tertangkap.”
“Ya, tetapi mereka juga melakukan hal yang keji seperti menyiksa para budak. Entah aku mendukung pelaku entah tidak, itu membuatku mual ketika pemikiranku hampir sama dengan pelaku.”
Jawaban dari Liese tidak ditanggapi, sebaliknya Rindou tidak perlu menanyakan hal-hal yang menjurus mengenai kasus bangsawan baru-baru ini terjadi. Meskipun dia sendiri pelaku utamanya.
“Kau ada keperluan ke Guild?”
“Ya, di Guild ada berbagai macam petualang, bukan? Aku ingin menyewa salah satu orang yang bisa mencari jejak si pelaku. Pastinya pelaku itu menggunakan sihir, sehingga akan ada jejak sihir yang tersisa di tempat pelelangan budak.”
“Ooh ... aku baru tahu akan hal itu. Selanjutnya akan kuingat.”
“Ngg? Apa maksudmu?”
Rindou mulai memikirkan rencana kedepannya. Ia mulai memutuskan untuk menyelediki perempuan yang kini berjalan di sampingnya, yaitu Liese. Ia menganggap bahwa Liese dapat mengancam keberadaannya.
Langkah Rindou terhenti, ia menghela napas sebentar untuk mengajukan pertanyaan yang cukup menjurus kepada kasus yang terjadi. Liese menatap Rindou yang tengah menundukkan kepala, lalu Rindou menatap Liese.
“Jika saja, jika saja kau menemukan pelaku utamanya. Apa yang akan kau lakukan?”
Tanya Rindou seraya mempersiapkan dirinya untuk melakukan serangan cepat sebelum Liese bertindak. Jawaban dari Liese saat ini dapat bergantung terhadap nyawanya.
“Tentu saja, aku ingin menanyakan kenapa dia membunuh para bangsawan dengan memanfaatkan para budak. Kau tahu, setiap tindakan pastinya ada alasan dibalik semua itu. Yah ... anggap saja seperti para pejabat tinggi yang melakukan korupsi.”
Jawaban dari Liese hampir sepemikiran dengan Rindou. Karena itu, kini dirinya tidak menganggap Liese sebagai ancaman tetapi karakter sampingan yang mungkin saja berguna suatu saat nanti.
“Lebih baik kita segera pergi.”
“Ya, tentu saja Rindou.”
* * * * *
Pada akhirnya, Rindou hanya mengikuti Liese untuk mengamatinya dari dekat dan sebagai teman barunya yang ada di Kota Morez ini.
Mereka berdua pergi menuju tempat pelelangan budak. Tentu saja tidak ada yang tahu mengenai sosoknya karena semua yang melihat sosoknya sudah dibunuh, hanya para budak yang tahu akan wujud manusia dan Werewolf miliknya.
Liese bersama dengan seorang petualang perempuan cukup pendek yang berjubah biru tua dengan keahliannya berupa Mage, mencari jejak sihir yang tersisa dari tempat ini. Tetapi, jejak sihir yang mereka cari tidak ada lebih tepatnya sudah hilang dimakan oleh sesuatu.
“Tidak ada hasilnya sama sekali. Apakah ini sia-sia?”
“Tentu saja tidak mungkin. Kau ini salah satu dari para bangsawan, tunjukkanlah kemampuanmu yang sebenarnya.”
Rindou menyemangati Liese dalam penyelidikannya. Lagi pula, Rindou sendiri membutuhkan informasi mengenai para bangsawan yang ada di Kota Morez dan tentunya tujuan utamanya adalah Pemimpin yang ada di Kota Morez ini.
Penyelidikan terus berlanjut hingga warna langit berganti menjadi jingga kemerahan. Mage yang membantu Liese pulang terlebih dahulu karena ia mempunyai urusan penting.
Kini, Rindou dan Liese berdiri di pinggir jalan utama dan memutuskan mengenai tindakan selanjutnya.
“Liese, mau makan malam bersamaku? Sebagai teman barumu, aku ingin membantumu.”
Tanya Rindou seraya menoleh ke samping kiri di mana Liese tengah berdiri. Liese memikirkan tawaran dari Rindou, lalu ia memutuskannya.
“Maaf Rindou, aku harus hadir di acara makan malam bersama keluargaku. Lain kali saja, maafkan aku. Sampai jumpa.”
Liese melambaikan tangannya lalu pergi begitu saja. Rindou menghela napas, ia pun berniat untuk pergi menuju penginapan. Tetapi, ia diberhentikan oleh salah seorang pedagang kaki lima yang menjual daging bakar.
Karena ia merasa ada yang terasa janggal, Rindou menghampiri penjual daging bakar tersebut lalu menanyakan urusan akan dirinya yang dipanggil.
“Hei, apakah kau tadi bersama dengan seorang perempuan yang bernama Liese Forded?”
“Mmm ... memang benar, apakah ada masalah?”
“Yah ... ini mungkin bukan masalah tetapi kau harus tahu. Kedua orang tuanya adalah korban yang tewas ketika para budak mengamuk. Sekarang ini hanya ada Adiknya sebagai anggota Keluarga Bangsawan Forded.”
“Begitukah ... ”
“Ngomong-ngomong, satu daging bakar ini harganya satu Tyis perak bersamaan dengan informasi tadi.”
“Janc*k, pedagang pintar.”
* * * * *
Malam hari, Liese berjalan di lorong rumahnya yang amat megah. Kekayaannya melimpah, apalagi harta orang tua mereka akan diwariskan kepadanya sebagai anggota Keluarga Bangsawan Forded yang tua.
Terdapat Kepala Pelayan di Keluarga Forded yang mengurusi berbagai jenis pekerjaan rumah yang akan dilakukan oleh para pembantu lainnya. Usianya sekitar kepala lima, sosoknya juga dihormati oleh para pembantu yang ada di rumah ini.
Liese membuka pintu ruangan di mana terdapat Adiknya yang sudah menunggu dengan duduk secara sopan. Ruang makan ini ukurannya cukup besar dan terkesan mewah dan terdapat berbagai barang berharga yang dipajang.
Liese duduk di kursi yang telah disediakan oleh salah seorang pembantu. Para pembantu pergi dari ruang makan karena tidak ingin mengganggu makan malam dua anggota Keluarga Forded yang tersisa, pastinya mereka bersimpati kepada keluarga yang sudah dilayani.
“Apakah Kakak masih mencari pelakunya? Sudahlah, jangan sampai membebanimu karena kau akan menjadi Kepala Keluarga.”
“Maaf karena sudah mengkhawatirkanmu.”
Pertama-tama, Liese mengambil peralatan makan dengan etika bangsawan di mana setiap alat makan sudah jelas akan kegunaannya.
Liese mengambil sendok kecil dengan bagian kepala yang agak besar. Ia mencoba sup terlebih dahulu dan ia merasakan rasa yang nostalgia di mulutnya.
“Kakak, ada yang ingin kubicarakan denganmu.”
“Tentang apa itu?”
“Posisiku.”
Tiba-tiba saja, Liese merasakan kejang-kejang lalu pandangannya kabur. Sendok yang ia pegang jatuh di atas permukaan lantai, ia tidak berdaya dan hanya dapat melihat wajah Adiknya yang tengah tersenyum meskipun sedikit buram.
“Terima kasih atas kerja kerasmu Kak, mulai sekarang ... tidurlah dengan tenang.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
KALEM DONG
Adik lucknut.
2020-06-07
0
Manusia hidup
wahhh adeknya minta ditabok
2020-05-30
2
Mas Bey
LOL sadis.. tapi saya suka..
2020-05-12
0