9. Orang Yang Dikagumi

Seminggu kemudian ...

Di pagi hari yang damai, Rindou bersama dengan Liese sarapan di lantai satu. Entah kenapa, Liese mengajak Rindou untuk jalan-jalan di akhir pekan ini.

Dan pemilik penginapan pun untung banyak setelah kedatangan Rindou di penginapan miliknya. Itu tidak masalah, asalkan Liese dapat hidup sebagai penebusan dosa yang Rindou lakukan karena tidak tahu bahwa orang tuanya terbunuh.

Setelah sarapan, Liese menarik-narik lengan Rindou untuk segera pergi ke kota. Tetapi, Rindou cukup khawatir karena bekas lukanya masih terlihat jelas dan mungkin saja membuatnya pesimis akan keadaan tubuhnya saat ini.

Tetapi, Rindou melihat wajah bahagianya ketika ia menarik lengannya untuk segera pergi mengelilingi Kota Morez. Rindou mengenakan pakaian yang biasa ia kenakan, setiap ia berubah menjadi Werewolf maka pakaian dan sepatunya harus diambil kembali.

Liese mengenakan kemeja hitam, rok merah yang sebelumnya ia gunakan ketika pertama kali bertemu dengan Rindou. Mata kirinya disembunyikan dengan poninya, luka bakarnya masih sedikit kelihatan di wajahnya.

Dan luka bakar yang ada di tangannya tentunya disembunyikan oleh kemeja hitam lengan panjang dan memakai sarung tangan hitam. Meski itu usulan Rindou, Liese tetap menuruti usulan darinya.

Ke mana pun Liese pergi, Rindou selalu ditarik lengannya untuk ikut bersamanya. Tentunya Rindou yang membayar semuanya, sultan mah bebas.

Ketika mereka melewati suatu toko pakaian, Rindou teringat dengan luka bakar yang ada di wajahnya dan mata kirinya tidak bisa melihat lagi. Untuk kali ini, pertama kalinya lengan Liese ditarik oleh Rindou lalu memasuki toko pakaian tersebut.

Mereka disambut oleh seorang perempuan yang menjadi pegawai toko. Rindou membisikkan beberapa barang yang ia minta, pegawai tersebut segera mencari barang yang diminta oleh Rindou.

Rindou mempersilahkan Liese untuk melihat-lihat pakaian yang dipajang di toko ini. Sedangkan dirinya duduk bersantai di ruang tunggu, memandangi sosok perempuan yang tengah mencari pakaian cocok dengannya.

Beberapa menit kemudian, Liese datang menghampirinya lalu memperlihatkan mantle hitam dan pakaian hitam. Ia meminta pendapat Rindou tentang pakaian yang dipilih olehnya.

   “Keduanya sama-sama bagus, tetapi kau tidak keberatan dengan warna hitam?”

   “Tentu ... karena ... aku mengagumi sosok Tuan Werewolf yang menyelamatkanku. Rambut hitamnya selalu teringat, layaknya rambutmu saat ini.”

   “Begitukah, sudah seminggu ini dia tidak menepati janjinya untuk menemui. Baiklah, coba kau berdandan agar penampilanmu sempurna ketika bertemu dengan Tuan Werewolf. Ah! Bagaimana kalau aku mengajaknya makan malam nanti?”

   “Eh!? Aku dapat bertemu dengan Tuan Werewolf?”

   “Tentu saja.”

Jawaban dari Rindou disertai senyuman kecilnya membuat Liese senang. Ia memiliki rencana agar Liese dapat bertemu dengan Werewolf yang merupakan wujudnya yang lain ketika menggunakan kemampuan Companion.

Beberapa menit kemudian, pegawai toko yang sebelumnya diminta oleh Rindou menghampirinya seraya membawa barang yang diminta olehnya.

Setelah ia menerima pesanannya, Rindou memanggil Liese yang tengah mencari pakaian yang cocok untuknya. Liese yang mendengar namanya dipanggil, menghampiri Rindou yang tengah duduk.

   “Ada apa Rindou?”

   “Ini hadiah dariku, jika kau mau memakainya ... ”

Rindou mengulurkan tangannya, ia menunjukkan sebuah penutup mata berwarna hitam. Liese terpaku kepada penutup mata tersebut yang memiliki warna hitam, ia pun menerimanya lalu berbalik badan kemudian memakainya.

Setelah mengenakan penutup mata tersebut, ia pun berbalik badan lalu menunjukkannya kepada Rindou yang tengah memperhatikannya dengan seksama. Ia pikir penutup mata yang diberikannya kepada Liese memang cocok, keren dan manis kini bercampur di penampilan Liese.

Setelah itu, Liese membeli beberapa pakaian untuk dikenakannya sebagai pakaian sehari-hari. Liese terlihat senang karena nanti malam ia akan bertemu seseorang yaitu Werewolf yang telah menyelamatkannya.

Mereka berdua pulang menuju penginapan, rumah Keluarga Forded saat ini tengah dikosongkan karena Liese lah yang memintanya sendiri.

Tanpa sadar, Rindou dan Liese melewati suatu tempat yang di mana tempat tersebut merupakan pelelangan budak dan orang tuanya terbunuh di tempat tersebut.

Rindou menghentikan langkah kakinya karena Liese terdiam melihat tempat tersebut. Burung-burung yang ada di sekitar berterbangan,  Liese menatap langit lalu mengangkat tangannya.

“Mereka semua telah pergi ... ”

Ucap Liese seraya menatap ke atas langit, Rindou mengerti bahwa semua yang telah pergi bukanlah para burung yang berterbangan. Melainkan keluarganya sendiri yang telah pergi terlebih dahulu, namun ia juga senang dapat menghentikan perbuatan buruk mereka.

   “Kita pulang ... Liese.”

* * * * *

   “Rindou, bagaimana menurutmu dengan penampilanku? Tidak aneh, kan?”

Tanya Liese seraya memperlihatkan pakaian yang ia kenakan, lagi pula pakaiannya sama persis dengan yang sebelumnya ia pakai. Rindou hanya menganggukkan kepala yang tengah duduk di atas kasur seraya melihat tingkah Liese yang risau, namun Rindou lebih kesal karena Liese tidak mau pergi dari ruangannya.

   “Apakah aku harus menggantinya?”

   “Entahlah.”

   “Bagaimana dengan wajahku?”

   “Cantik seperti biasa.”

   “Apakah penampilanku sempurna?”

   “Amat sempurna tiada celah. Sekarang, pergilah dari sini.”

Rindou beranjak dari tempat duduknya, ia menarik kerah kemeja Liese lalu menendangnya dari kamarnya. Dengan segera, Rindou mengunci pintunya kemudian Liese menggedor-gedor pintu kamarnya.

   “Kejam sekali, padahal aku hanya ingin meminta pendapatmu yang dekat dengan Tuan Werewolf.”

   “Berisik! Percaya diri saja!”

   “Tapi aku masih belum yakin dengan penampilanku.”

   “Siapa yang peduli dengan itu!”

   “Rindou! Kau sama sekali tidak mengerti dengan perasaan seorang perempuan!”

   “Bodo amat!”

Baru kali ini, Rindou ngegas hanya karena permasalahan sepele ini.

   “Cepatlah turun, sebentar lagi dia datang.”

Ucap Rindou dengan pelan seraya membelakangi pintu, ia segera mengganti celana yang ia pakai dengan celana panjang berwarna abu dengan gaya yang ada di dunia ini. Ia pun melepas bajunya lalu merubah wujudnya menjadi seorang Werewolf dan menutupi tubuhnya dengan jubah robek.

   “Baiklah, terima kasih Rindou karena telah mendengarkan perkataan gadis egois yang sepertiku ini.”

Setelah mengatakan itu, Liese pergi dari depan pintu menuju lantai bawah yang sudah dibersihkan sampai bersih mengkilap dan malam ini merupakan malam yang spesial baginya.

Malam hari di mana Rindou menepati janjinya kepada Liese. Ia menyewa seluruh tempat yang ada di penginapan yang ia tinggali, hanya untuk malam ini saja.

Di ruang depan, terdapat meja berbentuk lingkaran dengan dua kursi yang saling berhadapan. Di atas meja tersebut sudah tertata rapi akan alat makan dan sebuah lilin yang menyala, kini Liese duduk menunggu kedatangan seseorang yang dia tunggu.

Tiga menit kemudian, terdapat seseorang yang mengetuk pintu penginapan kemudian pelayan perempuan yang ada di penginapan ini membuka pintu tersebut. Terdapat seorang Werewolf yang tubuhnya tertutupi dengan jubah hitam yang sudah robek.

   “Apakah anda teman dari Tuan Rindou?”

   “Ya, ia menyuruhku ke tempat ini.”

Jawab Rindou akan pertanyaan dari pelayan perempuan tersebut. Ia melangkahkan kakinya memasuki penginapan, Liese menatap sosok Werewolf tersebut yang tengah melepaskan jubah robek miliknya. Sosoknya mengenakan celana hitam dengan jubah yang diikat di pinggangnya.

Ia menghampiri Liese kemudian memberi hormat dengan cara membungkukkan badan sedikit dan tangan kanan menyentuh dada akan bentuk penghormatan.

   “Selamat malam Nona Liese, aku telah diundang oleh temanku Rindou untuk menikmati makan malam ini.”

Suara Rindou terdengar sedikit serak dan berat, suaranya cukup berbeda jauh dengan wujud manusianya.

   “I-iya! Si-silahkan duduk ... ”

Liese menjawabnya dengan tergesa-gesa dan ia gugup karena Tuan Werewolf yang ia dambakan sudah ada di depan matanya. Rindou duduk di kursi yang kosong, pemilik penginapan datang seraya membawa masakan yang berkualitas tinggi karena diminta oleh Rindou.

Ia juga berpenampilan super maksimal, semua ini dibayar oleh Rindou dengan harga lima belas Tyis emas. Ia menghidangkan daging bakar berkualitas tinggi, tapi Rindou menganggap mau daging berkualitas tinggi mau rendah pasti rasanya sama.

   “Silahkan dinikmati.”

Pemilik penginapan pergi menuju dapur. Rindou mempersilahkan Liese untuk menyantap masakan yang telah dihidangkan, namun ia masih gugup hingga memegang sendok pun bergeming.

   “Kau tidak apa?”

   “Te-tenang saja! Tu-tuan Werewolf pun nikmati hi-hidangannya.”

Masih saja gugup, Rindou menatap Liese yang bertingkah seperti tidak biasanya. Lalu Liese, ia merasa dirinya ditatap dengan tajam oleh Tuan Werewolf dan ia juga merasa telah membuat Tuan Werewolf marah.

Tanpa disadarinya, Rindou berdiri lalu mengelus-elus kepala Liese dengan lembut. Kedua mata Liese terbuka lebar, ia tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi saat ini.

   “Pasti sakit Nona Liese, kau telah menerima semua rasa sakit itu. Hingga kini ... penglihatanmu pun diambil. Pasti sakit ... ”

Hanya dengan ucapan dari Rindou, Liese menitikkan air mata tanpa disadarinya. Ucapan bermakna dari Rindou disertai dengan senyuman kecilnya membuat Liese menundukkan kepala lalu mengucek matanya.

   “Terima kasih ... Tuan Werewolf.”

Malam yang bahagia bagi Liese. Mereka berdua menikmati makan malam bersama yang telah ditunggu-tunggu oleh Liese. Mereka berdua pun membicarakan Rindou, meskipun Rindou sendiri yang merupakan Werewolf tersebut.

Ia pun menjelaskan bahwa dialah pelaku yang membunuh Kepala Pelayan serta Adiknya. Ia tidak memberitahu akan dirinya yang merupakan pelaku utama serta tentang para bangsawan yang dibunuh oleh para budak, saat itu juga kedua orang tuanya.

Tetapi, Liese juga merasa lega karena perbuatan kejam orang tuanya adalah menyiksa para budak. Sehingga, Liese pergi dari rumah Keluarga Forded hingga beranjak dewasa. Dan kini, mendengar orang tuanya meninggal ketika peristiwa para bangsawan dibunuh maka mau tidak mau dia harus kembali ke Kerajaan Morez.

   “Tuan Werewolf, ada yang ingin kukatakan padamu.”

   “Apa itu?”

Tanya Rindou, Liese menunjukkan senyuman kecilnya dan membuat Rindou terpana akan wajahnya yang menunjukkan senyuman tulus bahagianya.

   “Terima kasih.”

Terpopuler

Comments

Tong

Tong

Knp kalo cerita dunia lain harus banget kayak terikat gitu sama wanita

2020-10-26

0

KALEM DONG

KALEM DONG

Sama sama

2020-06-07

2

しど小泉

しど小泉

authornya pengertian sekali langsung update

2020-01-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!