7. Belenggu

Liese mulai sadar, memejamkan matanya beberapa kali hingga pandangannya jelas. Yang ia lihat saat ini adalah sebuah pintu kayu yang kokoh dan kedua tangan maupun kakinya tidak bisa digerakkan.

Ketika ia melihat keadaannya sendiri, ia sudah diikat dengan gelang berantai dan menempel pada dinding. Mencoba untuk melepaskan dirinya dari belenggu tersebut, tetapi belenggu tersebut telah diterapkan dengan sihir penangkal.

Yang ia ingat terakhir kalinya adalah ketika makan malam bersama Adiknya, Liese merasa pusing sehingga ia tertidur tanpa disadarinya. Yang terakhir dilihatnya adalah senyuman kecil dari Adiknya, tidak ... itu adalah senyuman kepuasan yang menyenangkan.

   “Di mana aku ... ”

Pikirnya seraya melihat sekeliling, hanya terdapat empat batu bercahaya di sudut dinding dan terdapat berbagai alat penyiksaan di atas meja sudut kanan ruangan.

Liese menelan ludahnya, akal sehatnya menyuruhnya untuk tetap tenang dan mencari jalan keluarnya. Ketika ia berpikir dengan sedikit harapan, terdengar suara langkah kaki yang tengah menuju ruangan ini.

Pintu kayu berlapis besi yang kokoh, sedikit demi sedikit terbuka perlahan. Terdapat Kepala Pelayan dari Keluarga Forded datang bersama dengan Adiknya, ia terkejut akan perbuatan mereka berdua yang menjebaknya.

   “Selamat pagi Kak, tidurmu nyenyak?”

Tanya Adiknya yang memiliki perawakan sama dengannya, ia berusia sebelas tahun dan rambutnya bergelombang pendek. Menghampiri Kakaknya yang terbelenggu, ia pun tersenyum bahagia di hadapannya.

Tetapi, senyuman yang ia tunjukkan perlahan-lahan berubah menjadi senyuman yang merendahkan orang lain dan memandang orang lain layaknya seonggok sampah.

   “Apa yang kalian berdua lakukan padaku!?”

Liese geram dengan perbuatan mereka berdua. Adiknya mundur lalu menyerahkan sisanya kepada Kepala Pelayan, ia pun pergi dari tempat ini seraya melambaikan tangannya.

   “Apa maksudnya ini!?”

   “Tenanglah Putri Liese, meskipun kau berteriak pun itu tidak akan berguna. Mulai hari ini, Adikmu akan menjadi penerus dari Keluarga Forded.”

Jelas Kepala Pelayan yang mengenakan pakaian formal layaknya pelayan laki-laki. Liese terdiam mendengar kata-katanya, ia mulai bingung dengan keadaan yang secara tiba-tiba ia alami.

   “Aku diminta oleh Adikmu untuk membunuhmu secara perlahan. Yah ... sebentar lagi akan tiba orang yang akan menyiksamu perlahan-lahan.”

Ucap Kepala Pelayan secara dingin seraya melihat-lihat alat penyiksaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Ia pun menghampiri Liese yang tidak bisa bergerak sama sekali, ia mendekatkan mulutnya ke telinga sebelah kanan Liese.

   “Akulah yang mengusulkan agar Adikmu menjadi pewaris sah selanjutnya. Jika Putri Liese menghilang ataupun meninggal, maka otomatis Adikmu yang akan menjadi pewaris selanjutnya. Dan aku sendiri yang akan bertindak di balik layar, Adikmu sungguh bodoh dapat kuperdaya dengan mudahnya.”

Setelah mengatakan itu, Liese merasa terpukul akan orang yang ia percayai yaitu Adiknya dan Kepala Pelayan yang sudah lama mengabdi kepada Keluarga Forded.

   “Tubuhmu mungkin masih dapat digunakan. Mungkin saja ... aku dapat menjualmu menjadi budak, Putri Liese.”

Kepala Pelayan itu menjilat pipi Liese yang sangat jijik akan tindakan Kepala Pelayan yang sudah mengkhianatinya. Ketika Kepala Pelayan itu berniat untuk menyentuh dada Liese, terdapat seorang laki-laki yang datang ke ruangan ini dan mengaku bahwa dia adalah penyiksa yang handal.

   “Terima kasih karena kau sudah datang. Aku serahkan sisanya padamu.”

Kepala Pelayan itu menepuk pundak laki-laki yang baru saja datang dan penampilannya bertubuh gemuk lalu kepalanya ditutup menggunakan kain yang hanya memperlihatkan kedua mata, hidung dan mulutnya.

   “Jaga dirimu baik-baik, Putri Liese.”

Ucap Kepala Pelayan seraya menutup pintu perlahan-lahan dan ia menunjukkan senyuman mengerikan yang membuat Liese ketakutan. Penyiksa yang sudah diperintah mulai melihat-lihat alat penyiksa yang tersedia, ia mengawalinya dengan benda tajam.

   “Kumohon ... siapa saja ... tolong aku!”

* * * * *

Rindou yang tengah menyantap sarapan paginya. Merasa ada yang aneh dengan nasi yang ia makan, biasanya terasa lembut namun sekarang sedikit keras namun masih dapat dinikmati.

   “Ada apa Tuan Rindou?”

Tanya pemilik penginapan yang tengah mengelap meja, Rindou menggelengkan kepala dan ia menjelaskan akan nasi yang agak keras tersebut. Pemilik penginapan menyadari bahwa ia melakukan kesalahan ketika memasak nasinya, ia pun meminta maaf kepada Rindou.

Rindou tidak mempermasalahkan hal tersebut, tetapi ia penasaran dengan keadaan Liese yang tetap menyelidiki kasus tewasnya para bangsawan. Ini juga ketidaksengajaan karena orang tua Liese tewas.

   “Sepertinya aku harus mengunjunginya.”

Pikir Rindou seraya yang menyantap sarapannya. Ia pun segera menyelesaikannya dengan cepat lalu pergi dari penginapan ini menuju rumah Keluarga Forded.

Beberapa menit kemudian, Rindou terdiam di depan gerbang rumah Keluarga Forded yang megah dan mewah. Tamannya sudah besar, apalagi rumahnya.

Tetapi, tidak ada penjagaan sama sekali dan rumah ini terasa sepi seperti tidak ada pengunjungnya. Mungkin saja, Liese sedang pergi ke luar rumah dan itulah yang dipikirkan oleh Rindou.

Tetapi ...

   “Companion, Harvod Wolf.”

Telinga serigala serta ekor mulai tumbuh, ia membenarkan posisi ekornya yang berada di dalam celana lalu mulai fokus ke pendengarannya yang tajam.

Sedikit meskipun pelan, ia mendengar suara sedikit bising dan teriakan perempuan yang kesakitan. Entah dari mana asalnya, tetapi ia yakin berasal di depan yaitu rumah Keluarga Forded.

   “Apakah ada budak yang sedang disiksa? Hobinya buruk sekali.”

Pikir Rindou seraya memanjat gerbang besi yang menghalangi jalannya. Sebelum ia masuk ke dalam, Rindou melepas sepatunya serta pakaian yang ia kenakan.

Kini dirinya hanya mengenakan celana hitam panjang dan membiarkan ekor yang tumbuh muncul ke luar. Setelah melakukan sedikit peregangan, ia langsung maju melalui pintu depan dengan cara menendangnya ditambah tenaga hebat dihasilkan dari resonansi mana di tubuhnya.

*Brakk

Pintu terbuka dengan paksa, tetapi tidak ada satu pun orang di rumah semegah ini. Hal ganjil mulai menghantui pikiran Rindou yang merasakan keanehan, biasanya akan ada penjaga ataupun pembantu yang mendengar suara berisik apalagi pintu yang didobrak.

Akhirnya, Rindou merubah wujudnya menjadi Werewolf seutuhnya. Suasana yang tenang, ia hanya mengandalkan pendengarannya.

Suara teriakan yang sebelumnya didengar mulai samar-samar. Ia segera berlari menuju tempat suara tersebut berasal, ia pergi ke lorong rumah yang ada di lantai satu dan ia terhenti di lorong yang panjang.

   “Suaranya berasal di sini, tapi ada di mana?”

Pikir Rindou seraya melihat sekeliling lorong, ia menempelkan telinganya di dinding dan terdengar suara teriakan tepat di balik dinding tersebut. Rindou langsung mencakar dinding tersebut dan terdapat sebuah pintu tersembunyi, menuju suatu tempat dan suara teriakan itu sudah hilang.

Ia memasuki ruang tersembunyi tersebut dan mendapati seorang laki-laki bertubuh gemuk tengah menyiksa seseorang.

* * * * *

Liese mulai kehilangan kesadarannya, membuka mata kanannya sekali terlihat suatu makhluk berbulu yang tiba-tiba datang dan menghancurkan pintu kokoh. Dua kali membuka mata kanannya, ia melihat makhluk itu membunuh laki-laki gemuk yang menyiksanya.

Tiga kali membuka mata kanannya, Liese melihat makhluk berbulu tersebut adalah serigala yang memiliki wujud manusia yaitu Werewolf. Werewolf tersebut mencakar belenggu pada kedua tangan dan kedua kakinya, sehingga Liese terjatuh kehilangan keseimbangannya.

Liese merasakan sakit di sekujur tubuhnya, mata kirinya merasa terbakar dan ia tidak bisa melihat. Kedua pundaknya terasa terbakar, kedua tangannya terasa perih dan seluruh tubuhnya penuh luka bakar serta sayatan.

Werewolf tersebut pergi ke luar dari ruangan ini dan suara kegaduhan terdengar. Beberapa menit kemudian, Werewolf itu kembali seraya membawa kemeja putih lalu memakaikannya kepada Liese.

   “Siapa ... kau ... ”

Ucap Liese dengan sisa tenaganya hingga terdengar pelan sekali. Werewolf tersebut menatapnya lalu mengerutkan dahinya serta membuka mulutnya.

   “Hanya teman barumu.”

* * * * *

Seseorang mengetuk pintu penginapan di mana Rindou menginap. Seorang pelayan perempuan agak heran karena biasanya pelanggan tinggal masuk, tetapi ada orang yang mengetuk pintu terlebih dahulu dan tidak masuk.

Ketika pelayan itu membukanya, terdapat sesosok Werewolf yang mengagetkannya dan perhatiannya teralihkan oleh perempuan dipangkuannya yang terluka di berbagai tempat.

   “Tuan Rindou akan datang, ia menyuruhku ke tempat ini dan merawat lukanya.”

Ucap Rindou, ia tidak ingin identitasnya diketahui maka dari itu ia berbohong. Ia menyerahkan Liese kepada pelayan tersebut kemudian pergi lagi untuk merubah wujudnya di suatu tempat tersembunyi.

Membutuhkan waktu cukup lama untuk menghilangkan telinga dan ekor serigala, hingga sore hari pun baru saja selesai. Ia pergi menuju penginapan, ketika pulang ia langsung mendapatkan laporan tentang seorang perempuan yang terluka telah dirawatnya.

Rindou menganggukkan kepala, ia pun diantar ke kamar perempuan yang terluka itu dirawat. Dari depan pintu, Rindou melihat sosok Liese yang berbaring dengan perban luka di mana-mana.

   “Bagaimana lukanya?”

   “Ayahku sudah sekuat tenaga merawat lukanya. Keadaannya sudah parah dan luka bakar di mata kirinya tidak bisa diselamatkan, mungkin ia tidak bisa melihat lagi dengan mata kirinya. Beberapa luka sayatan dan luka bakar lainnya sudah dirawat, tetapi keadaannya sudah ... ”

   “Begitukah ... sisanya serahkan padaku.”

Ucap Rindou, pelayan itu pergi ke bawah untuk melanjutkan pekerjaannya.

Rindou menutup pintu kamar ini, ia berjalan pelan lalu berdiri di samping kiri Liese yang tengah berbaring. Ia melirik pisau buah yang ada di atas meja, mengambilnya lalu menyayat tangannya dan meminumkan darahnya.

Kemampuan regenerasi dari Werewolf cukup bagus, apalagi ketika Rindou terluka pun perlahan-lahan luka yang ia dapatkan menutup. Setelah ia meminumkan darahnya kepada Liese, ia pergi dari tempat ini lalu memburu orang yang sudah membuat keadaan Liese seperti ini.

   “Apa yang sebenarnya terjadi, apakah Liese diincar ... ”

To Be Continued ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!