16. Keberadaannya Merupakan Kesalahan?

Para Assassin yang mengincarnya telah terbunuh, kini Rindou hanya dapat bersembunyi di balik pohon seraya membiarkan tubuhnya yang terluka akan luka dari belati dan pedang sembuh perlahan-lahan.

Rindou mengintip, ia melihat monster berukuran besar itu berjalan menjauhinya dan ia merasa terdapat di suatu penghalang yang membuatnya terisolasi dengan dunia luar. Jika dari luar penghalang, yang terlihat hanyalah hutan biasa namun dari dalam penghalang terlihat monster berukuran besar yang terselimuti oleh rambut tebal berwarna putih.

Ia segera berlari seraya mempersiapkan cakarnya yang telah terlapisi oleh sihir bertekanan tinggi. Ia tidak pernah memakai teknik ini sebelumnya, karena dapat memotong tubuh manusia hanya dengan tersentuh lapisan cakarnya yang berwarna biru keputihan akan cahaya dari sihirnya.

Rindou melompat dari atas batang pohon menuju samping monster yang berjalan dengan santainya. Ia mengayunkan kedua tangannya dengan serangan menyilang, Rindou terkejut karena serangannya tidak mempan sama sekali.

Terdapat suara bising dari samping kanannya, ia langsung mengangkat kedua tangannya untuk bertahan lalu terhempas akan tembakan peluru udara dengan kuat sampai-sampai menabrak pohon. Ia mengalami luka kejut dan perlahan-lahan turun seraya menahan rasa sakit punggung yang terbentur keras.

   “Rambutnya terlapisi sihir ... seranganku tidak akan mempan.”

Setelah memikirkan beberapa hal, tubuh Rindou kembali menjadi semula dan ia mengalami beberapa luka sayatan karena beberapa ranting pohon ketika ia terhempas menyayatnya.

Rindou menutup kedua matanya berharap monster itu pergi, lagipula ia juga tahu monster itu tidak mengincarnya dan sepertinya hanya numpang lewat dengan penghalang yang dibuat olehnya. Seraya lukanya perlahan-lahan sembuh meskipun sangat lambat, monster yang tadi cukup jauh darinya.

Namun ...

   “Rindou!?”

Liese berteriak dari kejauhan di samping kiri posisi Rindou saat ini. Ia berlari hanya dengan tujuan mencapai Rindou yang terluka dan bersandar pada pohon, Rindou hanya bisa diam karena tubuhnya masih belum dapat penuh sepenuhnya.

Sesampainya dengan napas berat, Liese langsung merangkul tubuh Rindou lalu memeriksa luka yang dia peroleh. Dia terkejut karena luka sayat yang diterima Rindou perlahan-lahan menutup dan pendarahannya sudah berhenti.

   “Apa yang terjadi denganmu!?”

Liese sangat khawatir dengan kondisi Rindou, ia mencoba memikirkan berbagai cara agar Rindou dapat pulih. Namun ... Rindou memegang tangan kanannya yang membuat semua hal yang dipikirkan olehnya menghilang begitu saja, termasuk dengan rasa khawatirnya.

   “Liese ... bawa aku ke tempat di mana kita istirahat, kita harus segera pergi dari sini.”

   “Ba-baiklah!”

Liese membantu Rindou berdiri lalu menuntunnya berjalan menuju tempat istirahat sebelumnya. Ia juga terkejut, tangan Rindou yang sebelumnya terpotong kini menyatu kembali dan apa yang ia lihat sebelumnya seperti mimpi saja.

   “Rindou ... tanganmu ... ”

   “Harvod tiba-tiba datang setelah sinyal dariku, dia bertarung melawan monster berukuran besar.”

   “Tuan Werewolf!? Jadi getaran tanah yang tadi itu disebabkan oleh monster tadi?”

   “Ya, kita harus kembali ke kota sebelum malam.”

Selama Liese menuntun Rindou, mereka berdua merasa terlepas dari sesuatu dan secara reflek menoleh ke belakang. Monster yang seharusnya ada dengan ukuran besar, kini hilang karena mereka berdua terlepas dari penghalang sihir.

   “Begitu ya ... monster yang menarik.”

* * * * *

Malam harinya, sebelumnya mereka berdua kembali ke kota dengan kondisi Rindou yang perlahan-lahan membaik. Luka sayatan yang ia terima sudah menutup namun meninggalkan bekas, kini Rindou tengah duduk di ruangan yang ia sewa untuk menginap dan Liese ada di kamar sebelah.

Rindou melatih sihir api yang ia pelajari dari Liese. Jika ia memikirkan bagaimana caranya api terbentuk, oksigen dan udara serta reaksi pembakaran. Di telapak tangannya saat ini ia dapat menghasilkan api yang ia pikirkan, akhirnya Rindou mengerti dengan dasar sihir dan tidak berbeda jauh dengan apa yang ia pelajari ketika sekolah.

Sebelum ia tidur, Rindou berniat mengunjungi kamar Liese untuk memberitahukannya akan sesuatu. Tengah malam seperti ini pastinya para tamu sudah tidur, maka ia dapat berbicara dengan Liese meskipun ada Assassin yang mengincarnya dia masih dapat mengantisipasinya.

Rindou berdiri di depan pintu kamar Liese, ia memegang gagang pintunya lalu tangan kiri mengetuk serta tangan kanan membuka pintu secara bersamaan.

   “Liese, ada yang ... ”

Mereka berdua saling berpandangan lalu terdiam cukup lama, namun Rindou tidak bergerak sama sekali dan hanya menatap Liese dengan muka yang datar.

   “Kau baru saja mandi? Akan kutunggu.”

Rindou keluar lalu menutup kembali pintu ruangan Liese. Ia memikirkan kondisi luka bakar dan sayatan pada tubuh Liese yang membekas dengan jelas. Sedangkan apa yang dipikirkan oleh Liese saat ini adalah ia bingung kenapa Rindou biasa saja setelah melihat tubuhnya yang hanya terbalutkan handuk, ia pun menyadari bahwa apa yang terjadi tadi sangat memalukan baginya.

Rindou menunggu Liese yang tengah memakai pakaiannya, beberapa menit kemudian terdapat suara Liese yang mempersilahkannya untuk masuk. Rindou membuka pintunya, ia melihat sosok Liese tengah duduk di atas kasur serta mengenakan kemeja putih serta mengenakan pakaian santai.

Rindou mengambil kursi yang ada di depan meja, ia pun duduk di atasnya seraya menghadap Liese yang duduk di atas kasur. Ketika ia melihat wajah Liese, pipinya merona kemerahan dan sepertinya dia menghindari kontak mata dengan Rindou.

   “Apa yang terjadi padamu Liese?”

   “Eh!? Kau tidak memikirkan kejadian yang tadi?”

   “Kejadian yang tadi? Ah ... sejujurnya tubuhmu itu tipe yang kusukai.”

Setelah mendengar jawaban dari Rindou, Liese merasa senang dan agak malu karena Rindou berterus terang tanpa memikirkan hal-hal ribet lainnya. Namun, Rindou tidak memikirkannya sama sekali dan hanya menguap.

   “Karena sudah larut malam akan kupersingkat. Liese, pulanglah ke Kota Morez yang merupakan kota tempatmu tinggal.”

Mendengar ucapan dari Rindou, Liese terdiam dan kebingungan akan ucapan darinya. Ia meminta penjelasannya dari Rindou, dan Rindou hanya menjawab singkat akan keselamatan dirinya jika dia terus bersamanya maka nyawa Liese dapat terancam.

   “Begitu ya ... karena aku beban bagimu ... ”

Liese tanpa sadar menangis, menutup kedua telinganya dan ia bingung akan kondisi saat ini. Rindou sangat mengerti, namun ia hanya dapat diam dan melihat ke arah lain.

Liese memikirkan berbagai cara agar ia dapat terus bersama Rindou serta dapat menemui Werewolf yang ia kagumi. Dia tidak ingin kembali ke Kota Morez bagaimana pun caranya, dan ia hanya dapat memikirkan satu hal agar dapat bersama Rindou.

   “Jika ... jika aku menjadi kekasihmu, bukankah aku dapat terus bersamamu?”

Tanya Liese dan pandangan mereka berdua saling bertemu. Rindou semakin bingung dan tanda tanya muncul di kepalanya akan ucapan Liese.

   “Meskipun kau kekasihku, aku akan tetap membuatmu tinggal di tempat aman.”

Jawaban tegas dari Rindou membuat Liese tidak berkutik, ia pun menanyakan alasan Rindou yang tidak jelas dan tidak bertele-tele agar ia mendapatkan kepastian. Rindou menghela napas, ia menoleh ke arah lain karena ia juga sedikit malu untuk mengatakannya.

   “Alasanku hanya satu ... aku lemah dan melindungi diri sendiri masih belum kuat. Aku tidak dapat melindungimu karena aku lemah, kusadari hal itu dan pilihan terbaik adalah kau kembali ke tempat yang aman.”

Ucapan dari Rindou membuat Liese teringat dengan berbagai kejadian. Apalagi ia teringat jelas ketika mereka berdua diserang oleh Assassin, hanya Rindou yang melawan mereka sedangkan Liese bersembunyi akan perintah dari Rindou.

Hanya dengan itu, Liese mengerti dengan sifat Rindou yang jalan pikirannya rumit dan entah kenapa ia malah tertawa kecil yang membuat Rindou kebingungan akan dirinya yang tiba-tiba tertawa.

Liese beranjak dari tempat duduknya, ia mengulurkan tangan kanannya lalu Ia tersenyum kecil ke arahnya. Cahaya bulan yang menerangi malam dan menembus jendela, membuat wajah Liese terlihat jelas akan senyuman manis yang ia tampakkan.

   “Terima kasih Rindou. Namun aku memutuskan untuk bersamamu, Tuan Werewolf.”

Rindou terdiam akan kata-kata yang diutarakan oleh Liese, ia mencerna setiap kata dan ia menyadari bahwa Liese sudah tahu akan jati diri dari Tuan Werewolf yang dikaguminya.

   “Sejak kapan kau tahu?”

   “Setelah kau menolongku berulang kali. Karena itu Rindou, jagalah aku mulai dari sekarang dan aku akan terus bersamamu karena hanya kau orang yang sangat kupercayai. Akan kuberikan hidupku untukmu lagipula seharusnya aku sudah mati.”

Pernyataan dari Liese sudah seperti menyatakan perasaannya. Rindou menerimanya dan ia meraih tangan Liese lalu dia beranjak dari tempat duduknya.

   “Jika kau memilih orang sepertiku maka kau akan menjadi musuh segala makhluk di dunia ini.”

   “Memangnya kenapa?”

   “Karena ... aku pengganti dari Raja Iblis.”

To Be Continue ......

Terpopuler

Comments

Ub Chueck

Ub Chueck

tetap aja beban
bangke

2020-06-22

1

Biji Saya

Biji Saya

Romancenya bikn geli gw

2020-06-12

1

KALEM DONG

KALEM DONG

Dan saat aku membaca tulisan yang tertulis diatas ada benda yang berdiri di bawah perutku....

2020-06-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!