17. Mungkin Penyebabnya?

   “Woi goblok! Bantu!”

Seorang pemuda pemegang pedang yang berhadapan dengan goblin dilengkapi dengan belati. Dia kesulitan hanya membunuh satu goblin saja, apalagi tersisa empat lagi yang dia hadapi.

Satu party petualang pemula ini tidak tahu betapa menakutkannya para goblin. Bagi pemula mungkin apa yang dipikirkan oleh mereka adalah membunuh goblin yang lemah dari mereka pastinya gampang, namun beda lagi jika diri sendiri dibutakan oleh pemikiran seperti itu.

   “Ma-maaf!”

Seorang penyihir perempuan yang berada di garis belakang menyerang dengan sihir bola api dan diluncurkan ke satu goblin yang dihadapi. Namun serangannya tidak terlalu kuat dan hanya membakar sebagian tangan goblin tersebut.

Mereka berniat kabur, namun seorang pemuda lainnya yang menjadi tank terluka cukup parah dan dia tengah disembuhkan oleh healer di garis belakang.

   “Sialan, mereka tidak berguna sama sekali.”

Pikir pemuda yang tengah menghalau beberapa goblin. Dia bersusah payah mengarahkan pedangnya agar para goblin takut, namun ia juga takut jika saja ia mati konyol oleh goblin yang dianggapnya lemah.

Terdapat dua manusia, yang satunya perempuan dan yang satunya lagi laki-laki. Mereka berdua kembali dari hutan seraya merasa kecewa akan suatu hal, apalagi yang laki-laki tengah memikirkan sesuatu dengan dalam.

   “Dua orang itu sepertinya kuat apalagi datang dari arah hutan.”

Pikir pemuda pemegang pedang ini, ia pun berteriak meminta tolong kepada dua orang yang datang dari arah hutan hingga para goblin langsung menoleh ke belakang dan menyadari dua sosok manusia menghampiri mereka.

   “Rindou, sepertinya mereka kesulitan melawan beberapa goblin itu. Aku akan membantunya.”

   “Goblin?”

Tanya Rindou seraya melihat sosok kerdil berwarna hijau dengan persenjataan yang dapat membunuh manusia dengan mudah. Rindou membuang napasnya, ia menghentikan Liese yang tengah merapal sihir dan ia menyuruh Liese untuk diam dan melihat saja.

Rindou berjalan dengan santainya, para goblin kini terfokus kepada sosok yang berjalan menghampiri mereka. Mereka semua mengangkat senjata mereka, kini satu orang melawan beberapa goblin.

   “Berlutut.”

Hanya dengan ucapan itu, para goblin terlibat ketakutan dan mereka langsung menuruti perkataan Rindou. Setelah itu, Rindou memerintahkan mereka untuk pergi dari sini sebelum terbunuh olehnya.

Party yang melihat kejadian tadi terbingungkan, mereka pikir Rindou dapat mengendalikan goblin dan derajat Rindou langsung naik drastis. Liese tahu kenapa Rindou dapat memerintah para goblin, karena dia adalah utusan Raja Iblis yang dipanggil dari dunia lain maka sisa aura dan keberadaan Raja Iblis tertinggal di tubuh Rindou.

Bisa dibilang, Rindou saat ini adalah bayangan dari Raja Iblis sendiri.

Setelah itu, Rindou memanggil Liese lalu mereka pergi menuju arah di mana Kota Benteng Yuvin berada. Mereka pergi begitu saja, party pemula tadi berterima kasih kepada Rindou meskipun dia menghiraukannya.

   “Kau dapat mengendalikan para goblin. Bukankah kekuatanmu meningkat?”

   “Entahlah, kekuatanku yang sebenarnya masih belum kuketahui. Lagipula Raja Iblis lenyap begitu saja setelah memanggilku.”

   “Mungkin ada penyebabnya, sebelum kau dipanggil ke dunia ini apa yang kau lakukan di dunia yang sebelumnya?”

   “Dunia sebelumnya? Saat itu aku sedang di kamar lalu melepas bajuku. Sebelum mandi, aku berniat untuk push up beberapa dan tiba-tiba saja aku pindah tempat yang berupa gua. Saat pertama kali itu sulit, datang ke dunia ini hanya dengan celana hitam tanpa pakaian sama sekali memang mengesankan.”

* * * * *

Rindou dan Liese yang baru saja pulang dari hutan mencari-cari keberadaan monster berukuran besar sebelumnya. Namun hasilnya nihil, mereka berdua kembali karena kesempatan tidak akan datang dua kali.

Kini mereka berdua duduk di pinggir jalan seraya menikmati hidangan makan siang yang dipesan di pedagang kaki lima. Beberapa daging dan sayuran yang dijadikan sate, bisa dikatakan makanan pinggir jalan ini harga murah rasa bintang lima.

   “Rindou, setelah ini kau berniat pergi ke mana?”

Tanya Liese seraya menoleh ke samping kanannya yang terdapat Rindou tengah minum. Setelah dia minum, Rindou menjelaskan rencana selanjutnya yang merupakan mengunjungi salah satu bangsawan yang ada di Kota Benteng Yuvin ini.

   “Jangan-jangan ... kau akan membunuhnya?”

Tanya Liese dengan menunjukkan wajah kecutnya, Rindou menyangkal pertanyaannya. Namun, dia juga memiliki pemikiran untuk membunuh bangsawan yang tersisa di Kota Yuvin ini.

   “Ngomong-ngomong Liese, kenapa kau merapal sihir ketika akan menggunakannya?”

   “Eh? Tentu saja untuk melancarkan sihir yang akan digunakan. Ketika kita mengucapkannya maka bayangan sihir yang akan digunakan semakin kuat.”

   “Begitu ya, tetapi ... ”

Rindou menunjukkan telapak tangan kanannya di depan Liese, ia menciptakan bola api tanpa ada rapalan sama sekali dan tentunya membuat Liese terkejut apalagi api yang dibuat olehnya terlihat hitam bukan merah lagi.

   “Jangan-jangan ... ini kekuatanmu yang sebenarnya?”

   “Bukan bodoh, lihat baik-baik.”

Rindou masih mempertahankan bola api yang ada di tangannya, perlahan-lahan api yang berwarna hitam tersebut berubah menjadi api berwarna merah pada umumnya.

   “Begitulah, kau mengerti?”

   “Apanya? Kau hanya menunjukkan penciptaan api.”

   “Maksudku penggunaan sihir yang lebih efektif. Jika kita membayangkannya saja tidak akan terlalu kuat, tetapi beda lagi ceritanya jika kita tahu proses pembuatan api yang sebenarnya.”

Setelah menjelaskannya secara singkat, Rindou melenyapkan bola api yang ada di telapak tangannya lalu beranjak dari tempat duduknya. Ia pergi terlebih dahulu meskipun makan siangnya belum dia habiskan sepenuhnya, Liese yang sayang makanan pun dia ambil bagian Rindou lalu cepat-cepat pergi mengejar Rindou.

Setelah berjalan cukup lama, Rindou dan Liese berdiri di depan gerbang sebuah rumah megah dan mewah dengan halaman yang luas. Di depan gerbang ini terdapat dua penjaga yang berjaga, Rindou beralasan bahwa dia adalah pembawa pesan dari Kota Morez.

Pembantu yang sedang melakukan pembersihan di halaman, disuruh oleh salah satu penjaga yang tadi untuk memberitahu kepada bangsawan yang ada di rumah ini.

Liese sendiri tidak tahu siapa bangsawan yang akan dikunjunginya. Setelah menunggu cukup lama akan konfirmasi dari dalam, akhirnya pembantu tadi kembali dan menyuruh dua penjaga itu membawa Liese dan Rindou untuk menghadap Tuan mereka.

Rindou dan Liese di bawa ke lantai atas, mereka berdua dihadapkan dengan sebuah pintu yang terbuka dan terdapat sesosok laki-laki yang tengah mengurus beberapa lembar dokumen di meja kerjanya. Dua penjaga itu mempersilahkan masuk, lalu berjaga di depan pintu sebagai pengawas dan penjaga tuan mereka.

Kedatangan mereka berdua dipersilahkan oleh bangsawan yang tengah duduk kini mempersilah Rindou duduk di atas sofa terlapisi kulit hewan dan beberapa bulu sebagai lapisan atasnya. Satu pembantu datang membawakan minuman dan teh dan menyuguhi Rindou serta Liese.

   “Aku dengar kalian berdua dari Kota Morez, apakah ada sesuatu untukku?”

Tanpa basa-basi, bangsawan tersebut langsung menanyakan inti dari permasalahannya. Rindou melirik ke arah Liese yang tengah mengambil cangkir teh, sepertinya dia tidak bisa mengharapkan Liese yang sudah dicekoki teh apalagi dia dulunya mantan bangsawan.

   “Aku ingin mengatakannya tetapi ... ”

Rindou melakukan kontak mata yang merupakan permintaannya agar dua penjaga yang berjaga keluar dari ruangan ini. Tentunya mereka keluar setelah diperintahkan, setelah dua penjaga itu keluar dan pembantunya pergi tiba-tiba saja Rindou melepas pakaiannya.

   “A-apa yang kau lakukan?”

   “Lihat saja.”

Jawab Rindou, dia beranjak dari sofa lalu menghampiri jendela yang sebelumnya dia pecahkan. Ya ... bangsawan yang kini dikunjunginya adalah Viens, bangsawan yang tidak dibunuh olehnya karena beberapa alasan.

Setelah dia mendekati jendela, sosok Rindou kini berubah menjadi seorang Werewolf dan Viens menyadari bahwa sosok Werewolf yang ada di hadapannya saat ini adalah sosok yang mendatanginya ketika larut malam.

   “Kau Harvod Werewolf, ada urusan apa denganku?”

Tanya Viens dengan keringat yang tiba-tiba turun dari pelipisnya, ia tidak menyangka dapat bertemu lagi apalagi didampingi dengan seorang perempuan yang memiliki bekas luka di wajahnya apalagi dengan penutup mata yang mencolok.

Rindou merubah kembali wujudnya menjadi semula, namun menyisakan ekor dan telinga serigala karena efek perubahan yang dihasilkan terlalu cepat. Liese yang melihat sosok Rindou saat ini terkejut, karena dia dapat melihat sosok Rindou dalam bentuk Demi-Human serigala yang semakin imut di matanya.

   “Langsung saja pada intinya, Viens ... aku ingin informasi mengenai sosok monster besar yang ada di hutan Kota Benteng Yuvin ini.”

   “Sosok monster besar? Apa kau bicara tentang rumor makhluk berukuran besar yang dapat menghilang begitu saja?”

Tanya Viens, Rindou menganggukkan kepala lalu berjalan ke arah mereka berdua dan kembali duduk untuk melanjutkan pembicaraannya lalu mengenakan kembali pakaiannya.

   “Karena aku tidak memiliki kekuasaan di Guild tetapi aku mengetahui beberapa informasi. Monster yang kau cari itu sepertinya mencari sesuatu, lagipula rumor tersebut sudah lama ada. Beberapa petualang yang pernah melihatnya menjadi takut untuk memasuki hutan.”

   “Sesuatu? Ah ... ”

Rindou menyadarinya, sepertinya sesuatu yang hilang tersebut merupakan bagian dari monster tersebut. Lagipula, monster juga memiliki naluri akan apa yang dikehendakinya.

   “Sebagai bayarannya akan kuajari kau sedikit sihir. Viens, masukkan kekuatan sihirmu ke suatu benda lalu pikirkan dan bayangkan kenapa benda bisa dapat jatuh ketika kau lempar ke atas.”

   “A-apa maksudmu?”

   “Terima kasih atas informasinya, aku akan berkunjung lain waktu.”

Ucap Rindou tanpa menjawab pertanyaan Viens, ia beranjak dari sofa dilanjut dengan Liese yang ada di sampingnya. Mereka berdua pergi begitu saja sedangkan Viens masih memikirkan perkataan Rindou tentang mengajarinya sihir.

* * * * *

   “Jadi, apakah dapat sesuatu?”

Tanya Liese seraya menoleh ke samping kirinya yang terdapat Rindou bermuka murung. Sebetulnya ia masih bingung akan alasan monster berukuran besar yang ia cari, entah kenapa dia harus mencari monster itu apapun alasannya.

Tangan kanan Rindou terasa ada reaksi sihir yang melapisi tangannya. Entah apa dan kenapa bisa terjadi, ia langsung berlari begitu saja dan mencari penyebabnya di mana jika dia berlari semakin dekat dengan reaksinya maka reaksi sihir di tangan kanannya semakin kuat.

Dia berlarian ke sana kemari hingga akhirnya sampai di pasar yang dipenuhi oleh banyak orang untuk melakukan interaksi jual beli. Rindou mengatur napasnya dan diikuti oleh Liese yang mengejarnya, pandangannya hanya fokus kepada sesosok manusia yang tengah berdiri membelakanginya.

Dia tertutup oleh jubah penuh dan Rindou tidak bisa memprediksi ukuran tubuhnya yang sebenarnya. Namun dia tahu, sosok yang tertutup jubah tersebut adalah penyebab kenapa tangan kanannya bereaksi terhadapnya.

To Be Continue ......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!