Esok harinya, dua bangsawan yang dibunuh oleh Rindou ditemukan di ruangannya sendiri karena kehabisan darah. Kematian dua bangsawan tersebut membuat gempar Kota Yuvin, bahkan anggota keluarga dari dua keluarga bangsawan tersebut membuat quest untuk mencari pelaku dan membunuhnya.
Pelaku yang membunuh dua bangsawan itu masih belum diketahui bagaimana wujudnya. Hanya segelintir orang yang tahu yaitu salah seorang bangsawan yang memberikan Rindou sebuah peta serta Bangsawan yang bernama Viens.
Kekosongan kepala keluarga membuat sisa anggota keluarga panik dan mulai merundingkan penerusnya. Sisa bangsawan yang ada di Kota Yuvin memperkuat penjagaannya, kini ... pelaku yang membunuh dua bangsawan itu mendapatkan harga buronan lima puluh Tyis emas yang membuat siapapun kaya mendadak.
Liese yang telah bangun terlebih dahulu, membangunkan Rindou yang tidur di kamar sebelah. Menggoyang-goyangkan tubuhnya agar Rindou bangun, Liese khawatir jika saja pelaku utamanya adalah Tuan Werewolf.
“Liese ... ada apa?”
“Bangun Rindou! Dua bangsawan telah dibunuh dan mungkin saja pelakunya Tuan Werewolf!”
Liese heboh sendiri, namun Rindou terdiam sebentar seraya berpikir dengan apa yang dikatakan oleh Liese. Ia mengerti bahwa kemarin malam dia membunuh dua bangsawan tersebut, Rindou menarik selimut kembali lalu menutupi tubuhnya.
“Bukan urusanku, bangunkan aku sepuluh menit lagi.”
Memang benar dengan yang dikatakannya, Rindou tidak ada urusannya dengan hal tersebut dan Liese paham akan itu. Ia menghela napas panjang, kembali ke ruangannya untuk membereskan barang bawaannya untuk melanjutkan perjalanannya bersama Rindou.
* * * * *
Menguap seraya menutupinya dengan tangan kanan, Rindou kurang tidur karena kemarin malam ia tidak bisa membunuh para bangsawan sekaligus dalam semalam. Kekuatannya masih kurang, ia berniat untuk melatih dirinya lagi dan mendapatkan kekuatan yang baru.
Liese yang melihat Rindou menguap dan kantung matanya menebal, ia penasaran apakah Rindou tidak tidur nyenyak kemarin malam. Dan ia menyadari bahwa kemungkinan besar Rindou terlibat dengan dua bangsawan yang dibunuh.
“Rindou, kemarin malam aku mengunjungi kamarmu tetapi tidak ada jawaban. Apa kau sudah tidur waktu itu?”
“Eh? Benarkah? Maaf, aku tidak tahu sama sekali.”
Jawab Rindou atas pertanyaan dari Liese. Ia menggendong kantong yang di dalamnya berisi jantung dan tanduk rusa serta ia membawa tombak yang diambilnya ketika berbicara dengan Viens kemarin malam.
“Tombak trisula ... dari mana kau dapat itu?”
Tanya Liese seraya menunjuk tombak yang dibawa Rindou menggunakan tangan kirinya. Rindou menghindari pertanyaan Liese dengan jawaban logis bahwa ia mendapatkan tombak itu dari seseorang. Lalu, Liese menanyakan tujuan selanjutnya kepada Rindou yang kini mereka berdua tengah berjalan di jalanan kota ramai.
Rindou sudah memutuskan ke mana tujuan selanjutnya. Ia berniat untuk mencari tahu lebih tentang tiga pusaka yang ia dapatkan, apalagi tanduk rusa yang dibawa membuat Rindou harus pergi ke suatu tempat bagaimana pun caranya.
“Liese, kita ke Guild petualang.”
“Guild? Untuk apa? Apa kau ingin menjadi seorang petualang?”
“Tidak mungkin, ada yang ingin kucari tahu.”
* * * * * *
Rindou dan Liese sampai ke tempat yang menjadi tujuannya, Guild para petualang. Ketika Rindou memasuki Guild, tempat ini dipenuhi oleh orang-orang yang menghabiskan waktunya untuk mengalahkan monster dan menjadi lebih kuat dengan pengalaman yang didapatkan.
Rindou bergegas pergi menuju resepsionis dan diikuti oleh Liese yang tiba-tiba saja Rindou pergi begitu saja tanpa ia sadari. Rindou meminta informasi mengenai monster yang berkeliaran di sekitar Kota Yuvin ini, ia diberi empat lembar quest yang berisikan monster buruan.
Quest kesatu, berisikan monster yang ada di gunung dan kemungkinan besar bisa jadi seekor naga. Tidak ada yang ingin mengambil risiko, kecuali seorang pahlawan yang bisa membunuhnya.
Quest kedua, berisikan monster yang mengganggu pertanian warga di sekitar hulu sungai dan di tempat tersebut merupakan desa. Tertulis bahwa monster tersebut adalah Orc, Goblin, serta pemimpin mereka yaitu Mega Goblin yang tingkatannya lebih tinggi dari Goblin biasa.
Quest Ketiga, berisikan penghuni hutan sebelah selatan Kota Yuvin. Tertulis bahwa terdapat seorang warga yang pernah melihat seekor monster besar berkaki empat yang menghuni hutan tersebut, ada juga bukti-buktinya seperti jejak kaki yang ditinggalkannya.
Quest keempat, berisikan perburuan seekor monster yang telah membunuh dua Kepala Keluarga Bangsawan di Kota Yuvin ini. Sosoknya berbulu dan berwarna hitam layaknya kegelapan malam, memiliki senjata berupa cakar tajam yang dapat menyayat daging dengan mudahnya.
“Rindou, quest ini mirip karakteristiknya seperti Tuan Werewolf. Apakah dia memang membunuh dua orang itu?”
“Aku tidak tahu, tetapi tujuan selanjutnya sudah jelas. Kita pergi sekarang untuk berburu.”
Ucap Rindou lalu pergi begitu saja meskipun Liese masih memikirkan quest keempat yang ada hubungannya dengan Tuan Werewolf. Liese segera mengejarnya yang seenak jidatnya pergi ke sana kemari.
“Apa kau benar-benar mau menyelesaikan salah satu quest tadi? Kau ini bukan seorang petualang.”
“Aku hanya ingin memastikannya, ngomong-ngomong ... untuk sekarang aku tidak bisa melindungimu. Kemungkinan besar kau dapat mati jika terus mengikutiku.”
“Ah!? Jangan-jangan kau ingin bertemu dengan Tuan Werewolf!?”
“Dengarkan ucapanku dengan jelas, bodoh.”
* * * * *
Rindou membawa beberapa perbekalan berupa potion pemulih serta pedang satu tangan dan dua belati yang ditempatkan pada sabuk tambahan di pinggangnya. Mereka berdua pergi ke dalam hutan yang tidak terlalu lebat, lagi pula setelah hutan ini terdapat pegunungan yang menjulang.
Membawa Liese sepertinya menjadi beban bagi Rindou, ia tidak bisa bergerak leluasa jika ada dirinya. Tetapi karena Liese tetap memaksa, Rindou tidak punya cara lain selain membawanya meskipun ia bimbang untuk melindunginya.
Mereka berdua menemui sebuah tebing di perjalanannya dengan tinggi sepuluh meter dan bebatuannya tidak beraturan. Rindou memutuskan untuk istirahat sejenak di bawah tebing ini, Liese pun terlihat sudah kelelahan karena ia mengikuti kecepatan Rindou yang lebih dari biasanya.
“Liese, ambil ini.”
Ucap Rindou seraya melempar sepotong roti kepada Liese yang berasal dari kantongnya. Liese menangkapnya, namun penglihatannya yang tidak terlalu jelas apalagi dengan satu mata membuat akurasi tangkapannya meleset dan membuat roti yang dilempar Rindou terjatuh ke permukaan tanah.
“Maaf Rindou.”
Ucap Liese seraya memegangi mata kirinya yang tertutupi oleh penutup mata. Rindou menghela napas, ia menghampiri Liese lalu mengambil roti yang jatuh dan memberikan sepotong roti yang baru kepadanya.
“Santai saja, itu bukan salahmu.”
Ucap Rindou seraya berdiri di hadapan Liese yang duduk di atas bongkahan batu. Mereka berdua saling bertatapan, Rindou memakan roti yang sudah jatuh ke tanah dan masa bodoh dengan Liese yang tiba-tiba panik.
“Tu-tunggu Rindou! Buang roti yang sudah kotor itu!”
“Kenapa? Membuang-buang makanan sama saja dengan tidak menghargai orang yang membuatnya.”
Setelah mengucapkannya, Rindou langsung saja menghabiskan sepotong roti tersebut lalu kembali duduk dan meminum air pada wadah yang dapat diisi ulang layaknya botol minum. Seraya menunggu Liese menyelesaikan makan siangnya, Rindou memikirkan rute yang dilaluinya untuk menemukan keberadaan monster yang ia cari.
Jika dia berjalan lebih jauh lagi maka ia akan menemui pegunungan, makhluk besar yang menghuni hutan ini masih belum ia temui. Di hutan ini pun hanya berisikan monster tingkat rendah dan tingkat menengah yang cukup langka ditemui.
Mungkin saja penghuni hutan ini merupakan monster yang bersifat nokturnal. Bisa saja terjadi, Rindou memutuskan untuk bermalam di tempat ini untuk menunggu malam tiba.
“Liese, kita bermalam di si—”
Ketika Rindou mengangkat tangan kirinya, tiba-tiba saja darah muncrat dan tanpa diketahuinya tangan kirinya terpotong dengan sekejap. Sakit yang ia rasakan membuat wajahnya masam dan niat pembunuh yang dirasakan olehnya dari berbagai arah tertuju padanya.
“Liese! Berlindung!”
Seru Rindou, ia menyadari serangan yang dilancarkan oleh musuh mengincarnya dan Liese. Berlari dengan segenap tenaga dengan tangan yang terpotong mengeluarkan darah segar, Liese yang tidak tahu apapun tiba-tiba saja ditendang oleh Rindou.
Waktu terasa sedikit lambat yang dirasakan oleh Liese, ia melihat kilatan cahaya melewati wajahnya dan pohon kecil yang terkena kilatan cahaya tersebut terpotong rapi. Ia langsung paham dengan keadaannya, Rindou bertekuk lutut seraya memegangi tangan kirinya dengan rasa sakit yang amat hingga membuatnya menangis.
Ia menyuruh Liese untuk segera lari dan mencari tempat yang aman. Sedangkan dirinya sendiri mengambil potion pemulih dari dalam ransel seraya membawa tangan kirinya yang terpotong.
Rindou berlindung dari balik pohon seraya meminum potion pemulih dan menyambungkan kembali lengannya dengan kekuatan regenerasi Harvod Wolf. Dalam wujud manusia ini, kekuatan regenerasinya tidak terlalu cepat namun tangan yang terpotong datang tersambung kembali.
Seraya menyembuhkan tangannya, Rindou mengetahui jumlah musuh yang mengincarnya. Sekitar lima orang dengan keahlian berupa Assassin, apalagi salah satunya memiliki sihir pemotong yang merepotkan baginya.
Liese yang lari setelah disuruh oleh Rindou menemukan sebuah pohon besar yang bagian bawah akarnya terbuka dan dapat dimasuki. Ia masuk ke dalam dan bersembunyi, Liese menyadari bahwa ia akan menjadi beban bagi Rindou setelah melihat kenyataannya dengan tangan Rindou yang terpotong.
Setelah melacak aroma Liese yang diingat betul oleh Rindou. Melepas pakaiannya dan langsung saja ia menggunakan kemampuannya dan wujudnya berubah menjadi seorang Werewolf. Ia bergerak dengan cepat ditambah sihir penguat fisik, serangan pemotong berupa sihir angin yang dilancarkan oleh musuh ia hindari dengan pergerakan lompatan ke berbagai tempat.
Cara bersembunyi lima Assassin tersebut membuat Rindou kewalahan. Ia menggunakan Howling, raungannya membuat dua Assassin yang bersembunyi dari balik semak-semak dan pohon kecil terkena gangguan pendengaran serta rasa kejut.
Ia langsung bergerak cepat lalu membunuh dua Assassin tersebut dan salah satunya terpenggal kepalanya. Tersisa tiga Assassin lagi, Rindou mengatur napasnya terlebih dahulu lalu mencari bau yang sama seperti rekannya yang baru saja ia bunuh.
Dua di antaranya menggunakan skill Stealth dan Silent. Sedangkan satunya lagi merapal sihir serangan, mereka bertiga bersembunyi di atas pohon yang jaraknya tidak jauh dari Rindou. Setelah ia mencari waktu yang pas untuk menyerang, pergerakannya terhenti oleh kehadiran kuat yang ada di sekitarnya.
Tanah bergetar hanya dengan langkahnya, Rindou menelan ludah dan ia merasakan ancaman dari keberadaan yang kuat tersebut. Tiba-tiba saja, terdapat sebilah tanah berbentuk tombak menancap dada salah satu Assassin yang bersembunyi dan terjatuh dari atas pohon.
Ketika sosoknya dapat ia lihat dengan jelas, monster berukuran besar yang dirumorkan dan dicari olehnya telah muncul dengan keadaan yang runyam.
Kini dua kondisi ini membuat Rindou terjepit. Sosoknya yang merupakan Werewolf sudah diketahui oleh orang yang mengincarnya, satu lagi kehadiran monster berukuran besar yang tiba-tiba muncul membuatnya kehabisan cara untuk ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Biji Saya
minta nomor Wanya bro
2020-06-12
1
SemaTei
ya ampun, gw pengen update aja nunggu tiga hari lebih
2020-01-13
0
Wagahai Neko
Ora Update Ora Uwu
2020-01-11
1