Menguap karena dibangunkan paksa oleh Rindou. Liese masih belum mengenakan perlengkapannya sedangkan Rindou dari atas sampai bawah sudah dipenuhi berbagai macam perlengkapan hingga dia terlihat lebih gagah dari biasanya.
“Rindou ... kenapa terburu-buru?"
“Bukannya aku yang terburu-buru, lihatlah mereka.”
Jawab Rindou seraya menunjuk ke beberapa petualang yang sudah siap berangkat ke dungeon bersama party mereka. Siapa cepat, dia dapat mungkin seperti itu karena monster yang lemah baru saja lahir kembali di dungeon dan mereka dapat mencari keuntungan di situ.
“Ngomong-ngomong, kau bisa menggunakan pedang? Aku tidak pernah melihatmu menggunakan pedang sebelumnya.”
Ucap Liese seraya melihat pedang milik Rindou yang diikat di punggungnya. Rindou menjelaskan bahwa asal ayunkan saja dan mengenai musuh itu sudah cukup, memang benar apa yang dikatakan olehnya namun Liese cukup jengkel dengan jawabannya.
“Liese, kau tahu mekanisme dari dungeon?”
“Ya, dungeon memiliki beberapa lantai dan setiap memasuki lantai baru akan ada sebuah portal yang dapat membuat kita pergi ke lantai selanjutnya. Misalkan lantai pertama di padang rumput, bisa juga di lantai dua kita dipindahkan ke hutan maupun tempat lainnya.”
“Begitu ya, berarti tingkatan kekuatan monster yang akan muncul pun bertambah apalagi monster langka yang jarang diburu dan sulit dibunuh.”
“Tepat.”
Balas Liese, Rindou melihat ke samping kanannya yang merupakan sebuah toko yang menjual berbagai jenis roti. Ia pun menyuruh Liese untuk menunggu di luar, sedangkan dia masuk ke dalam membeli beberapa roti sebagai perbekalan nanti di dalam dungeon.
Liese melihat ke depan seraya berpikir nasibnya yang bahkan dirinya sendiri tidak bisa membayangkannya. Perubahan poros kehidupannya berbanding terbalik, namun ia juga yakin bahwa apa yang sudah dia lewati akan beberapa peristiwa itu membuatnya semakin berkembang.
Rindou yang baru saja keluar dari toko, melihat Liese menatap kosong ke depan dan ia memanggil namanya. Liese yang perhatiannya teralihkan langsung menatap ke arah Rindou yang membawa kantong kertas berisi roti panggang.
“Ada apa Liese?”
“Tidak ada, aku hanya melamun.”
Ia menunjukkan senyuman kecilnya yang begitu masam, Rindou membalasnya dengan senyuman kecil lalu memberinya kue isi daging yang baru saja diangkat dari panggangan.
“Terima kasih, Rindou ... ”
* * * * *
Liese dan Rindou berbaris untuk memasuki dungeon bersama para petualang yang lainnya. Ada satu petualang bertubuh besar yang menghalangi jalannya, karena kesal ia pun menendangnya hingga masuk ke dalam portal lantai pertama dungeon.
Agar tidak terpisah, Rindou meraih tangan Liese dan mereka berdua memasuki portal dungeon lantai pertama. Mereka berdua hanya melihat padang rumput membentang luas sepanjang mata memandang, beberapa petualang segera pergi menuju lantai dua karena monster di lantai pertama sudah dibabat habis.
Mau tidak mau, Rindou dan Liese segera pergi ke lantai dua lalu memasuki portal yang dapat memindahkan mereka berdua. Ketika memasukinya, tempat ini layaknya labirin ruang bawah tanah dan ruangannya gelap gulita tidak terlihat sama sekali.
Liese dan Rindou menggunakan sihir dasar dari api, sedangkan Rindou melempar bola api yang dibuat olehnya ke depan dengan kuat. Bola api tersebut menghantam tembok dan hancur akan ketebalan tembok labirin yang terbuat dari batuan susun.
”Kita ke depan sana Liese, bola api tadi menabrak dinding dan kemungkinan besar ada persimpangan di sana. Pertahankan sihirmu, aku akan membuat obor.”
Rindou menurunkan tas ransel yang ia bawa, mengeluarkan obor yang sudah ia persiapkan kemarin malam lalu membakarnya. Liese memadamkan sihir apinya dan Rindou mulai berjalan di depan diikuti oleh Liese yang ada di belakangnya.
Rindou menyusuri labirin yang cukup rumit ini, Liese merasa ada sesuatu yang menetes dan mengenai tengkuk lehernya sehingga secara reflek ia mengusapnya.
“Tunggu sebentar Rindou, bisa kau terangi bagian langit-langit?”
“Baiklah.”
Rindou mengangkat obor yang ia genggam dengan tangan kirinya. Mereka berdua dikejutkan dengan sekumpulan blob yang seluruh tubuhnya terbuat dari cairan.
Blob merupakan monster cairan yang dapat melarutkan apapun yang dia serap ke dalam tubuhnya. Tentu saja, Rindou dan Liese langsung merapal sihir api dan membakar sekumpulan blob yang menempel di langit-langit atas mereka berdua.
“Maaf Rindou, aku terlalu panik.”
“Tidak perlu minta maaf, aku juga panik karena baru melihat monster yang seperti itu.”
Mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka menyusuri labirin, di depan mata mereka terdapat pintu keluar dari labirin ini dan terdapat beberapa blob yang sudah dikalahkan oleh petualang lainnya. Terdapat sebuah portal yang sama seperti sebelumnya, mereka berdua memasuki portal tersebut untuk pindah ke lantai tiga yang merupakan lantai selanjutnya.
Lantai tiga dipenuhi dengan beberapa monster tingkat menengah. Rindou dan Liese tiba di sebuah hutan yang cukup lebat namun cahaya mentari masih dapat menembus hutan ini.
“Liese, sepertinya aku mulai mual karena lantai dungeon ini bisa berpindah-pindah.”
“Ini hal yang sudah umum bodoh, dungeon yang lain pun hampir sama dengan dungeon ini. Lebih baik kita pergi ke lantai selanjutnya, kira-kira pergi ke mana?”
“Maju sedikit lalu belok ke kanan.”
Jawab Rindou seraya berjalan, Liese cukup khawatir dengan pemandu jalan yang saat ini adalah Rindou. Ia melihat jauh ke depan dan terdapat suatu benda yang bercahaya, ia memberitahukan hal tersebut pada Rindou dan mulai berdiskusi.
Ketika Rindou memutuskan untuk pergi ke tempat yang ditujukan oleh Liese. Tiba-tiba mereka berdua dikelilingi oleh enam orang dari berbagai arah dengan persenjataan di tangan mereka.
Liese lupa, dungeon juga tempat para petualang dapat merampas barang petualang lain secara paksa tanpa diketahui oleh orang lain. Banyak kasus bahwa mereka membunuh incaran mereka, dan kini Rindou dan Liese berada di situasi tersebut.
“Pantas saja tidak ada monster satu pun, Liese ... tetapi bersamaku.”
“Ya ... ”
“Tas ranselmu sepertinya terlalu berat, tinggalkan dan kalian dapat pergi tanpa terluka.”
Ucap salah satu dari keenam orang tersebut yang memegang pedang seraya memangkunya di bahu. Kalimat yang klise, Rindou merasa tidak ada motivasi sehingga dia menyerahkan semuanya kepada Liese.
“Tu-tunggu Rindou!? Kenapa kau menyerahkan semuanya padaku!?”
“Eh? Kau bisa menanganinya, kan? Aku ini penganut derajat sesama gender, tidak ada yang namanya lady first di kamusku.”
Ucap Rindou seraya menunjukkan wajah bodohnya, ia pun pergi terlebih dahulu lalu mendorong Liese dari belakang. Keenam orang yang melihat tingkahnya kebingungan, Liese tidak punya cara lain selain dirinya yang mengalahkan keenam orang tersebut.
Langsung saja, Liese meningkatkan kemampuan fisiknya lalu bergerak sebelum keenam orang itu mengeluarkan kemampuan mereka. Ketika memukul musuhnya, Liese menciptakan ledakan api di ujung kepalan tangannya sehingga efek serangan yang diberikan lebih sakit.
Ia melakukannya berulang kali, membunuh mereka akan percuma maka dia melukai keenam orang tersebut dengan luka bakar seperti yang ia miliki saat ini. Tanpa rasa dendam, ia cukup jengkel ketika mengingat dia disiksa oleh Kepala Pelayan Keluarga Forded yaitu Kepala Pelayan di keluarganya sendiri.
Setelah selesai, ia segera mengejar Rindou yang tengah berdiri menunggunya di depan portal. Rindou tersenyum ke arahnya karena ia yakin Liese tidak selemah itu, Liese memegang tangan kanan Rindou lalu memasuki portal dungeon menuju lantai empat.
Seharusnya begitu, namun Rindou tidak tahu bahwa portal tersebut merupakan jebakan yang membuat mereka berdua langsung terlempar ke dungeon lantai sembilan yang belum pernah seorang pun menaklukan lantai ini.
Mereka berdua tidak tahu akan hal ini. Tempat ini merupakan ruangan berukuran besar dengan enam pilar batu yang menopang bagian atap. Rindou melihat-lihat ke berbagai arah, ia baru menyadari akan kejanggalan portal yang baru dimasuki olehnya.
Tiba-tiba saja, di bawah mereka terdapat tulisan yang bersinar keunguan apalagi lingkaran sihir itu berukuran besar yang membuat mereka berdua panik. Dalam sekejap, terdapat monster muncul dari atas lingkaran sihir pemanggilan tersebut.
Sosok anjing dengan tinggi delapan meter, berukuran besar dan terdapat kristal berwarna biru tumbuh di punggungnya dan dahinya. Kulitnya terlapisi rambut berwarna hitam yang mengeluarkan ekstrak mana, sehingga serangan sihir dapat ditahan meskipun sedikit.
Ya, mereka berdua terlempar ke lantai sembilan dan itu juga langsung ke bagian ruangan Boss yang belum pernah terjamah sama sekali.
Rindou dan Liese mempersiapkan diri mereka, Rindou melempar tasnya ke depan lalu mempersiapkan pedang yang ia bawa di punggungnya serta meningkatkan kemampuan fisik mereka berdua dengan sihir.
“Maaf Liese, aku terlalu ceroboh akan jebakan di depan mata.”
“Aku tidak bisa menyalahkanmu, jika aku mungkin akan melakukan hal yang sama.”
Setelah percakapan singkat mereka, Liese dan Rindou langsung menciptakan sihir bola api di tangan kanan mereka dan meluncurkannya ke wajah Boss lantai sembilan yang memiliki nama Caligula. Setelah penglihatan Caligula terganggu, Rindou dan Liese berlari menuju Caligula dari dua arah dan mempersiapkan serangan mereka.
Rindou melompat dan mengayunkan pedangnya ke bagian tangan Caligula sebelah kiri. Tidak terlalu dalam namun serangannya berefek dan ia langsung melompat ke belakang karena hampir saja ia terinjak.
Liese memfokuskan sihirnya pada kepalan tangan kanannya, ia memukul perut Caligula dari samping dengan ledakan sihir api yang memiliki efek ledakan besar. Dari kepulan asap, Liese melayang dengan dua tangan ke depan karena Caligula melancarkan serangannya berupa punggung yang ditumbuhi kristal memanjang dengan cepat dan membuat Liese terhempas.
Situasi ini membuat Rindou tidak dapat berpikir dengan tenang. Namun ada satu hal yang bisa dilakukan olehnya, Rindou melempar pedangnya dengan sangat kuat dan pedang tersebut menancap di perut Caligula yang memiliki lapisan otot cukup tebal.
Terdapat kristal yang terlempar ke arahnya, kristal tersebut merupakan pecahan yang berasal dari serangan Liese yang meledakan perut Caligula. Rindou langsung meraihnya dan ia menggunakan kemampuan yang pernah ia gunakan kepada Harvod Wolf.
“Companion : Caligula!”
To Be Continue ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments